Reporter : Triroessita Intan Pertiwi
TRIBUNSTYLE.COM - Bacaan doa khusus agar tetap bahagia berapapun pendapatannya lengap tulisan arab, latin dan arti, sifat qana'ah jadi kunci.
Hampir semua orang pasti pernah membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain.
Sikap ini kadang kala dapat membangkitkan semangat untuk mempelajari banyak hal.
Selain itu, sikap ini juga dapat menyadarkan segala kekurangan yang dimiliki sehingga memicu diri untuk memperbaikinya dan menjadi lebih baik.
Namun di sisi lain, sifat ini dapat memicu perasaan iri yang dapat menimbulkan masalah baru lainnya.
Seseorang bisa menjadi tidak percaya diri, menyalahkan diri sendiri hingga mengalami gangguan kesehatan mental.
Membandingkan gaji menjadi salah satu 'penyakit' tersembunyi yang diderita oleh manusia di usia dewasa.
Baca juga: 13 Bacaan Dzikir Sebelum Tidur, Termasuk Muawwidzat & Ayat Kursi, Istirahat Tenang Penuh Keberkahan
Baca juga: Jadi Kunci Masuk Surga, Ini 4 Amalan untuk Membahagiakan Orang Tua, Termasuk Jangan Sakiti Hatinya
Kebiasaan ini sangat tidak baik karena bisa memicu rasa sulit bersyukur.
Hal ini sendiri telah diperingatkan oleh rasulullah SAW.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim, no. 2963)
Untuk itu kita dianjurkan untuk memiliki sifat syukur dan qanaah.
Dalam Islam, Qanaah adalah menerima segala pemberian Allah apa adanya tanpa mengeluh.
Qanaah juga dapat diartikan sebagai sikap ridho dengan ketetapan Allah Ta’ala dan berserah diri pada keputusan-Nya yaitu segala yang dari Allah itulah yang terbaik.
Lantas bagaimana agar kita memiliki sifat qanaah?
Selain selalu melatih sifat bersyukur dan menjauhkan diri dari sifat hasad dan dengki, kita bisa berusaha istiqamah memanjatkan doa.
Berikut doa meminta ketakwaan dan sifat qanaah:
اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
“Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina.”
Artinya: Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf dan ghina.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
أنَّ النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يقول : (( اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca do’a: “Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina”.” (HR. Muslim no. 2721)
Yang dimaksud “al ‘afaf” adalah dijauhkan dari yang tidak halal dan menahan diri darinya. Yang dimaksud “al ghina” adalah kaya hati, yaitu hati yang selalu merasa cukup dan tidak butuh pada harta yang ada di tangan orang lain.
Baca juga: 5 Amalan Sederhana Penghapus Dosa Kecil dan Besar Bagi Seorang Muslim, Bertaubat hingga Beramal Baik
Baca juga: Dibaca Tiap Malam, Raih Sederet Keutamaan Surat Al Baqarah Ayat 285-286, Hidup Diberi Kecukupan
5 Cara Menghilangkan Hasad dalam Diri, Hempas Rasa Iri Lihat Kebahagiaan Orang Lain
1. Memiliki ilmu dan iman
Kita perlu ilmu dan iman agar tidak terjebak dengan iri atau hasad pada orang lain.
Memiliki dua hal tersebut, kita akan jauh dari hasad, dan terhindar dari kerugian baik di dunia dan di akhirat.
Di antara dampak jelek dari hasad adalah:
a. Orang yang hasad berarti menentang takdir Allah.
b. Orang yang hasad itu menjadi bala tentara setan.
c. Orang yang hasad itu memecah bela kaum muslimin.
d. Kebaikan orang yang hasad akan hilang.
e. Orang yang hasad akan terus berada dalam keadaan sedih.
2. Mengingat akhibat hasad
Syaikh Musthafa Al-‘Adawi hafizhahullah berkata, “Ketahuilah bahwa orang yang didengki (dihasadi) akan mendapatkan kebaikan dari orang yang hasad. Kebaikan dari orang yang hasad akan diambil dan akan diberi pada orang yang dihasadi. Apalagi sampai ada ghibah dan menjelekkan.” (Fiqh Al-Hasad, hlm. 47)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلِمَةٌ لِأَخِيهِ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهَا, فَإِنَّهُ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُؤْخَذَ لِأَخِيهِ مِنْ حَسَنَاتِهِ, فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَخِيهِ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ
“Barangsiapa yang berbuat zalim pada saudaranya, maka hendaknya dia meminta kehalalan padanya, karena kelak di akhirat tiada lagi dinar maupun dirham sebelum kebaikannya diambil untuk saudaranya (yang dia zalimi). Bila tidak memiliki kebaikan maka kejelekan saudaranya (yang dia zalimi) akan diberikan padanya.” (HR. Bukhari, no. 6534)
3. Memperbanyak syukur
Dikutip dari rumaysho.com, dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4: 278. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 667)
4. Melihat orang yang kondisinya di bawah kita
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِى الْمَالِ وَالْخَلْقِ ، فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ
“Jika salah seorang di antara kalian melihat orang lain diberi kelebihan harta dan fisik [atau kenikmatan dunia lainnya], maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” (HR. Bukhari, no. 6490; Muslim, no. 2963)
Dalam hadits lain disebutkan,
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim, no. 2963)
5. Berdoa kebaikan pada orang yang mendapat nikmat
Saat melihat orang lain mendapatkan nikmat, maka jika kita mendoa untuk orang tersebut maka kita meendapat apa yang sama.
Dari Ummu Darda’ radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Doa seorang muslim kepada saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa yang mustajab (terkabulkan). Di sisinya ada malaikat (yang bertugas mengaminkan doanya kepada saudarany). Ketika dia berdoa kebaikan kepada saudaranya, malaikat tersebut berkata: Aamiin, engkau akan mendapatkan yang semisal dengannya.” (HR. Muslim, no. 2733)
(TribunStyle.com / Triroessita Intan)