TRIBUNSTYLE.COM - Iyut Bing Slamet konsumsi narkoba sejak 2004, apakah kecanduan? Simak penyebab pecandu susah berhenti.
Baru-baru ini, kabar soal penyalahgunaan narkoba kembali menjerat dunia artis.
Iyut Bing Slamet ditangkap di kediamannya di kawasan Kramat Sentiong, Jakarta Selatan, pada Kamis (3/12/2020) malam ataus kasus narkoba.
Dari hasil penangkapan, polisi mengamankan barang bukti sabu seberat 0,7 gram dan alat isapnya.
Hasil tes urine membuktikan, Iyut positif menggunakan barang haram tersebut.
Ini bukan kali pertama Iyut Bing Slamet tersandung kasus narkoba.
Baca juga: Selain Iyut Bing Slamet, Ini 5 Artis yang Terjerat Narkoba Lebih dari Sekali, Bolak-Balik Masuk Bui
Baca juga: 5 Fakta Iyut Bing Slamet Terjerat Narkoba, Pakai Barang Haram Sejak 2004 hingga Ancaman Hukuman
Sebelumnya, adik Adi Bing Slamet ini juga pernah terjerat kasus narkoba akibat penggunaan putau di tahun 2011.
Ia disebut telah belasan tahun menggunakan narkoba.
Berdasarkan pemeriksaan, Iyut telah mengonsumsi barang haram tersebut sejak tahun 2004.
Apakah artis yang sempat membintangi sitkom 'Mody Juragan Kost' tahun 90-an itu kecanduan?
Terlepas dari itu, kiranya menarik untuk dibahas terkait kenapa pecandu susah berhenti.
Kenapa Pecandu Susah Berhenti Memakai Narkoba?
Dilansir oleh Theconversation.com, narkoba mempengaruhi bagaimana cara pesan-pesan dikirim melalui otak.
Otak adalah pusat komunikasi besar yang menyampaikan pesan bolak-balik untuk mengatur apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan.
Pesan-pesan tersebut dikirim melalui bahan kimia di otak yang disebut neurotransmitter.
Setiap jenis narkoba mempengaruhi jalur neurotransmitter yang berbeda dengan cara yang berbeda pula.
Beberapa mempengaruhi lebih dari satu neurotransmitter.
Namun, sebagian besar narkoba berdampak pada sistem dopamin.
Dopamin Mengendalikan Emosi, Motivasi, dan Perasaan Senang
Otak manusia terprogram untuk memastikan kita mengulangi kegiatan yang menyenangkan.
Ketika melakukan sesuatu yang menyenangkan, tubuh mendapatkan sedikit dopamin, otak kemudian mengingatkan untuk melakukannya lagi.
Narkoba mengaktifkan dopamin dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan kegiatan pengaktif dopamin lainnya, seperti makan dan seks.
Akibatnya, ada dorongan dari dalam yang kuat untuk mengulangi penggunaan narkoba.
Otak menjadi prima untuk mengulangi penggunaan narkoba tanpa benar-benar memikirkannya.
Ketika dopamin dalam jumlah besar dilepaskan, otak mengalami kesulitan menjaga produksinya dan dapat kehabisan dopamin pada sementara waktu.
Ini adalah salah satu alasan mengapa satu atau dua hari setelah menggunakan narkoba, seseorang mungkin tampak datar atau tertekan.
Apa yang Terjadi Ketika Persediaan Dopamin Habis?
Setelah satu hari atau lebih, otak kembali memproduksi dopamin dan suasana hati kembali normal.
Ketika dopamin yang tersimpan kerap terkuras berulang-ulang, otak tidak dapat mengatasinya dan mulai menutup beberapa struktur yang diperlukan untuk memindahkan dopamin ke sekitar otak.
Beberapa jalur dopamin utama melintas melalui bagian otak yang digunakan untuk berpikir, korteks prefrontal.
Ketika sistem dopamin rusak pada bagian otak ini, akan jauh lebih sulit untuk memikirkan konsekuensi dan melakukan pertimbangan saat mengambil keputusan, sehingga penggunaan narkoba menjadi lebih otomatis.
Ketika dopamin habis karena penggunaan yang kronis, seseorang mungkin bisa merasa datar selama berbulan-bulan, bahkan ketika mereka berhenti menggunakan narkoba.
Hal ini bisa menjadi motivasi penggunaan narkoba dalam rangka merasakan kembalui kesenangan itu. (Gigih Panggayuh/TribunStyle)
Baca juga: Iyut Bing Slamet Ditangkap Karena Kasus Narkoba, Ketahuan Beli 0,7 Gram Sabu, Ini Penjelasan Polisi
Baca juga: Profil Iyut Bing Slamet, Adik Adi Bing Slamet yang Terjerat Narkoba, Sempat Jadi Idola Remaja 90-an