TRIBUNSTYLE.COM - KISAH seorang pria tak dendam meski telah dihina teman soal pekerjaannya, tetap membantu temannya saat terjerat pinjol.
Jangan mudah menghakimi seseorang apalagi jika kita tidak berada pada tempat atau situasi tersebut.
Prinsip itulah yang dianut polisi pembantu ini, selama sembilan tahun ia berkecimpung di bidang penegakan hukum.
Dilansir dari mStar, Ikhmal Afiq Imran yang berusia 30an mengungkapkan kekesalannya karena masyarakat kerap meremehkan polisi pembantu.
Ikhmal resmi menjadi anggota polisi pembantu pada tahun 2015 dan sejak itu telah melalui beberapa cerita pahit termasuk melibatkan temannya sendiri.
“Sebelum saya bergabung dengan polisi pembantu, saya adalah pegawai negeri. Tapi karena saat itu saya masih muda, 23 tahun, saya tidak berpikir panjang, saya berhenti dari pekerjaan saya karena ingin mencoba sesuatu yang baru".
“Tak lama kemudian saya menganggur, sudah tiga bulan saya tidak punya pekerjaan. Setelah itu ia mulai merasa pusing, lalu seorang teman sekolah menawari saya pekerjaan sebagai polisi pembantu. Awalnya saya bahkan tidak tahu tentang pekerjaan ini.
“Tapi karena mau kerja, saya terima. Saya ikut wawancara, Alhamdulillah dari 30 orang yang mencoba, saya termasuk yang terpilih. Saya termasuk 20 orang yang ‘lulus’.
“Sebelum dapat diangkat menjadi anggota polisi pembantu, ia harus menjalani Pelatihan Dasar Pembantu Polisi (KAPB) selama dua bulan dua minggu,” kata Ikhmal yang berdomisili di di Johor Bahru.
Ikmal menambahkan, di KAPB akan diajarkan tentang Hukum Umum Malaysia, pawai, pengelolaan senjata api dan seni bela diri (karate).
Ikhmal berhasil menyelesaikan KAPB dan ditugaskan sebagai anggota polisi tambahan dengan perusahaan swasta di sekitar Iskandar Malaysia, Johor Baru.
Awalnya semua berjalan lancar bagi Ikhmal, namun hatinya hancur ketika seorang teman merendahkan dan melontarkan kata-kata kotor tentang pilihan kariernya.
“Suatu hari, kami sedang berkumpul dengan teman-teman sekolah. Kami berubah cerita tentang kehidupan masing-masing. Seorang teman ingin bertanya tentang pekerjaan saya sebagai polisi pembantu".
“Aku bilang tidak apa-apa, kamu hanya perlu melakukan pemanasan sedikit. Tidak seperti bekerja sebagai pegawai di kantor dulu.
Tiba-tiba ada temannya yang menyela dan meremehkan pekerjaan sebagai polisi tambahan.
“Temannya mengatakan bahwa mungkin saya bisa bekerja sebagai polisi tambahan selama satu atau dua tahun ini. Ketika saya mendengarnya, saya tidak tahu harus berkata apa, menurut saya itu hanya lelucon, jadi aku hanya tersenyum".
“Teman lain di sebelahku siap menepuk pundakku meminta untuk tetap bersabar,” kata Ikhmal yang kini sudah berkeluarga dan memiliki anak.
Ikhmal mengatakan, teman yang 'menyerang' dirinya adalah salah satu temannya yang sukses dan mempunyai penghasilan stabil.
“Tidak bisa dipungkiri kalau dibandingkan dengan kita semua, dia termasuk orang kaya. Dia bekerja di Singapura".
Temannya tersebut mendapat gaji pokok 1.500 mata uang Singapura, kalau ditukarkan dengan uang Malaysia jadi dua kali lipat.
Saat itu temannya juga datang nongkrong mengendarai mobil Honda Accord baru pada saat itu.
“Mungkin perkataannya ada benarnya. Setiap kali kita bertemu saat jalan-jalan, dia pasti membicarakan pekerjaanku sebagai polisi pembantu. Dia sering bertanya apakah aku masih bekerja dengan seragam?".
“Saya tidak malu dengan pekerjaan saya sebagai polisi pembantu. Dengan karier dan penghasilan saya, saya bisa menghidupi keluarga saya, membeli mobil dan hidup dengan nyaman,” kata Ikhmal.
Namun, beberapa tahun kemudian, Ikhmal dikejutkan dengan kabar teman yang pernah menghinanya kehilangan pekerjaan dan melarikan diri dari sindikat peminjaman uang terlarang.
“Tujuh tahun setelah kejadian itu, tiba-tiba teman itu datang menemuiku. Katanya mau pinjam uang RM1.000, sepertinya dia putus asa".
Awalnya pria tersebut heran, kenapa temannya bisa mendapat masalah seperti itu.
Kemudian dia menceritakan kepada Ikhmal apa yang terjadi dalam hidupnya.
Dia kehilangan pekerjaan di Singapura karena pandemi Covid-19.
Gaya hidupnya tinggi dan dia memutuskan meminjam pinjol untuk terus hidup.
Tetapi dia tidak bisa membayarnya kembali, sampai pinjol mengacaukan rumah orang tuanya.
Temannya memang tinggal di rumah orang tuanya.
“Memang benar dia diancam, pasalnya banyak brosur yang dibagikan pinjol dengan wajah temannya yang bertuliskan ‘dicari’,” kata Ikhmal merasa simpati.
Namun meski pernah sakit hati dengan hinaan temannya, Ikhmal memilih untuk tidak menyimpan dendam dan memilih memberikan bantuan.
“Aku menyuruhnya untuk memberikan nomor telepon pinjol, biar aku yang mengurusnya," kata Ikhmal.
Ikhmal juga membantu temannya secara finansial sesuai dengan kemampuannya.
“Sangat disayangkan melihatnya karena dia masih kecil dan hidup sendirian. Ini menyangkut keselamatan saat dia macam-macam dengan pinjol, makanya aku turun tangan".
“Saya membagikan cerita ini bukan untuk mempermalukan teman saya. Saya hanya ingin dia dan masyarakat lainnya menyadari untuk tidak meremehkan pekerjaan polisi pembantu".
“Mungkin ada di antara kita yang 'kuat' namun tidak semua. Karena niat kita ikhlas melayani masyarakat,” kata Ikhmal Menutup perbincangan.
(TribunStyle.com/Ika Bramasti).