Reporter: Nafis Abdulhakim
TRIBUNSTYLE.COM - Demi mengantisipasi adanya erupsi susulan dari Gunung merapi, para pengungsi diminta tetap berada di Tempat Evakuasi Sementara (TES).
Hal tersebut seperti dikatakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten.
BPBD KLaten mengimbau untuk warga yang masuk kelompok rentan yang tinggal di Kawasan Rawan bencana (KRB) III tetap berada di TES.
Kepala BPBD Klaten, Sip Anwar mengatakan hal tersebut saat meninjau kondisi TES Desa Balenrante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Kamis (28/1/2021).
"Saya sudah bicara kepada para pengungsi tadi agar mereka tetap tinggal dulu di TES. Ini semua demi keselamatan bersama karena akhir-akhir ini aktivitas Merapi meningkat," ujarnya saat ditemui di TES Desa Balerante, sebagaimana dilansir dari TribunJogja.com.
Baca juga: Kumpulan Doa Terhindar dari Bencana Alam, Dijauhkan dari Banjir, Longsor, Gempa dan Gunung Meletus
Baca juga: Erupsi Gunung Semeru Timbulkan Hujan Abu Vulkanik di Probolinggo, Warga: Mata Perih Kena Abu
Anwar melanjutkan, warga bisa pulang tapi hanya siang hari saja.
Ketika sore hari, para pengungsi diminta untuk kembali ke TES.
Untuk logistik dan kenyamanan pengungsi, Sip Anwar mengatakan jika pihaknya selalu memantau keadaan TES.
Bahkan, BPBD Klaten membentuk tiga tim untuk mengawasi KRB III yakni seperti Desa Balerante, Sidorejo, dan Tegalmulyo.
"Saya juga sudah sering koordinasi dengan masing-masing TES yang ada. Apa saja kekurangan langsung saya drop dari BPBD. Ini saja masker medis sebanyak 25 ribu lembar masih belum terpakai, belum lagi masker kain, face shield, hingga handsanitizer dan disinfektan," imbuhnya.
Ketika disinggung terkait erupsi Gunung merapi pada Rabu (27/1/2021) siang, Sip Anwar mengatakan, secara keseluruhan tiga desa tersebut cenderung aman.
Namun ada satu desa, lanjut Anwar, yang diterjang hujan abu vulkanik Gunung Merapi yakni Desa Tegalmulyo.
"Kemarin memang ada di Tegalmulyo hujan abu. Tapi itu hujannya tipis lho ya. Saya luruskan tidak ada hujan pasir seperti yang digembor-gemborkan," imbuhnya.
Sementara itu, Koordinator Pengungsi TES Desa Balerante, Jainu mengatakan jika pasca erupsi Gunung Merapi Rabu kemarin, kondisi di Desa Balerante masih terpantau kondusif dan jumlah pengungsi Gunung Merapi di TES itu sebanyak 227 pengungsi.
"Kita disini tidak ada hujan abu. Kondisi masih kondusif. Masyarakat masih bisa memberikan makan hewan ternak," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Gunung Merapi kembali menyemburkan awan panas guguran ke udara, Kamis (28/1/2021) sekitar pukul 10.13 WIB.
Awan panas diketahui meluncur sejauh 2 kilometer ke arah barat daya.
Aktivitas tersebut pun tercatat di seismogram.
Hal tersebut diungkapkan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).
BPPTKG melaporkan bahwa guguran awa panas tersebut tercatat di seismogram dengan amplitudo 69 milimeter dengan durasi 175 detik.
Akan tetapi, seberapa tinggi semburan abu ke udara tidak tercatat.
Dikarenakan, cuaca saat itu berkabut di puncak Gunung Merapi.
"Estimasi jarak luncur 2.000 meter ke arah barat daya, hulu Kali Krasak dan Kali Boyong," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida dalam keterangan tertulisnya, Kamis.
BPPTKG juga melamporkan ada beberapa gempa di Gunung Merapi.
Gempa tersebut terekam sejak pukul 06.00 WIB hingga 12.00 WIB.
Di antaranya 30 kali gempa guguran, tiga kali gempa embusan, dan empat kali gempa fase banyak, sebagaimana dilansir dari Kompas.com.
Hingga saat ini, BPPTKG masih menetapkan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.
Masyarakat sekitar Gunung Merapi pun diimbau tidak berkegiatan di daerah potensi bahaya.
Dan juga, masyarakat diminta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
Terutama pada penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III.
Untuk pelaku wisata juga direkomendasikan untuk tidak berkegiatan di daerah potensi bahaya dan bukaan kawah sejauh 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Sebelumnya diberitakan, Gunung Merapi dilaporkan telah meluapkan awan panas ke duara sebanyak 14 kali.
Beberapa desa di Boyolali terkena dampaknya.
Tak sedikit yang terkena hujan abu dari erupsi Gunung Merapi.
Selain itu, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) ungkap status terkini gunung tersebut.
Dilansir oleh Kompas.com, Gunung Merapi sudah mengeluarkan 14 kali awan panas guguran, Rabu (27/1/2021).
Awan panas tersebut menyembur mulai pukul 06.00 WIB.
Aktivitas tersebut rupanya berlangsung hingga pukul 10.00 WIB.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyatakan, meski gunung kerap menyemburkan awan panas, kejadian ini masih dianggap dalam batas normal.
