Pernikahan Putri Jokowi
Bertema Adat Jawa, Inilah Berbagai Makna dalam Rangkaian Upacara Putri Presiden Jokowi!
Pernikahan Putri Jokowi tinggal menghitung hari. Rangkaian pertama, wilujeng kenduri, telah dilaksanakan pada hari senin (06/11/2013) pukul 16.00 WIB.
Editor: Desi Kris
TRIBUNSTYLE.COM - Pernikahan Putri Jokowi tinggal menghitung hari. Rangkaian pertama, wilujeng kenduri, telah dilaksanakan pada hari senin (06/11/2013) pukul 16.00 WIB.
"Yah, ini hari ini hanya acara pengajian bersama saja dengan para tetangga," ucap Jokowi dihadapan awak media.
Selain itu, Jokowi juga menuturkan bahwa pernikahan putri tunggalnya ini lebih repot daripada pernikahan putra sulungnya, Gibran Rakabuming, yang menikah pada tanggal 11 Juni 2015 silam.
"Yah, lebih repot sedikit. Tapi, dasar persiapannya sebenarnya sama saja," ucap Presiden RI ke 7 ini.
• Kahiyang Ayu & Bobby Pagi Ini Siraman dari Air 7 Sumber, Rupanya Ini Tujuannya
Adat yang digunakan dalam kedua pernikahan anak Presiden Jokowi ini sama-sama mengangkat budaya Jawa. Pada upacara yang mengangkat budaya Jawa ini terdiri dari beberapa rangkaian, mulai dari wilujeng kenduri, siraman, midodareni, Akad, dan resepsi.
"Berdasarkan adat Jawa, kalo perempuan itu Mantu. Nah, kalau lelaki itu namanya Ngunduh Mantu," ucap Jokowi.
Menurut budaya Jawa, prosesi ngunduh mantu tersebut tidak wajib dilaksanakan. Hanya saja beberapa orang tua pengantin pria masih melakukannya sebagai ucapan rasa syukur atas pernikahan putra tercinta.
Setiap rangkaian acara memiliki makna dan filosofi masing-masing. Setelah wilujeng kenduri, rangkaian acara berikutnya akan dilanjutkan esok hari, yaitu acara siraman dan midodareni.
• Alasan Jokowi, Mengapa Menikahkan Kahiyang Ayu Lebih Repot Dibanding Gibran
Susanto, pakar Sejarah dan Budaya Jawa dari Universitas Sebelas Maret, memaparkan bahwa ritual-ritual dan upacara memang hal yang sakral dan penting dalam budaya Jawa.
"Yah, upacara dan ritual itu penting terutama sejak zaman kerajaan Mataram. Oleh karena itu, setiap prosesi dalam perniakahan adat jawapun memiliki makna dan filosofi masing-masing," ucap dosen Sejarah Universitas Sebelas Maret Tersebut.
Untuk rangkaian prosesi berikutnya akan dilaksanakan pada Selasa (07/11/2017). Prosesi tersebut berupa siraman yang dilakukan oleh masing-masing mempelai di tempat berbeda.
Untuk pihak pengantin perempuan, setelah prosesi siraman akan dilanjutkan dengan ritual sadeyan dawet (menjual dawet) dan midodareni.
"Siraman ini sebenarnya wujud pamit anak kepada kedua orang tuanya. Ini mengisyaratkan bahwa sebentar lagi anak tersebut sudah tidak lagi 'siram' atau dimandikan kedua orang tuanya," papar Santo.