Berita Viral

SOSOK Rafi Atqiya Pemuda Fasih 4 Bahasa Asing, Kasad TNI Takjub, Diloloskan Masuk Tamtama Tanpa Tes

Editor: Putri Asti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rafi Atqiya, pemuda yang diloloskan Kasad TNI AU masuk Tamtama tanpa tes gegara fasih 4 bahasa asing

TRIBUNSTYLE.COM Kisah pemuda yang mendaftar sebagai calon siswa tamtama TNI AD bernama Rafi Atqiya sukses bikin haru.

Ya bagaimana tidak, dia berhasil membuat KSAD Jenderal Dudung terpana.

Pasalnya Rafi Atqiya memiliki kemampuan kuasai 4 bahasa asing sekaligus.

Dengan kemampuan luar biasanya itu, Rafi Atqiya pun langsung diloloskan masuk Tamtama TNI tanpa tes.

Berikut cerita lengkapnya!

Sosok Rafi Atqiya, lolos masuk Tamtama TNI tanpa tes

Kisah mengharukan datang dari seorang pemuda bernama Rafi Atqiya yang langsung diluluskan KSAD Jendela Dudung Abdurachman masuk pendidikan bintara di Rindam III/Siliwangi.

Sebelumnya, Rafi Atqiya hanya mendaftar sebagai calon siswa tamtama TNI AD.

Baca juga: SOSOK Linda Istri Polisi, Rela Kerja Jadi Cleaning Service Padahal Hamil Besar, Suami Alami Kebutaan

Namun keberuntungan berpihak kepada Rafi Atqiya setelah bertemu dengan Jenderal Dudung.

Di hadapan Jenderal Dudung, Rafi Atqiya menunjukkan kemampuannya menguasai banyak bahasa asing.

Tak kaleng-kaleng, pemuda 21 tahun ini mampu menguasai lebih dari empat bahasa asing.

Pemuda berbadan tegap itu memperkenalkan diri dalam bahasa Arab, Rusia, Italia, dan Inggris.

Dia menjelaskan nama lengkapnya adalah Raffi Atiyah. Saat ini dia berusia 21 tahun.

Dia tinggal di Lebak, Banten. Ayahnya bernama Margono dan ibunya bernama Siti Ruqoyah.

Berkat kemampuannya, Rafi Atqiya sukses membuat Jenderal Dudung takjub.

Rafi Atqiya lolos masuk Tamtama TNI tanpa tes berkat fasih 4 bahasa asing

Jenderal bintang empat TNI itu lantas menyatakan Raffi tak usah ikut tes Tamtama.

Dudung langsung memberi perintah agar Rafi langsung ikut pendidikan Bintara TNI.

Tak cuma itu, Jenderal Dudung juga memerintahkan agar Raffi tak usah ikut tes, alias langsung masuk pendidikan Bintara TNI.

"Kalau begitu tak usah Tamtama, Bintara aja. Langsung pendidikan," kata Jenderal Dudung.

Mendengar perinta dari orang nomor satu di TNI AD tersebut langsung membuat Rafi menangis haru dan sujud syukur.

Dia menangis dan menyalami Jenderal Dudung.

"Ini sampai ketemu di Rindam. Gak usa tes lagi, langsung pendidikan," kata Dudung di ruangan yang bertuliskan Seskoad (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat).

Baca juga: INSPIRATIF! Ibu Jual Es Campur, Ulfandi Fajritul Jadi Bintara Polri, Sempat Kais Sampah Demi Rupiah

"Siap," kata sang pemuda yang masih terharu tidak menyangka bisa diterima sebagai prajurit TNI AD.

Video Jenderal Dudung langsung mengetes kemampuan bahasa asing calon peserta tes tamtama TNI AD itu pun diunggah akun Instagram @andreli_48.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen Hamim Tohari membenarkan jika pemuda yang seharusnya masih mendaftar sebagai calon tamtama itu kini sudah diloloskan oleh KSAD.

Berkat kemampuan berbahasa asing, Rafi langsung mengikuti pendidikan di Rindam III/Siliwangi.

