TRIBUNSTYLE.COM - Astagfirullah..bukannya tidur, sejoli malah kepergok mesum saat dini hari.
Parahnya, kelakuan tersebut mereka lakukan di tempat umum, tepatnya di area Stadion Maguwoharjo, Yogyakarta.
Joni, warga yang memergoki keduanya pun langsung memberi teguran hingga tausiyah. Seperti apa?
Baca juga: ASTAGHFIRULLAH Sejoli Duduk Sebangku Berdua di Bioskop, Nekat Mesum di Tengah Film, Tak Tahu Direkam
Media sosial digemparkan dengan foto sepasang muda-mudi yang sedang berlaku mesum di Stadion Maguwoharjo.
Foto tersebut diviralkan oleh @merapi_uncover, kiriman dari akun @joniprasetyoid.
Dalam foto, terlihat ada dua remaja yang sedang bercumbu di sebuah bangku, sekitar pukul 01.00 WIB, Minggu (21/5/2023).
Pengirim foto, Joni pun memberikan deskripsi bahwa dirinya baru saja menggerebek muda-mudi mesum tersebut.
“Astagfirullah, jam 1 kebangun, 40 menitan lihat dan ngasih tausiyah dini hari. Monggo, putra-putrinya dijaga, dicari kalau belum pulang diatas jam 10,” tuturnya.
Dia juga menuliskan, adegan mesum itu dilakukan oleh para muda-mudi di Timur Stadion Maguwoharjo.
Warganet pun banyak yang mengapresiasi tindakan Joni lantaran sudah menegur aksi mesum muda-mudi itu.
“Adek, cinta gak selamanya indah, dek,” kata salah satu warganet.
“Gek opo iki gelap-gelapan,” kata yang lain.
“Kadang ada orang yang gak peduli juga sama hal-hal begini. Jadi pahalamu mas mau kasih tausiyah malem-malem,” jelasnya.
“Walah-walah ra ngerti panggon,” tukas netizen.
Baca juga: Mesum Jam 6 Pagi Viral Sejoli Berbuat Tak Senonoh di TPU Tanah Kusir, Dilakukan saat Bulan Puasa
Bahaya Seks Bebas
Seks bebas menjadi salah satu hal yang membahayakan jika tidak adanya tindakan pencegahan.
Seks bebas sering dikaitkan sebagai perilaku seks yang berisiko tinggi terkena infeksi menular seksual atau IMS.
IMS ini ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui aktivitas seks, baik melalui vaginal, oral, ataupun anal.
Salah satu penyakit seksual yang sedang disorot adalah sifilis.
Mengutip berita Tribunjogja.com, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY Setyarini Hestu Lestari mengatakan, di tahun 2020 tercatat hanya ada 67 kasus sifilis di DIY.
Kemudian, di 2021 meningkat menjadi 141 kasus dan pada 2022 kembali merangkak naik sebanyak 333 kasus.
"Tahun 2023 terdapat 89 kasus per Januari hingga Maret," kata Rini, Rabu (10/5/2023).
Sifilis tergolong penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum.
Penularannya disebabkan oleh aktivitas seksual yang dilakukan oleh penderitanya, seperti penetrasi, seks oral, atau seks anal.
Penyakit ini tidak menyebabkan case fatality rate (CFR) atau angka kematian.
Berbeda halnya dengan penyakit IMS HIV /AIDS. Meski demikian, ibu hamil paling dikhawatirkan jika terpapar penyakit raja singa.
Baca juga: Tangis Dua Remaja Boyolali Kepergok Mesum Digerebek di Rumah Kosong, Pilih Mati Ketimbang Dinikahkan
Sebab, sifilis kongenital pada Ibu hamil terkadang tidak menunjukkan gejala. Atau gejala yang muncul tak terlihat.
Jika tidak diobati bisa menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, dan bayi lahir dengan berat badan rendah.
Bahkan, bisa menyebabkan kematian bayi yang dilahirkan.
Untuk mencegahnya selalu dilakukan tes laboratorium sederhana sebelum persalinan.
Dilakukan skrining terhadap berbagai macam penyakit seperti Hepatitis B, sifilis, HIV, malaria, TBC, dan sebagainya.
“Sifilis bisa diobati dan ada obatnya seperti antibiotik,” bebernya.
Sifilis atau raja singa adalah penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang ditemukan oleh oleh Fritz Schaudinn dan Erich Hoffmann pada 1905.
Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi juga dapat ditularkan dari ibu ke janin selama kehamilan atau saat kelahiran, yang menyebabkan terjadinya sifilis kongenital.
Apa itu sifilis kongenital yang juga membahayakan ibu hamil?
Dokter Spesialis Anak RS Panti Rapih, Dr. dr. FX. Wikan Indrarto Sp.A menjelaskan, dari data yang ada, dua dari tiga bayi dengan sifilis lahir tanpa gejala.
“Gejala umum yang kemudian berkembang pada beberapa tahun pertama kehidupan meliputi hepatosplenomegali, ruam, demam, neurosyphilis, dan pneumonitis. Sifilis kongenital tahap akhir dapat terjadi pada 40 persen bayi, salah satunya muncul kelainan bentuk hidung,” jelas dia kepada Tribun Jogja, Rabu (10/5/2023).
Dia menyebut, sifilis kongenital atau bawaan dapat dicegah dan diobati.
Baca juga: Nafsu Sudah di Ubun-ubun, Pasangan di Grobogan Nekat Mesum di Mobil, Baju Berantakan saat Digerebek
Dengan catatan, itu dilakukan selama pemeriksaan laboratorium dan perawatan diberikan kepada wanita hamil secara lebih awal, yaitu selama perawatan antenatal.
“Risiko hasil buruk pada janin dapat diminimalkan, jika seorang wanita hamil yang terinfeksi sifilis, dapat melakukan pemeriksaan laboratorium dan menerima pengobatan yang memadai pada awal kehamilan, idealnya sebelum trimester kedua,” terangnya.
Dijelaskannya, pengobatan sifilis pertama yang efektif dengan obat Salvarsan, dikembangkan pada tahun 1910 oleh Paul Ehrlich, yang diikuti oleh penisilin dan konfirmasi keefektifannya dipastikan pada tahun 1943.
“Kecurigaan infeksi sifilis pada bayi dilakukan dengan pemeriksaan serologi titer RPR bayi pada usia 3 bulan, dan dinyatakan terinfeksi sifilis jika titer bayi lebih dari 4 kali lipat titer ibunya, misal jika titer ibu 1:4 maka titer bayi 1:16 atau lebih. Selain itu, juga bila titer bayi lebih dari 1:36,” jelas dia rinci.
Sampai sekarang, pengobatan lini pertama bagi sifilis adalah satu dosis suntikan intramuskular Penisilin G atau satu dosis Azitromisin telan.
Doksisiklin dan tetrasiklin adalah pilihan lainnya, namun karena terdapat risiko kelainan pada janin, doksisiklin dan tetrasiklin tidak direkomendasikan untuk wanita hamil.
( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )
Diolah dari artikel TribunJogja.com
Baca artikel lainnya terkait berita viral di sini>>