Breaking News:

8 Mitos Makanan Sehat yang Menyesatkan, Nomor 7 Paling Ditakuti Padahal Gak Bener

8 mitos makanan sehat paling menyesatkan, nomor 7 paling ditakuti, padahal enggak bener.

Anggur merah (red wine) 

"Ada restoran yang menggunakan ayam yang telah disuntik dengan larutan air asin sebagai pengawet," kata Stephen Sinatra, MD, seorang ahli jantung di Saint Petersburg, Florida, dan penulis buku The Fast Food diet.

Sandwich ayam dengan selada, tomat, dan mayo mengandung sodium lebih dari 1.300 miligram. Jumlah ini lebih dari dua kali lipat jumlah yang terdapat dalam burger polos dan lebih dari setengah jumlah harian yang dianjurkan.

Mitos: Gandum itu jahat.

Fakta: Orang yang mengatakan demikian, merujuk pada kandungan gluten di dalam gandum.

Tapi, tidak semua orang memiliki penyakit celiac atau sensitif terhadap gluten, sehingga tidak semua orang perlu menghindari gandum.

"Gandum mengandung banyak nutrisi penting, termasuk folat dan serat yang bisa membantu program diet Anda," kata Jessica Crandall, RD, seorang ahli diet di Denver dan juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics.

Mitos: Sayuran mentah selalu lebih baik dari sayuran masak.

Fakta: Tidak selalu seperti itu. "Selain membuat sayuran lebih enak, memasak juga dapat meningkatkan nilai gizi mereka," kata Tammy Roberts, RD, ahli nutrisi dan spesialis pendidikan kesehatan di University of Missouri Extension.

Para ilmuwan Cornell University menemukan, bahwa merebus tomat selama setengah jam dapat menaikkan kadar lycopene sebanyak 35 persen.

Lycopene adalah zat gizi yang mampu membantu melawan kanker. Memasak juga menaikkan kadar nutrisi lain, seperti beta-karoten pada jagung dan wortel.

Di sisi lain, vitamin yang larut dalam air, termasuk vitamin C, biasanya akan hancur oleh panas. "Untuk memenuhi semua kebutuhan Anda, makanlah berbagai jenis sayuran," kata Roberts.

Mitos: Sirup jagung fruktosa lebih buruk daripada gula.

Fakta: Para ahli di Amerika Serikat mengatakan, bahwa sirup fruktosa sama saja dengan pemanis lain dalam hal menyebabkan kenaikan berat badan.

"Dari sudut pandang biokimia, sirup fruktosa tidak berbeda dari sukrosa, atau gula pasir," kata Marion Nestle, PhD, seorang profesor nutrisi dan kesehatan masyarakat di New York University.

"Mereka memiliki jumlah kalori yang sama dan tubuh memproses keduanya dengan cara yang sama."

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Tags:
InstagramTwitterFacebook
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved