3 Langkah Utama Buat Kamu Para Bos yang Bekerja dengan Generasi Milenial
Memang perlu perubahan kultur perusahaan yang mencakup tiga hal yang sesuai dengan karakteristik milenial di dunia kerja.
Editor: Delta Lidina Putri
TRIBUNSTYLE.COM - Gesekan antara generasi di dunia kerja bukan perkara mudah diselesaikan, seperti yang terjadi antara generasi X (1965-1985) dengan generasi Y atau biasa disebut milenial (1986-2000).
Padahal, dunia kerja saat ini didominasi oleh dua generasi tersebut, di mana menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah angkatan kerja generasi X sebesar 69.003.270; sedangkan generasi milenial dengan jumlah angkatan kerja sebesar 62.570.920.
Gesekan itu disebabkan beberapa hal, seperti pandangan negatif antara generasi.
• 7 Hal Tak Terduga yang Bisa Bahayakan Kondisi Otak, Poin 5 Malah Jadi Kebiasaan Milenial!
Misalnya generasi milenial kerap disebut terlalu bebas, berambisi besar, namun malas.
Citra tersebut sebenarnya merupakan kesalahpahaman pandangan antar generasi semata. Bila tak diselesaikan, persoalan tersebut beresiko mengganggu, karena sebagian besar milenial akan angkat kaki dari perusahaan.
Menurut National Marketing Director Dale Carnegie Indonesia Joshua Siregar, milenial memiliki ciri khas pekerjaan yang didambakan, yakni yang berkaitan dengan perkembangan teknologi, pengembangan kreativitas, kesempatan mengeluarkan ide, hingga bisa berkontribusi ke masyarakat secara langsung.
Joshua membeberkan, ciri pekerjaan yang didambakan generasi milenial saat ini tidak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi, sehingga bila pekerjaan tersebut jauh dari teknologi maka kurang diminati.
Namun dambaan itu bisa menjadi bumerang. Sebab, bukan perkara mudah untuk merealisasikan keinginan tersebut di perusahaan-perusahaan saat ini.
Oleh karena itu, Joshua mengatakan perlu perubahan kultur perusahaan yang mencakup tiga hal yang sesuai dengan karakteristik milenial di dunia kerja.
• 6 Fakta Tentang Kopi Ini akan Membuatmu Langsung Sibuk Mencarinya, Nomor 5 Milenial Banget!
Langkah pertama perusahaan agar cocok untuk generasi milenial adalah menyesuaikan kebijakan dan prosedur.
Misalnya kebijakan jam kerja formal yang kurang cocok bagi pekerja milenial yang menyukai kebebasan.
Juga benefit yang diberikan perusahaan karena kebanyakan milenial lebih suka mendapat bonus tunai dibandingkan fasilitas seperti mobil perusahaan dan fasilitas rumah.
"Nah ini yang perlu diseuaikan, tapi tetap sejalan dengan generasi X. Intinya sistem bisa merangkul kebutuhan antara kedua generasi," kata Joshua di The Akmani Hotel, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (17/10/2017).