Kisah Lainnya - SOSOK Agus Rohman, Anak Tukang Sol Sepatu Jadi Jenderal TNI Bintang 3, Dulu Ibu Hanya Terbayang PNS

INILAH sosok Agus Rohman, anak tukang sol sepatu jadi Jenderal TNI Bintang 3, dulu sang ibu hanya membayangkan jadi PNS.

Kisah inspiratif anak tukang sol sepatu yang kini sukses jadi Jenderal Bintang Tiga.

Ia adalah Letjen TNI Agus Rohman yang kini tersematkan tiga bintang dalam pangkatnya.

Diketahui, Letnan Jenderal (Letjen) TNI Agus Rohman pernah menjabat Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) III.

Letnan Jenderal TNI Agus Rohman lahir 15 Agustus 1963 di Bandung, Jawa Barat.

Sosok Jenderal TNI Agus Rohman yang ternyata merupakan seorang anak tukang sepatu (Surya)

Baca juga: Profil dan Medsos Koesni Harningsih, Istri KSP Jenderal Moeldoko Meninggal Dunia Pagi Ini

Dikutip dari buku biografinya berjudul "Panglima dari Bandung Selatan, 88 Praktik Kepemimpinan Ala Mayjen TNI H Agus Rohman, S.I.P., M.I.P", menjadi prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan impiannya sejak masih kecil meski sang ayah hanya seorang tukang sepatu di Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat.

Tumbuh dari keluarga biasa dan sederhana, Agus Subiyanto sampai melesat menjadi Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) III.

Keyakinan, kerja keras, dedikasi akhirnya mengantarkan Agus Rohman menjadi jenderal bintang tiga TNI AD.

Dalam biografinya tersebut, ternyata Agus Rohman sudah diramalkan menjadi orang hebat ketika kelak dewasa.

Hal itu disampaikan seseorang laki-laki tua kepada ibunya, Siti Rohmah Latifah saat Agus Rohman bermain kucing-kucingan bersama anak-anak lainnya di halaman pada suatu sore.

"Anak itu bakal jadi ménak (orang terpandang)!" kata laki-laki tua itu sambil menunjuk kepada Agus kecil.

Saat itu, Siti Rohmah Latifah hanya menduga dalam hatinya.

"Mungkin maksudnya menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil). Aamiin."

Ketika itu, PNS adalah pekerjaan yang terhormat dan terpandang.

Letjen Agus Rohman

Siti Rohmah Latifah tidak menduga bahwa Agus kecil akan menjadi perwira tinggi (Pati), pemimpin penting di organisasi TNI AD.

Sungguh itu tidak terbayang. Keluarganya bukanlah keluarga militer, hanya adik dan kakak Siti Rohmah Latifah saja yang menjadi prajurit.

Agus kecil juga tidak familiar dengan dunia militer sebagai mana anak-anak tentara.

Namun, barangkali ada satu hobi yang berkaitan dengan dunia militer, seperti anak- anak kecil lainnya.

Agus kecil gemar bermain permainan perang-perangan atau tembak-tembakan.

Bakat kepemimpinannya telah terlihat bahkan saat ia belum memimpin.

Organisasi yang pertama kali ia pimpin adalah kelas. Di sekolah dasar, ia sudah terbiasa menjadi pemimpin.

Agus dipercaya menjadi ketua kelas, posisi ini kemudian berlanjut hingga memasuki SMP, dan jenjang pendidikan berikutnya.

Dalam perkembangannya, kebiasaan untuk memimpin ini tidak hanya di lingkungan dan kegiatan formal sekolah, tetapi dalam berbagai kegiatan lainnya.

Karakter kepemimpinan mulai terlihat sejak kecil hingga remaja.

Di lingkungan rumahnya, ia didaulat sebagai Ketua Karang Taruna.

Ia juga kerap ditunjuk menjadi seorang kapten tim sepak bola dan bola voli dengan nama Putra Babakan (nama daerah rumah Agus Rohman).

Jiwa kepemimpinan yang dimilikinya ini menyebabkannya sering kali dipanggil dengan julukan "Kapten" oleh lingkungan pergaulannya.

