TRIBUNSTYLE.COM - Menunaikan ibadah haji merupakan perjalanan yang dicita-citakan banyak umat Muslim.
Untuk memenuhi perjalanan haji seumur hidup, seorang pria asal Kerala, India, berjalan kaki ke Makkah.
Dia menempuh jarak hampir 8.640 kilometer.
Seperti apa kisah lengkapnya?
Kisah seorang pria Kerala melakukan perjalanan ke Mekah dengan berjalan kaki.
Dia adalah Shihab Chottur, pria asal Kerala, India.
Baca juga: KISAH Pilu Baim Wong Batal Naik Haji Padahal Sudah di Pesawat, Dikira Prank Ternyata Gagal Berangkat
Dilansir Timesnownews, Shihab Chottur sukses menempuh jarak hampir 8.640 kilometer hingga sampai ke Tanah Suci.
Youtuber ini mulai berjalan dari kampung halamannya di Kerala utara pada 2 Juni tahun lalu.
Shihab Chottur melintasi India, Pakistan, Iran, Irak, dan Kuwait, hingga akhirnya mencapai Arab Saudi pada 7 Juni dalam 12 bulan dan lima hari.
Dia melintasi perbatasan Kuwait ke Arab Saudi pada minggu kedua Mei 2023.
Shihab Chottur mengunjungi Madinah, kota tersuci kedua di Islam dan peristirahatan terakhir Nabi Muhammad, sebelum menuju Mekkah 21 hari kemudian.
Shihab Chottur berjalan hampir 440 km antara Madinah dan Makkah hanya dalam waktu sembilan hari.
Dia akan melakukan tahap akhir haji ini ketika ibunya, Zainaba, tiba dari Kerala.
Target perjalanan hajinya harus mengalami hambatan karena tidak memiliki visa.
Baca juga: PERJUANGAN Buruh Tani & Penjual Kerupuk di Kudus ke Mekkah, Kumpulkan Koin Rp 500-an Kini Bisa Haji
Dia harus menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkan visa di Pakistan.
Namun, atas usahanya, Chottur berhasil mendapatkan visa.
Mendapatkan visa pada Februari 2023, Chottur akhirnya berhasil masuk ke Pakistan dan melanjutkan perjalanannya ke Arab Saudi.
"Siapa saja yang memiliki niat yang baik dapat mencapai tujuannya,” kata Chottur kepada saluran TV Arab Saudi, Al-Ekhbariya.
Setelah 370 hari perjalanan, akhirnya Shihab Chottur telah mencapai tujuannya.
Ini videonya
Kisah Lainnya - Perjuangan pasutri buruh tani dan penjual kerupuk di Kudus berangkat ke Mekkah, kumpulkan uang koin Rp 500-an
Sepasang suami istri di Desa Gondangmanis, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus yang sebentar lagi akan memenuhi rukun Islam yang ke lima yakni pergi haji ke Mekkah.
Namun dibalik kebahagiaan mereka, terdapat perjuangan yang tak mudah.
Pasalnya mereka mengumpulkan uang hasil berjualan kerupuk dan bekerja sebagai buruh tani selama bertahun-tahun.
Niat pasutri tersebut bisa beribadah haji ke Tanah Suci Mekkah muncul saat di tahun 2012.
Hanya bermodalkan mengumpulkan uang koin, sang suami Wagiran (68) dan sang istri Sripurwati (59) kemudian bisa dinyatakan berangkat ibadah haji pada tahun 2023.
Baca juga: MASYA ALLAH, Demi Temani Istri Ibadah Haji, Suami Gowes Sepeda ke Makkah, Perjalanan 8 Bulan
Uang koin yang dia dapatkan sehari-hari tersebut berasal dari berjualan kerupuk dan menjadi buruh tani.
Setiap harinya, Sripurwati harus menaiki sepeda tuanya yang sudah berkarat untuk berkeliling menjual kerupuk, lauk-pauk ataupun jajanan pasar antar desa-desa.
Untung dari berjualan kerupuk yakni Rp 20ribu, itupun kalau semua kerupuk yang dia jual habis dalam sehari.
Jika tidak dia harus menanggung kerugian apabila sudah tidak layak jual.
Untuk menambah keuntungan dari jual kerupuk, Sripurwati juga berjualan lauk pauk ataupun jajanan pasar.
Terkadang, dia juga dibantu oleh suaminya.
Untung yang tidak sebanding dengan lelahnya dia berjualan tetap dilakoni untuk mencapai impiannya berangkat ke tanah suci dan menunaikan ibadah hajinya.
Begitupula dengan Wagiran yang bekerja sebagai buruh tani, upah yang dia terimapun juga tergantung dari ada atau tidaknya pekerjaan yang harus dia lakukan.
Meski pendapatan mereka tak sebanyak kerja kantoran, namun tetap konsisten dalam pekerjaannya dan perinsip mencari rezeki yang halal mampu mengantarkan mereka untuk ibadah haji.
"Seadanya uang saya kumpulin, uang-uang koin itu Rp 500-an sampai Rp 1000-an setiap harinya dari hasil berjualan dan bekerja. Kalau ada ya kumpulin kalau ga ada ya sudah," kata Sripurwati, Kamis (8/6/2023).
Seperti pepatah, sedikit-sedikit menjadi bukit dengan sabar mereka menabung hingga akhirnya mendapatkan kabar keberangkatan pada tahun 2020.
"Sampai terkumpul Rp 17 jutaan kami mendaftar dua orang. Sampai pada tahun 2020 mendapatkan pengumuman berangkat tetapi tidak bisa karena saat itu Covid-19," katanya.
Mendapatkan kabar mundurnya jadwal keberangkatan haji, membuat dirinya semakin rindu dengan tanah suci dan ingin segera menunaikan ibadah haji.
Sebuah vigura bergambarkan Masjidilharam dengan ditengahnya yakni gambar bangunan Kaʿbah al-Musyarrafah terpasang di ruang tamunya untuk sedikit mengobati kerinduannya.
"Kami kloter 87, rencana berangkat tanggal 18 Juni tapi belum tahu juga karena kadang mundur jadwalnya," jelasnya.
Disela-sela mereka menunggu kabar keberangkatan, doa-doa terus dia lantunkan hingga mempelajari tata cara beribadah haji.
Meski begitu, mereka juga tetap konsisten bekerja seperti hari-hari biasanya.
Sosok pasutri yang mampu berangkat haji dalam keterbatasan tersebut mampu menginspirasi warga sekitar Desa Gondangmanis.
Bahkan beberapa kali saat Tribunjateng hendak mencari lokasi rumahnya dengan menyebut "Haji Kerupuk" para warga dengan mudah mengarahkannya.
Satu diantaranya yakni Maya, warga desa sekitar yang takjub dengan konsistensinya dalam mewujudkan mimpinya ke tanah suci untuk melakukan ibadah haji.
"Benar-benar takjub, bangga dan ikut senang. Karena kerja kerasnya bisa membawa mereka berangkat haji, dan ada itikad untuk beribadah," katanya.
Kisah hidup pasutri Haji Kerupuk tersebut mampu memotivasi dirinya.
"Jadi kagum gitu, bisa berangkat haji. Sangat memotivasi," tutupnya.
(TribunStyle.com /Putri Asti , TribunJateng.com/Rezanda Akbar D).