Materi yang keluar dari gunung tersebut juga menimbulkan dampak hujan abu di beberapa daerah di Boyolali.
"Dilaporkan terjadi hujan abu intensitas tipis di beberapa desa di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali, dan Boyolali Kota," kata Hanik dalam keterangan tertulisnya, Rabu.
"Masyarakat diimbau untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik," lanjutnya.
Dari 14 awan panas guguran itu, jarak luncur terjauh terlihat pada pukul 08.22 WIB yakni 1,5 kilometer.
Hingga saat ini, BPPTKG masih menetapkan aktivitas Gunung Merapi pada level III (Siaga).
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas.
Diprediksikan terjadi pada sektor selatan-barat daya yang meliputi sungai Boyong, Bedok, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh 5 kilometer.
Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.
Saat ini, masyarakat diimbau agar tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah potensi bahaya.
Selain itu, masyarakat juga mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
Sementara untuk penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III direkomendasikan untuk dihentikan.
Untuk pelaku wisata, juga direkomendasikan untuk tidak melakukan kegitan di daerah potensi bahaya.
Sebelumnya diberitakan, Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran pada Selasa (26/1/2021).
Dalam pemantauan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mulai 18.00 WIB hingga 24.00 WIB, awan panas meluncur ke arah barat daya atau ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
"Awan panas guguran tercatat terjadi 11 kali," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida dalam laporan tertulisnya, Rabu (27/1/2021).
Awan panas itu pertama kali terjadi pada pukul 18.26 WIB tercatat di seismogram dengan amplitudo 45 milimeter dan durasi 135 detik.
Tinggi kolom tercatat 300 meter. Sedangkan jarak luncur 1.300 meter ke arah barat daya hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Pukul 19.03 WIB, awan panas guguran kembali terjadi. Tercatat di seismogram awan panas guguran dengan amplitudo 40 milimeter dan durasi 160 detik.
Tinggi kolom tak teramati karena cuaca berkabut, mendung dan hujan. Sedangkan estimasi jarak luncur 1.500 meter ke arah barat daya ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Awan panas guguran kembali teramati terjadi pukul 19.46 WIB, tercatat di seismogram dengan amplitudo 41 milimeter dan durasi 131 detik. Estimasi jarak luncur 1.200 meter ke arah barat daya ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Pukul 20.17 WIB, awan panas guguran tercatat di seismogram dengan amplitudo 41 milimeter dan durasi 141 detik. Estimasi jarak luncur 1.300 meter ke arah barat daya hulu Kali Krasak dan kali Boyong.
Setelah itu, pada pukul 20.38 WIB, kembali terjadi awan panas guguran tercatat di seismogram dengan amplitudo 41 milimeter dan durasi 159 detik. Estimasi jarak luncur 1.500 meter ke arah barat daya hulu Kali Krasak dan Boyong.
Pada pukul 21.38 WIB, awan panas guguran kembali terjadi di Gunung Merapi. Awan panas guguran tercatat di seismogram dengan amplitudo 35 milimeter dan durasi 137 detik. Estimasi jarak luncur 1.200 meter ke arah barat daya ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Awan panas guguran terjadi kembali pukul 21.40 WIB. Tercatat di seismogram dengan amplitudo 35 milimeter dan durasi 128 detik. Estimasi jarak luncur 1.200 meter ke arah barat daya ke hulu Kali Krasak dan kali Boyong.
Tak berselang lama, pada pukul 21.45 WIB terjadi kembali awan panas guguran tercatat di seismogram dengan amplitudo 36 milimeter dan durasi 142 detik. Estimasi jarak luncur 1.300 meter ke arah barat daya hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Pada pukul 21.48 WIB, awan panas tercatat terjadi di Gunung Merapi. Awan panas guguran tercatat di seismogram dengan amplitudo 25 milimeter dan durasi 108 detik. Estimasi jarak luncur 1,000 meter ke arah barat daya hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Awan panas guguran kembali terjadi pukul 23.14 WIB, tercatat di seismogram dengan amplitudo 60 milimeter dan durasi 155 detik. Jarak luncur 1.500 meter ke arah barat daya hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Pada pukul 23.29 WIB, awan panas guguran kembali terjadi. Tercatat di seismogram dengan amplitudo 60 milimeter dan durasi 158 detik. Estimasi jarak luncur 1.500 meter ke arah barat daya ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Sampai saat ini BPPTKG masih menetapkan aktivitas Gunung Merapi pada Siaga (Level III). Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer.
Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.
Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah potensi bahaya selain itu mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
Penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III direkomendasikan untuk dihentikan.
Pelaku wisata direkomendasikan untuk tidak melakukan kegiatan pada daerah potensi bahaya dan bukaan kawah sejauh 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
(TribunStyle.com/Nafis,TribunJogja.com,Kompas.com/Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Dalam 6 Jam, Gunung Merapi Keluarkan 11 Kali Guguran Awan Panas
Baca juga: Kumpulan Doa Terhindar dari Bencana Alam, Dijauhkan dari Banjir, Longsor, Gempa dan Gunung Meletus
Baca juga: Erupsi Gunung Semeru Timbulkan Hujan Abu Vulkanik di Probolinggo, Warga: Mata Perih Kena Abu