Breaking News:

Curahan Menggetarkan Hati Nilam Sari, Istri Bos Kebab Baba Rafi, Yang Suaminya Dikabarkan Selingkuh

Apa jadinya saat sudah sukses sang suami justru melupakan masa lalunya dan menikmati masa kesuksesannya dengan wanita lain?

Penulis: Tisa Ajeng Misudanar Azryatiti
Editor: Indan Kurnia Efendi
medan.tribunnews.com
Hendi dan Nilam Sari 

Saya mengerti kekhawatiran dan perhatian teman-teman semua. Tentu saja saya juga memikirkan apa yang Anda semua khawatirkan, karena apa pun yang terjadi, dampaknya akan langsung saya rasakan sendiri. Tetapi, saya merasa saya berhak mendapatkan keadilan.

Saya merasa sangat tersiksa dalam hubungan rumah tangga saya selama 3 tahun terakhir ini. Saya sudah mencoba melakukan semua usaha yang terbaik untuk bertahan dan menyelamatkan rumah tangga saya. Sungguh saya sudah mencoba semuanya. Akhirnya saya sampai di titik yang memaksa saya untuk mengambil langkah ini. Saya tidak punya pilihan lain.
Hari jumat kemarin, saat saya melakukan press conference, bertubi-tubi pesan masuk dari perempuan-perempuan yang ternyata juga merasakan penderitaan yang sama seperti saya.

Ada yang ditinggal suami H-1 waktu melahirkan, ada yang ditinggal suami dengan istri mudanya dan tidak dinafkahi, bahkan ada yang menjadi korban KDRT, suaminya selalu meminta maaf tapi kambuhan. Jujur ini membuat saya miris. Di Indonesia, yang katanya negara dimana ekualitas gender sudah sangat diakui dan semua serba terbuka, justru lingkungan kita sendiri yang selalu menghakimi dan melabeli atas nama "DEMI": demi nama baik, demi pencitraan, demi status, demi anak, dan demi lainnya.

Saat perempuan bicara, perempuan lalu dianggap menggila, tidak masuk akal, berlebihan, emosi atau lagi PMS dan berbagai sebutan lain untuk wanita yang speak up serta berusaha mendapatkan keadilan dan haknya.

Perempuan adalah manusia yang sama-sama diciptakan oleh Allah SWT. Kita punya hak yang sama untuk bekerja, mendapatkan gaji, keadilan, hak, dan status. Jika perempuan bicara, ini bukan untuk menghancurkan atau mencari sensasi. Kita berani bersuara karena memang kita berhak. Tentu saja, setelah kita juga sudah melakukan kewajiban kita sebagai perempuan dan peran kita lainnya.

Saya Nilam, membangun usaha saya Baba Rafi 14 tahun yang lalu. Saya bekerja keras setiap hari. Dari pinggir jalan kaki lima dengan gerobak mirip martabak pun saya lakoni. Setahun sakit tipes 2x saya jalani dengan ikhlas. Selama 14 tahun, ini semua saya jalani, DEMI apa? Demi KELUARGA saya!

Saya dari keluarga Jawa dan terbiasa dididik untuk melayani. Suami, anak, keluarga besar, Insya Allah saya berusaha melayani dengan sebaik-baiknya. Saya mencari uang tapi juga berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Saya wanita mandiri, tetapi bukan berarti hak-hak saya kemudian tidak dipenuhi dan saya tidak butuh. Saya menuntuk hak saya. Apalagi setelah saya dizolimi. Saya berhak untuk diperlakukan dengan baik, saya berhak dicintai, saya berhak dinafkahi, dan yang paling penting saya berhak dicintai dan merasa berharga.

Dengan kenyataan bahwa saya membantu membesarkan bisnis hingga mapan sambil merawat anak-anak ini saja, seringkali saya menyalahkan diri saya, apakah saya yang menghancurkan rumah tangga ini? Apakah saya tidak cukup berusaha? Apakah semua karena saya tidak sabar? Saya tidak bisa membayangkan bagaimana nasib ibu-ibu di luar sana yang banyak terbatas oleh masalah keuangan dan masalah-masalah lainnya.

Saya menyuarakan ini karena saya prihatin. Selama ini yang kita dengar, perempuan harus selalu menerima, berbakti kepada suami (suami yang seperti apa dulu), jangan membuka aib, perempuan harus nrimo, terima saja, "Kalau perempuan lain bisa diperlakukan seperti itu kenapa kamu tidak bisa menerima?" (ucapan ini masih terngiang di telinga saya), dll. Perempuan, perempuan, perempuan lagi. Padahal Anda mungkin juga punya adik perempuan, saudara perempuan, anak perempuan dan punya ibu yang juga perempuan, pasti Anda tidak rela jika yang saya alami terjadi pada mereka.

Saya mengajak teman-teman perempuan untuk speak up terhadap kekerasan rumah tangga yang dialami. Dan jangan ragu meminta keadilan, karena hak kita memang dijamin untuk itu. Laki laki dan perempuan sama. So mari #speakup dan #mulaibicara

Tentang Baba Rafi, saya yakin, dengan ijin Allah, Baba Rafi akan baik baik saja. Setiap hari, dalam 14 tahun terakhir, saya mendedikasikan hidup saya, energi, keringat dan waktu saya 24/7 untuk Baba Rafi.

Baba Rafi sekarang memiliki karyawan lebih dari 1000 orang pegawai di grup, 1200 outlet di 9 negara. Saya akan memastikan bahwa Baba Rafi menjadi merk yang akan berkembang tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Internasional.

Keluarga besar Baba Rafi sudah seperti keluarga saya sendiri. Dan mereka semua bergantung dan menjemput rejeki di Baba Rafi. Ini murni perbuatan oknum, bukan brand atau perusahaannya.

Dengan segala kerendahan hati, saya berharap Anda semua tetap mendukung dan membeli Baba Rafi, karena saya dan segenap keluarga besar Baba Rafi memang bekerja dan mendedikasikan semua tenaga kami di sana.
I'm so proud of my team atas dedikasinya dan dukungannya.
Maturnuwun
#gerakbersama #speakupgirl #speakupurrights #perempuanberbicara #wanitaberbicara #mulaibicara"

Nilam Sari
Nilam Sari (facebook.com/nilambabarafi)

Netizen pun ramai-ramai memberikan dukungan mereka kepada Nilam serta keluarganya.

"Cobaan naik kls ya mb... belajar yg rajin yaa mb Nilam... biar rangking1 semangaaaat, Allah pasti memantaskan hambanNya," komentar akun Facebook Fera Asmiyana.

"Kerenn..Semangat Bu!.Kami dukung," tulis pemilik akun Bayu.

Dan masih banyak lagi komentar netizen yang memberikan dukungan.

Sumber: TribunStyle.com
Tags:
Nilam SariBaba RafiTribunStyle.com
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved