TRIBUNSTYLE.COM - Telah viral sebuah video warga terlihat berjubel dan berlarian masuk mal, Ahli: 'Banyak yang sudah jenuh dan bosan berada di rumah.'
Sebuah video yang viral di sosial media Twitter menampilkan orang-orang tengah berebut masuk mal.
Cuitan tersebut viral di media sosial pada Jumat (22/5/2020), dan diunggah oleh akun Twitter Gesya, @cudble.
Diketahui, viralnya video tersebut lantaran masyarakat Indonesia masih mengabaikan protokol kesehatan pencegahan virus corona.
Berangkat dari kejadian ini, psikolog dari Univeritas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Laelatus Syifa menyampaikan bahwa hal ini lumrah terjadi.
Warga yang berlarian berjubel tersebut telah merasa jenuh dan bosan berada di rumah.
Ia menjelaskan, rasa jenuh dan bosan tersebut disebabkan oleh lamanya karantina yang telah berjalan selama dua bulan.
"Menurut saya, warga berebut masuk mal karena banyak yang sudah sampai titik jenuh dan bosan berada di rumah, bisa dikatakan kondisi ini sudah berjalan 2 bulan, itu waktu yang cukup panjang ditambah lagi masih tidak jelas kapan kondisi ini akan berakhir," ujar Latus dilansir dari Kompas.com, Sabtu (23/5/2020).
• Klarifikasi Ranty Maria Dituding Bela Sarah Keihl atas Viral Lelang Keperawanan: Shes Human
• Viral Video Keluarga Jenazah PDP Corona Diminta Bayar Rp 3 Juta, Ini Kata Pihak Rumah Sakit
Ia menjelaskan, kebosanan yang dirasakan masyarakat menimbulkan stres.
Sebab semakin bosan, maka akan berdampak semakin stres.
"Orang yang stresnya tinggi lebih berpotensi untuk melanggar aturan yang ada," kata dia.
Pelampiasan kebosanan
Sementara itu, ketika masyarakat merasa jenuh dan bosan dengan kondisi ini, Latus menyampaikan bahwa cara pelampiasan tidak hanya dengan memenuhi hasrat yang selama ini diinginkan.
Namun, alternatif lain yang dapat dilakukan yakni dengan menurunkan tegangan dan membuat diri senyaman atau serileks mungkin.
"Me-release stres itu prinsipnya adalah mengalihkannya ke kegiatan yang bisa menurunkan tegangan, membuat kegiatan yang rileks dan menyenangkan di rumah," ujar Latus.
"Bisa jadi memasak, nonton film, baca buku, dan lain sebagainya sesuai selera. Jadi, tidak harus kegiatan yang sebenarnya, tapi cukup dialihkan sebagai subtitute atau pengganti," lanjut dia.
Sementara itu, Latus menggambarkan bahwa orang yang memerlukan pengalihan kegiatan agar tidak stres ibarat orang yang suka memukul ketika marah, menurutnya, energi orang tersebut akan dialihkan untuk bermain boxing.
Dalam kasus ini dapat juga diterapkan.
Apabila seseorang merasa jenuh, maka sebaiknya mereka mengganti kegiatan lain yang menyenangkan.
Misalnya seperti suasana nyaman di rumah bersama keluarga menjalin hubungan sosial melalui medsos.
Hal ini dilakukan dengan kesadaran penuh, bahwa inti dari semua ini adalah dengan melakukannya untuk kebaikan bersama.
"Kalau niatan ini tidak kuat, mudah saja goyah untuk melanggar peraturan kesehatan. Selain kegiatan yang bervariasi, menciptakan kondisi psikologis yang nyaman untuk seseorang tetap betah tinggal di rumah adalah hal yang sangat penting," imbuhnya.
• VIRAL Pria Unggah Foto Perubahan Drastis Sebelum & Sesudah Dirongrong Corona, Kekar Jadi Kerempeng
• Viral Video Cek Cok Habib Umar Assegaf dengan Petugas PSBB, Terungkap 3 Pelanggaran
Viral video keluarga jenazah PDP corona diminta bayar Rp 3 juta untuk pemulasaraan, begini kata pihak rumah sakit.
Sebuah video yang memperlihatkan perdebatan beberapa orang dengan petugas rumah sakit sempat viral pada Kamis (21/5/2020).
Potongan video tersebut tersebar di beberapa media sosial seperti Instagram dan Facebook.
Tidak hanya itu, masyarakat juga ramai membagikannya lewat WhatsApp.
