Pilkada Jakarta
Akhir Menyedihkan Mereka yang Mendukung atau Tak Dukung Ahok Tapi Berseberangan dengan Partai
Inilah akhir cerita memprihatinkan mereka yang mendukung maupun tak mendukung Ahok tapi berseberangan dengan partai.
Editor: Agung Budi Santoso
Pada Pilkada DKI Jakarta 2012, Boy sempat dikabarkan menjadi calon gubernur dari PDI-P. Namun, akhirnya PDI-P mengusung pasangan Jokowi-Ahok dan Boy menjadi tim sukses pasangan tersebut.
Boy memilih tempat di legislatif, dia sempat menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta.
Pada 2014, ketika Jokowi akan melenggang ke kursi kepresidenan, nama Boy diusulkan untuk jadi wagub DKI Jakarta setelah Ahok menjabat gubernur.
Pada akhirnya Boy tidak dipilih. Djarot Saiful Hidayat yang kemudian mengisi kursi wagub yang ditinggalkan Ahok.
Boy sendiri kemudian memilih aktif di partai. Ia mengalahkan cucu Soekarno yang juga keponakan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, yaitu Puti Guntur Soekarnoputri, dalam Pemilihan Ketua DPD PDI-P DKI Jakarta periode 2015-2020.
Namun, kursi tersebut tak lama ia tempati. Ketidaknyamanan Boy di PDI-P terjadi semenjak Ahok makin kuat di Jakarta.
Ruhut Sitompul

Tak hanya Boy, Ruhut Sitompul juga membelot dari keputusan partai.
Kader Partai Demokrat itu memilih mendukung pasangan Ahok-Djarot ketimbang pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dengan Sylviana Murni.
Ruhut meyakini bahwa keputusannya untuk mendukung Ahok-Djarot adalah yang terbaik.
Pada akhirnya, ia meyakini Ahok-Djarot-lah yang akan memenangi pertarungan meski harus menghadapi putra Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.
Berbeda dari Boy, Ruhut memilih tak mengundurkan diri dari partai yang membesarkannya. Namun, ia siap dipecat dari Partai Demokrat.
"Kalau Demokrat enggak suka aku, silakan pecat aku," kata Ruhut.
Ketua DPP Partai Demokrat itu menyesalkan langkah partainya yang memilih Agus sebagai bakal calon gubernur. Sebab, jika Agus kalah di DKI, karier militernya akan tamat.