TRIBUNSTYLE.COM - Penyebaran virus corona yang begitu cepat dan masif menjadi ancaman tersendiri bagi umat manusia.
Meskipun berbagai kebijakan seperti physical distancing hingga PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) telah dicanangkan, nyatanya hal ini tak menjamin virus berhenti menyebar.
Realitanya, tak semua orang bisa tinggal di rumah saja.
Selain itu, beberapa orang dinilai menjadi healthy carrier alias orang yang terinfeksi tanpa gejala.
Untuk menjawab keresahan ini, dua perusahaan raksasa dunia membangun sistem pelacak Covid-19.
Google dan Apple bahu-membahu merealisasikan konsep ini.
• Wabah Corona, Ahok Beri Cashback 50 Persen Tiap Beli Bahan Bakar Pertamina, Ini Cara & Syaratnya
• Pemerintah Buka Data: 139.137 ODP, 33 Ribu Dites, Bandingkan Jumlah Rapid Tes Corona Luar Negeri
Lalu, apa kelebihan, cara kerja, dan apakah aman menggunakan sistem ini?
Berikut fakta tentang sistem pelacak Covid-19:
Andalkan Perangkat Bluetooth
Dikutip dari kompas.com, sistem ini akan menggunakan perangkat Bluetooth.
Bluetooth akan jadi medium untuk melakukan pelacakan orang-orang yang berada di sekitar ponsel pengguna.
Informasi tambahan, sistem ini memanfaatkan koneksi Bluetooth Low Energy (BLE) yang terdapat di perangkat pengguna.
Apa kelebihannya?
Dengan menggunakan BLE, pengguna tak perlu khawatir baterai boros meskipun bluetooth menyala.
• Afrika Masih Dihantui Corona, Kini Ebola Kembali di Kongo, Seharusnya Wabah Siap Dinyatakan Berakhir
• Stres di Tengah Pandemi Virus Corona? Kendalikan Dengan 7 Cara Mudah Berikut Ini
Cara Kerja
Sistem ini akan melacak orang yang kemungkinan pernah berdekatan atau berinteraksi dengan pasien positif virus corona.
Hal ini bertujuan untuk memberikan peringatan bahwa mereka pernah punya riwayat berdekatan dengan pasien positif.
Sistem yang dibuat akan berwujud Application Programming Interface ( API).
API ini nantinya akan dipasang di aplikasi badan kesehatan masyarakat negara setempat.
Sistem ini menggunakan konsep contact tracing.
Artinya, ia akan melacak semua pengguna yang pernah berdekatan dengan pengguna ponsel.
Data tersebut akan dikumpulkan dan dapat diakses oleh otoritas terkait.
Selanjutnya, akan ada peringatan ke ponsel pengguna yang pernah berdekatan dengan pasien positif.
Sebagai catatan, sistem ini hanya akan menyimpan data selama 14 hari terakhir saja.
Untuk mengumpulkan data, digunakan tiga kunci, yaitu tracing key, daily tracing key (pelacak harian), dan rolling proximity identifier (pengidentifikasi kedekatan).
• Apple dan Google Berkolaborasi Ciptakan Sistem Pelacak Virus Corona, Berikut Cara Kerjanya
• 5 Doa Agar Selalu Dihindarkan dari Bencana hingga Cobaan Berat Seperti Virus Corona
Tingkat Keamanan
Apakah aplikasi ini akan aman digunakan?
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, data tersimpan selama 14 hari saja.
Tujuannya adalah agar privasi dan keamanan pengguna tetap terjaga.
Hal ini dijanjikan oleh CEO Apple, Tim Cook.
Tim Cook menulis di Twitternya, "Contact Tracing bisa membantu pelambatan penularan Covid-19 dan bisa dilakukan tanpa mencederai privasi pengguna."
Sistem ini tak menyimpan data pribadi seperti data lokasi GPS atau identitas.
Dikutip dari kompas.com, sistem ini hanya akan menyimpan daftar log proximity identifier yang tidak terhubung ke akun Apple atau Google pengguna.
Data proximity identifier tersebut dihasilkan oleh daily tracing key.
Apabila ada pengguna yang teridentifikasi positif, sistem yang melacak riwayat harian pengguna tersebut akan mengirimkan informasi ke server.
Selanjutnya, informasi tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk memberikan notifikasi kepada pengguna yang pernah berdekatan.
Rencana Rilis
Lalu, kapan sistem ini bisa digunakan?
Berdasarkan informasi yang beredar, API rencananya akan dirilis bulan Mei 2020.
(TribunStyle.com/ Suli Hanna)
BACA JUGA:
• Kisah Ibu Positif Virus Corona Berhasil Melahirkan Dalam Keadaan Koma, Nama sang Anak Bikin Haru
• Nekat Gelar Pengajian 100 Hari Lina Saat Darurat Corona, Teddy: Nggak Takut, Kapan Aja Siap Menyusul