Anak Sering Sakit Gara-gara Perubahan Iklim yang Sebabkan Cuaca Ekstrem? Begini Cara Mengatasinya
Menurut WHO, perubahan iklim akan menyebabkan kenaikan angka kematian sebesar 220.000 jiwa per tahun akibat malnutrisi, diare, dan udara panas.
Editor: Amirul Muttaqin
TRIBUNSTYLE.COM - Selama lebih dari 50 tahun; aktivitas manusia, terutama pembakaran fosil, seperti batu bara dan minyak bumi, telah melepas sejumlah besar karbon dioksida dan gas lainnya. Gas-gas ini kemudian terperangkap di bawah lapisan atmosfer dan menyebabkan pemanasan global.
Akibatnya, dunia telah menghangat sekitar 0,85 derajat Celcius dalam 130 tahun terakhir. Hal ini menyebabkan lapisan es bumi mencair, permukaan laut naik, dan pola presipitasi berubah. Alhasil, peristiwa cuaca ekstrem menjadi lebih intens dan sering.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) pernah mengeluarkan siaran pers mengenai prediksi kesehatan antara tahun 2030 hingga 2050. Mereka mengungkapkan bahwa perubahan iklim akan menyebabkan kenaikan angka kematian sebesar 220.000 jiwa per tahun akibat malnutrisi, diare, dan udara panas.
• Ibu Ini Pasang CCTV di Rumah, yang Direkam Hal Mengerikan kepada Anaknya, Hati-Hati!
Perubahan iklim memang berdampak besar terhadap kesehatan manusia, kehidupan sosial, dan lingkungan tempat tinggal. Manusia terancam kekurangan air bersih, sumber makanan, dan tempat tinggal yang layak huni.
Masih menurut WHO, lebih dari 88 persen penyakit yang disebabkan oleh perubahan iklim menyerang anak di bawah usia lima tahun.
Hal ini disetujui oleh American Academy of Pediatrics (AAP) yang menulis sebuah laporan teknis mengenai bukti ilmiah terkait hubungan perubahan iklim dengan masalah kesehatan anak, pengembangan, kesejahteraan dan gizi.
AAP menyatakan bahwa perubahan kondisi cuaca yang ekstrem adalah salah satu penyebab utama trauma pada anak-anak. Perubahan iklim juga meningkatkan risiko cedera, kematian, dan konsekuensi kesehatan mental.
• Wanita Ini Putihkan Wajah dengan Susu Beruang, Hasilnya Mengejutkan!
Lebih jauh, AAP memprediksi bahwa pada 2030, terutama di Asia dan sub-Sahara Afrika, perubahan iklim akan menyebabkan kematian lebih dari 48.000 anak di bawah usia 15 tahun karena penyakit diare. Hal ini karena anak-anak tersebut berasal dari negara termiskin di dunia, di mana beban penyakit tidak proporsional dan perubahan iklim sangat berpengaruh.
Spesialis anak di Bengkulu, Abul Khair, yang dijumpai Kompas.com menyebutkan bahwa perubahan cuaca yang ekstrem secara langsung berpengaruh pada imunitas (kekebalan), apalagi anak-anak yang mempunyai bakat alergi terhadap infeksi saluran pernapasan, seperti asma.
"Perubahan temperatur yang ekstrem akan memengaruhi imunitas anak, karena temperatur anak itu normalnya di bawah 38 derajat celcius, dengan batas temperatur bawah sekitar 26 hingga 27 derajat. Nah, perubahan temperatur inilah yang berpengaruh langsung pada imunitas," jelas Abul.
• Duh! Buka Tutup Toilet Seorang Anak Temukan Ular Berbisa, Ternyata Kejadian Serupa Kerap Terjadi
Dia menegaskan, dengan melemahnya imunitas akibat cuaca ekstrem, maka semua penyakit akan mudah masuk karena antibodi tubuh melemah. Pada umumnya, penyakit yang diderita oleh anak-anak adalah melemahnya imunitas, lalu diiringi dengan masuknya penyakit lainnya.
"Jadi, kalau imunitas lemah, antibodi melemah, maka penyakit lain akan masuk, itu sederhananya. Nah, melemahnya imunitas pada anak itu akibat pengaruh cuaca ekstrem," jelasnya.