Dikutip dari Kompas.com, perdebatan itu terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wahidin Sudirohusodo, Mojokerto.
Berdasarkan percakapan yang terekam dalam video, keluarga menanyakan terkait uang sebesar Rp 3 juta yang diminta petugas rumah sakit.
Alasan petugas meminta uang tersebut adalah untuk pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 yang meninggal.
Terdengar pihak keluarga pasien beberapa kali mengutarakan keluhannya kepada petugas.
Mereka mempertanyakan soal uang sebanyak itu, sedangkan semestinya biaya pemulasaraan jenazah Covid-19 ditanggung pemerintah.
Pihak keluarga tetap membayar tapi dengan memaksa petugas memberikan kuitansi sebagai tanda bukti pembayaran.
"Rumah Sakit dr Wahidin Sudirohusodo. Bu Wali (Wali Kota Mojokerto) tolong diperhatikan," kata salah satu keluarga pasien dalam rekaman itu.
• Viral Gadis Curhat Orang Tersayang Meninggal Jelang Idul Fitri, Mulut Terasa Asin Jadi Pertanda Ajal
• Lihat Video Bocah Penjual Gorengan Dibully, Arda Naff Langsung Mewek, Suami Tantri Kotak Ingat Mama
Penjelasan Direktur Rumah Sakit
Direktur RSUD dr Wahidin Sudirohusodo, Sugeng Mulyadi, membenarkan bahwa peristiwa dalam video itu terjadi di rumah sakit yang dipimpinnya.
Ia mengatakan insiden itu terjadi karena adanya kesalahpahaman antara pihak keluarga pasien dan petugas.
"Pasien (Covid-19) nonreaktif, tetapi kondisinya memang ada pneumonia. Pada tanggal 19 Mei, kondisi memburuk terus meninggal. Rencana mau dilakukan uji swab, tapi keburu meninggal," kata Sugeng sebagaimana dikutip dari Kompas.com, Jumat (22/5/2020).
Menurutnya, petugas rumah sakit yang menangani jenazah itu masih memakai aturan lama.
Padahal dalam aturan baru disebutkan bahwa biaya pemulasaraan jenazah PDP ditanggung oleh pemerintah.
Dalam aturan lama, memang biaya jenazah pasien yang belum terkonfirmasi Covid-19 tidak ditanggung negara.
"Masalah yang ramai itu adalah masalah uang. Sesuai SE Nomor 6, (biaya pemulasaraan jenazah) untuk pasien PDP bisa diklaim. Nah, personelnya (petugas) tidak paham, jadi masih menerapkan SE yang lama," terangnya.
Sementara biaya Rp 3 juta itu, menurut Sugeng, hanya sebagai jaminan.
Uang jaminan itu digunakan untuk pengadaan peti jenazah, plastik, dan kebutuhan lainnya.
Keesokan harinya, petugas rumah sakit itu berkonsultasi dengan atasannya.
Atasannya pun membenarkan biaya pemulasaraan jenazah PDP ditanggung negara.
Namun, petugas itu tak langsung mengembalikan uang, melainkan menunggu keluarga pasien datang ke rumah sakit.
"Pada pagi harinya, dia (petugas) konfirmasi kepada atasannya, tapi belum sempat mengembalikan uangnya. Kesalahpahaman lagi, petugasnya menunggu keluarga datang. Karena saling menunggu, akhirnya meletus itu," ujar Sugeng.
Terkait dengan permasalahan itu, Sugeng memastikan uang sebesar Rp 3 juta telah dikembalikan ke keluarga pasien.
"Untuk masalah ini, kami sudah selesaikan dan berikan penjelasan kepada pihak keluarga pasien. Insya Allah sudah clear," jelasnya.
Sebagai informasi, pihak keluarga yang berdebat dalam rekaman itu diketahui merupakan keluarga dari PDP yang meninggal pada Selasa (19/5/2020) lalu.
Jenazah merupakan pasien berinisial JSH yang berasal dari Kecamatan Gedek, Kabupaten Mojokerto.
Almarhum menjalani perawatan di rumah sakit milik Pemkot Mojokerto itu hingga akhirnya meninggal pada usia 60 tahun.
(TribunStyle.com/Gigih Panggayuh/Dhimas Yanuar, Kompas.com/ Retia Kartika Dewi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Viral Video Warga Berebut Masuk Mal, Psikolog: Banyak yang Sudah Sampai Titik Jenuh dan Bosan"