"Kami memastikan, ketika orang berbicara dan droplets keluar mulut. Ini berarti, penyakit tetap dapat menyebar dengan berbicara, tanpa batuk atau bersin," kata Fischer.
"Kami juga melihat, beberapa masker bekerja lebih efektif dibanding yang lain dalam memblokir partikel yang keluar," imbuhnya.
Inilah masker terbaik hingga terburuk
Hasil penelitian yang terbit di Science Advances, Jumat (7/8/2020) menunjukkan bahwa masker N95 efektif memblokir sebagian besar tetesan atau droplets yang dilepaskan saat orang berbicara.
Kemudian peringkat kedua yang efektif adalah masker bedah dan diikuti masker dari bahan polipropilen.
Sementara masker kain dari katun dan rajutan, sebenarnya mampu memblokir sejumlah droplets tapi tidak seefektif masker N95.
"Dengan kata lain, masker tersebut efektif melindungi pemakainya dari lingkungan luar, tapi tidak melindungi orang lain dari pemakainya.
Dan itu adalah peran kedua yang penting dalam mengurangi penyebaran Covid-19," kata Fischer.
Hasil mengejutkan adalah masker bandana atau yang dikenal dengan buff.
Dalam eksperimen tersebut, buff dinilai sebagai masker yang paling tidak efektif.
• 6 Ide Lomba Agustusan Secara Online di Tengah Pandemi Virus Corona, Tetap Aman dan Menyenangkan!
Bahkan lebih buruk dibanding orang yang tidak memakai masker sama sekali.
Para peneliti berpikir, ini karena buff justru membuat droplet semakin berkembang biak di udara.
"Mungkin banyak orang berpikir, menggunakan masker jenis apa saja lebih baik dibanding tidak memakainya sama sekali. Tapi, hal itu salah," kata Fischer.
"Kami mengamati bahwa jumlah droplets meningkat saat orang memakai buff. Kami yakin, bahan yang digunakan pada buff dapat memecah droplets menjadi partikel berukuran lebih kecil. Hal ini membuat pengguna buff menjadi kontraproduktif, karena tetesan yang lebih kecil lebih mudah terbawa udara dan membahayakan orang di sekitar," paparnya.
Penelitian ini kembali menyoroti bahwa tidak semua masker memiliki tingkat keefektifan yang sama.