TRIBUNSTYLE.COM - Pandemi Corona membawa dampak ekonomi mendalam bagi masyarakat Indonesia, tak terkecuali Ason.
Ason Sopian, merupakan warga Batam, Kepulauan Riau yang berprofesi sebagai pekerja serabutan.
Ia semakin sulit mendapatkan uang lantaran tak banyak orang menggunakan jasanya di tengah pandemi corona.
Ason yang merupakan pekerja serabutan ini mengaku pendapatannya menurun drastis.
Padahal pada hari-hari biasa, ia hanya bisa membawa pulang uang sekitar Rp 25.000 hingga Rp 50.000.
Minim skill, Ason mengaku dulunya pernak bekerja di sebuah bengkel.
Namun kemudian ia harus berhenti bekerja lantaran bengkel tersebut tutup.
• Update Virus Corona Nasional 17 April 2020, Bertambah 407 Pasien di 34 Provinsi, Total 5.923 kasus
• Kesal Diganggu Saat Bekerja di Rumah Gara-gara Corona, Seorang Ayah Tega Lakban Anaknya di Lantai
Ason mengaku sejak saat itu penghasilannya makin menurun dan terperosok di saat pandemi corona.
“Saya tidak ada skill, dulunya pernah kerja di bengkel, namun tidak bertahan lama karena bengkelnya tutup. Dan, akhirnya saya kerja serabutan ke sana ke mari. Dan, setelah corona ini, sulit untuk mencari pekerjaan serabutan itu, karena banyak yang berdiam diri di rumah,” terang Ason kepada kompas.com.
Kondisi perekonomian keluarga Ason bahkan tak mengizinkan kelima anaknya untuk mencicipi bangku sekolah.
Dengan dibantu sang istri yang bekerja sebagai buruh tempe, Ason berusaha bertahan hidup.
Dalam sebulan sang istri dapat memperoleh penghasilan Rp 1 juta perbulan.
“Kalau dirasakan, tentunya tidak cukup. Namun kami buat secukupnya, yang terpenting ada beras untuk dimasak,” imbuhnya.
Kesulitan ekonomi ini kemudian membuat Ason nekat untuk menjual HP bekas miliknya demi membeli beras.
Padahal Ason sadar jika HP tersebut telah rusak dan mungkin tidak laku dijual.
Namun takdir baik menghampiri Ason saat seseorang merekam kondisinya dan membagikannya di media sosial.
Berita itu kemudian viral dan membuat banyak orang tergerak untuk membantu Ason.
“Saya benar-benar merasa menjadi manusia yang paling beruntung, ternyata apa yang saya doakan didengar Allah, dan hari ini saya benar-benar merasakan nikmat Allah yang tidak disangka-sangka,” katanya.
Ason pun berdoa kebaikan para dermawan menjadi amal ibadah dan mendapat balasan dari Tuhan.
Ia juga berharap ada orang yang bersedia mempekerjakannya sehingga tidak selalu menunggu bantuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.
“Saya berharap jangan bantuan saja yang diberikan, mudah-mudahan ada orang yang mau menerima saya untuk bekerja kepada orag tersebut, agar saya selalu bisa memberikan nafkah untuk kelima anak saya ini,” harap Ason.
Ason bersama istri kini tinggal di Kavling Kamboja, Blok B1, Nomor 87, RT 004 RW 015, Kelurahan Sei Pelenggut, Kecamatan Sagulung, Batam, Kepulauan Riau (Kepri). (Hadi Maulana/Kompas.com/Triroessita Intan/TribunStyle.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ason, Warga yang Jual HP Rusak demi Beras: Doa Saya Didengar Allah..."
Dikucilkan karena Tetangganya Meninggal Akibat Corona, Keluarga Ini Terpaksa Hidup Miris di Hutan
Satu keluarga di Desa Winetin, Kecamatan Talawaan, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, terpaksa ngungsi di hutan karena tetangganya meninggal akibat virus corona.
Hanya gara-gara tetangga dekatnya meninggal setelah terinfeksi virus corona, satu keluarga ini merasa dikucilkan oleh warga yang lain.
Tak ingin dikucilkan, satu keluarga ini terpaksa mengungsi di hutan lantaran tak tahu harus berlindung ke mana.
Mereka mengisolasi diri atas inisiatif sendiri, karena salah seorang tetangga mereka meninggal positif virus corona atau Covid-19.
Elly Lasaheng yang merupakan kepala keluarga mengatakan, tetangga yang meninggal seorang ibu.
Sebelum tetangganya meninggal, ada tiga orang petugas memakai pakaian lengkap alat pelindung diri (APD) datang ke rumah mereka.
• Benarkah Pandemi Corona Segera Berakhir? 6 Hal Ini Jadi Pertanda Baik & Tumbuhkan Semangat Baru
• Sehari Antar Puluhan Korban Corona, Sopir Mobil Jenazah Buat Najwa Shihab Tertunduk Sedih
Para petugas ini meminta izin untuk melakukan pemeriksaan. Menurut Elly, para petugas ini dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Minahasa Utara.
"Mereka mengambil sampel darah saya dan keluarga untuk pemeriksaan.
Saya sempat bertanya, kenapa? Kata mereka 'oh hanya untuk memastikan apakah terkena virus atau tidak'," kata Elly didampingi sang istri, Agustin Sigarlaki, saat diwawancara di kediamannya, di Desa Winetin, Jaga III, Kamis (16/4/2020) siang.
Lanjut Elly, setelah beberapa hari diperiksa, mereka mendapat informasi bahwa salah seorang ibu yang menjadi tetangga mereka telah meninggal karena Covid-19.
"Sorenya, suami dari ibu yang meninggal itu tiba di rumahnya.
• 7 Kesalahan Pemakaian Hand Sanitizer yang Membuat Virus Corona Tak Bisa Mati, Jangan Sentuh Ini
Kemudian, kita melihat tetangga samping rumah sudah menghindar lebih dulu.
Kita juga langsung mengungsi, tidak tahu mau ke mana, jadi kita pilih ke hutan saja," ungkap Elly.
Saat mengisolasi diri di hutan, keluarga Lasaheng-Sigarlaki itu sudah membawa bekal untuk kebutuhan di hutan.
"Sekitar empat hari kita mengisolasi diri di hutan.
Kita kembali ke rumah karena sudah ada informasi dari Dinkes, hasil pemeriksaan saya dan keluarga, bagus atau tidak terkena virus," ujarnya.
Elly menjelaskan, alasan lain mereka mengisolasi diri di hutan, karena warga mulai menjauhi keluarganya.
Hidup di hutan, satu kondisi keluarga ini begitu memperihatinkan.
Di hutan, Elly dan keluarganya tidur di bak mobil terbuka dengan beratapkan terpal.
"Kita juga membuat tenda sendiri untuk memasak," katanya.
Saat malam, keluarga ini hanya menggunakan lilin sebagai penerang.
Untuk mandi dan mencuci pakaian mereka mengandalkan air sungai.
"Sempat juga saat memancing cari ikan di sungai," sebutnya.
Sejak mereka mengungsi di hutan sampai kembali ke rumah, belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
"Satu masker pun belum pernah," ujar Elly.
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com Merasa Dikucilkan karena Tetangga Positif Corona Meninggal, Satu Keluarga Pilih Isolasi Diri di Hutan
• POPULER Terdampak Virus Corona, 5 Artis Kaya Ini Dipusingkan Gaji Karyawan & Cicilan Lainnya