Ia selalu dijuluki kapten bahkan sebelum menjadi tentara.

Pada tahun 1976, Agus muda bersekolah di SMP Negeri Sayati sekarang SMP Negeri 2 Margahayu.

Setiap hari, ia berangkat sekolah dengan berjalan kaki sejauh enam kilometer.

Saat itu, wilayah Cibaduyut dan Margahayu masih sepi, tidak banyak kendaraan yang hilir-mudik.

Namun, justru itu membuatnya menjadi lebih disiplin.

Pada pukul 06.00 WIB, Agus sudah harus berangkat sekolah.

Jika terlambat berangkat, tentu saja ia akan terlambat masuk.

Selain itu, bentuk kedisiplinan yang Agus muda terapkan pada dirinya adalah dengan membuat jadwal.

Ia membuat jadwal untuk mengatur dirinya sendiri.

Agus benar-benar mengatur jam belajar, jam bermain, jam mencuci baju, dan jam istirahat.

Di antara saudara kandungnya, Agus muda adalah satu-satunya anak yang membuat jadwal.

Tahun 1980, ketika masuk SMA, barulah Agus muda menyukai voli.

Dengan timnya yang diberi nama Putra Babakan, ia sering mengikuti pertandingan pada kejuaraan voli daerah.

Memang tidak ada prestasi yang menonjol, tetapi ia yakin bahwa olahraga membentuk fisik dan mentalnya.

Oleh sebab itu, Agus muda gemar sekali mencoba berbagai cabang olah raga, misalnya pencak silat.

Agus muda juga aktif dalam olahraga silat yang kemudian berlangsung hingga sudah memasuki karier militer.

Bahkan pada tahun 1992, mantan Pangdam XVI/Pattimura ini menjadi ketua angkatan pada latihan silat gabungan yang diadakan di Situ Lembang dengan tajuk Satria Pandu Utama 101.

Salah satu ketertarikannya dengan dunia militer dimulai dari kegiatan-kegiatan yang bersentuhan langsung dengan alam, seperti berkemah dan mendaki gunung.

Setiap pergi ke gunung atau ke pantai, Agus muda kerap kali membangun kemah.

Hobi ini sudah dimulai sejak SMP dan berlanjut ketika masuk SMA.

Dalam mendaki gunung, Agus muda sering melakukannya bersama teman-teman di sekolah maupun di luar sekolah.

Ada dua kawan yang sering menjadi rekan satu tim dalam pendakian, yaitu Panji Wulung dan Asep Wahyudin.

Mereka merupakan teman sekolah dan juga teman main. Gunung yang sering dijadikan jalur pendakian adalah Lembang, Tangkuban Perahu, Pangalengan, dan Patenggang.

Namun, bukan hanya menjadi aktivitas rutin tersebut sebagai sebuah kecintaan, melainkan Agus muda yang menyukai tantangan juga sering mengikuti perlombaan.

Perlombaan yang pernah diikuti olehnya dan tim antara lain Ektemas, jalur pendakian Tangkuban Perahu.

Pada perlombaan tersebut, Agus muda dan timnya menjadi juara satu.

Selain itu, ia juga memenangkan L3B (Lomba Lintas Lembah dan Bukit) yang dilaksanakan di Dago Pakar.

Perlombaan-perlombaan ini dilakukan ketika SMA, yaitu tahun 1981.

Ternyata, sikap ini kelak akan amat berguna saat ia menjadi tentara.

Di puncaknya karier militernya, Agus Rohman berhasil menduduki jabatan Pangkogabwilhan III dengan bintang tiga di pundaknya.

Selain itu, Agus Rohman tercatat pernah menduduki sejumlah jabatan penting, antara lain pernah menjadi Ajudan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Dia juga pernah mengemban amanat sebagai Danrem 061/Surya Kencana, Kasdivif 1/Kostrad, Kadisjasad, Pangdivif 1/Kostrad, dan Pangdam XVI/Pattimura.

Artikel ini diolah dari TribunSumsel.com dan TribunJatim.com