TRIBUNNEWSMAKER.COM - Akhirnya BMKG buka suara soal viral awan di langit Meulaboh, Aceh Barat, berbentuk tsunami yang dikait-kaitkan sebagian masyarakat dengan bencana. Begini kata BMKG ....
Sebuah fenomena awan Arcus atau awan tsunami muncul di langit Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.
Munculnya awan yang terlihat bak gelombang tsunami tersebut sontak membuat warga di daerah tersebut terkejut.
Mengetahui hal itu, tak sedikit warga yang coba mengabadikannya dengan kamera ponsel.
“Warga memang terkejut ya, selain heran, mereka juga banyak yang mengabadikan fenomena alam ini dengan telepon selulernya, juga tidak sedikit mengaitkan dengan mitos-mitos kebencanaan," terang seorang warga Aidil Firmansyah kepada Kompas.com melalui telepon selulernya, Senin, (10/8/2020).
"Tapi fenomena ini tidak berlangsung lama, hanya setengah jam kemudian awan terbawa angin, lalu cuaca pun mendung sepanjang hari,” lanjutnya.
• 16 Tahun Berpisah Karena Tsunami, Pria Ini Bertemu Lagi dengan Anak Istri yang Dikira Sudah Tiada
• Ingat Meninggalnya Andi Seventeen Saat Tsunami Banten? Begini Kabar Baru Bayi yang Dia Tinggalkan
Hal sama juga disampaikan warga lainnya. Dilansir dari Antara, Sabrina mengatakan, munculnya awan yang menyerupai gelombang tsunami itu menimbulkan ketakutan tersendiri bagi warga.
“Kami juga sempat takut melihat awan yang begitu hitam pekat, menakutkan sekali. Jarang ada peristiwa seperti ini,” katanya.
Penjelasan BMKG
Kasi Data BMKG Stasiun Sultan Iskandar Muda, Zakaria mengatakan, munculnya awan Arcus atau biasa disebut awan tsunami tersebut dianggap fenomena langka.
Awan tsunami merupakan bagian dari awan kumulonimbus.
Awan tersebut berpotensi menimbulkan angin kencang hingga hujan es.
Oleh karena itu, warga yang mengetahui awan tersebut diminta lebih waspada dan dapat menghindari tempat terbuka.
"Awan ini merupakan bagian dari awan CB (kumulonimbus). Awan ini merupakan awan rendah dan biasanya berada pada satu level (single level)," katanya.
"Awan ini juga dapat menimbulkan angin kencang, hujan lebat, bisa juga terjadi kilat, petir, angin puting beliung atau hujan es," lanjut Zakaria.
Berawal dari Heboh Unggahan di Media Sosial
Viral awan mirip tsunami dikaitkan bencana ini berawal dari heboh unggahan foto-foto dan video di media sosial.
Netizen heboh setelah ada penampakan awan tak biasa di atas Kota Meulaboh, Aceh Barat.
Unggahan @masawep di Twitter pada Senin (10/8/2020) pukul 10.35 WIB itu menarik perhatian netizen.
Dalam video berdurasi 29 detik tersebut, tampak gumpalan awan dengan warna hitam bercampur putih.
Awan itu bergulung dan berukuran cukup panjang menyelimuti kota.
Bentuknya seperti gelombang laut atau seperti gelombang tsunami.
Awan seperti itu bukan pertama terjadi di Indonesia.
Tak jarang masyarakat menyebutnya sebagai awan tsunami.
Dikutip dari Kompas.com, seorang warga, Aidil Firmansyah mengaku heran dan terkejut melihat fenomena awan tsunami itu.
Menurut Aidil, warga terlihat terheran-heran melihat awan yang menggulung panjang itu, karena belum pernah terjadi sebelumnya.
“Warga memang terkejut ya, selain heran, mereka juga banyak yang mengabadikan fenomena alam ini dengan telepon selulernya, juga tidak sedikit mengaitkan dengan mitos-mitos kebencanaan," jelas Aidil kepada Kompas.com melalui telepon selulernya, Senin (10/8/2020).
"Tapi fenomena ini tidak berlangsung lama, hanya setengah jam kemudian awan terbawa angin, lalu cuaca pun mendung sepanjang hari,” katanya.
Apa itu Awan Arcus?
Awan tersebut disebut sebagai awan arcus.
Kasi Data BMKG Stasiun Sultan Iskandar Muda, Zakaria, dikutip dari Kompas.com, menyebutkan awan itu termasuk awan kumulonimbus.
"Awan berbentuk seperti ombak yang menggulung namanya awan arcus atau disebut juga awan tsunami, ini memang fenomena langka," kata Zakaria.
Zakaria mengatakan, awan ini dapat menimbulkan angin kencang hingga hujan es.
"Awan ini merupakan bagian dari awan CB (kumulonimbus). Awan ini merupakan awan rendah dan biasanya berada pada satu level (single level)," katanya.
Selain itu, awan ini biasanya terjadi di daerah yang tidak begitu luas sehingga tidak dapat dipantau oleh satelit.
Masyarakat diimbau agar tidak berada di lokasi terbuka bila melihat awan tersebut.
Penjelasan BMKG
Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko, menjelaskan, fenomena awan bergulung ini disebut sebagai awan roll atau roll cloud.
Fenomena awan bergulung merupakan suatu fenomena alamiah yang biasa terjadi.
"Roll cloud merupakan salah satu jenis awan arcus (Arcus cloud)," kata Hary saat dihubungi Kompas.com, Senin (10/8/2020) sore.
Menurut Hary, terdapat dua jenis awan arcus, yaitu shelf clouds dan roll clouds.
Hary mengungkapkan, awan arcus merupakan awan rendah, panjang, dan tipis yang terkait dengan awan hujan disertai kilat atau petir, dan angin kencang.
"Awan tersebut terkadang terlihat di bawah awan cumulonimbus," ujar dia.
Ia menambahkan, awan ini berbentuk kolom horizontal yang dapat menggelinding atau bergulung panjang, apabila awan tersebut mengalami perbedaan arah angin di lapisan bagian atas dan bawah.
Hal ini, lanjutnya, terjadi saat suatu aliran udara dingin yang turun dari awan cumulonimbus sampai mencapai tanah.
"Udara dingin tersebut diindikasikan menyebar dengan cepat di sepanjang tanah, kemudian mendorong udara lembap dan hangat yang ada di sekitarnya ke atas," paparnya.
Saat udara ini naik, uap air mengembun membentuk pola awan arcus.
Imbauan BMKG
Hary menambahkan, awan tersebut mempunyai ketinggian hingga sekitar 6.500 kaki atau sekitar 2.000 meter atau 2 kilometer.
Ketika awan arcus terbentuk dengan awan cumulonimbus dan downdraft, hal ini dikaitkan dengan hujan lebat atau hujan es, kilat atau petir, dan angin kencang.
Masyarakat sekitar diimbau untuk waspada terhadap kemungkinan terjadinya hujan lebat disertai kilat dan angin kencang.
"Sejauh ini kewaspadaan terhadap hujan lebat, kilat atau petir, dan angin kencang terkait dengan hal tersebut," ujar dia. (*)
Sebagian isi artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penampakan Awan Tsunami di Meulaboh, Berlangsung Setengah Jam dan Gegerkan Warga"