TRIBUNSTYLE.COM - Terdapat sebuah desa di negara bagian Goa bagian barat India.
Desa tersebut kabarnya hanya terlihat selama satu bulan dalam setahun.
Dilansir TrbunStyle melalui BBC Minggu (9/6/2019) selama 11 bulan yang tersisa desa ini menghilang di bawah air.
Dan ketika air surut, penduduk asli dari desa ini berkumpul untuk merayakan rumah mereka.
Juga para penduduk asli desa ini sekarang menetap di tempat lain.
Desa ini bernama Desa Curdi yang terletak di antara dua bukit di Ghats Barat, Bengaluru.
• Tak Ada Jaringan Internet Saat Mudik ke Kampung Kakeknya, Bocah Ini Ngamuk Sejadinya, Videonya Viral
• Bergaya Seperti Pasukan Pengibar Bendera, Video Jan Ethes Hormat Bendera Viral di Media Sosial
• Viral Curhatan Akhir Ramadhan Seorang Wanita yang Hidup dalam Keluarga Dua Agama, Islam dan Katolik
Sungai ini berdekatan dengan sungai lain bernama Salaulim, yang bermuara padasatu sungai utama di daerah Goa.
Dulunya desa ini adalah desa yang berkembang di daerah Goa tenggara.
Pada tahun 1986, desa dengan penduduknya ini tahu bahwa desa ini tidak bisa ditempati lagi.
Setelah bendungan pertama negara ini dibangun sebagai akibatnya, desa itu tenggelam oleh air yang dialihkan.
Tetapi setiap tahun di bulan Mei, air dari sungai itu surut dan memperlihatkan desa yang tersisa.
Tanah retak, tunggul pohon, sisa-sisa rumah dan struktur bangunan keagamaan yang terkikis, sisa-sisa barang rumah tangga yang rusak, kanal air di reruntuhan, dan bermil-mil tanah tandus yang bersilangan dengan badan air.
Tanah itu dulunya subur dan sebagian besar desa, yang populasinya sekitar 3.000, hidup dari tanah yang subur ini.
Karena dulu mereka menggarap sawah yang dikelilingi oleh pohon kelapa, jambu mete, mangga dan nangka.
Orang Hindu, Muslim, dan Kristen hidup bersama didalam desa tersebut dalam harmoni.
Ada sebuah kuil utama, beberapa kuil yang lebih kecil, sebuah kapel dan sebuah Masjid.
Tetapi banyak hal yang berubah secara drastis setelah Goa dibebaskan dari Portugis pada tahun 1961.
Kepala menteri pertama, Dayanand Bandodkar, mengunjungi desa itu dengan berita tentang pembangunan bendungan pertama negara.
Dia mengumpulkan semua penduduk dan memberi tahu mereka bahwa hal ini akan menguntungkan daerah Goa selatan.
"Dia mengatakan (pembangunan) itu akan menenggelamkan desa kami,"
"Tetapi pengorbanan kami adalah untuk kebaikan yang lebih besar," kata Gajanan Kurdikar, 75 tahun, yang memiliki ingatan yang jelas tentang pertemuan itu dikutip dari BBC.
Gurucharan Kurdikar berusia 10 tahun ketika keluarganya pindah ke desa baru pada tahun 1986 setelah desa mereka tertimbun oleh air.
"Saya ingat ketika orang tua saya dengan terburu-buru memasukkan semuanya ke dalam truk pick-up."
"Saya juga diikutkan ke dalam truk, bersama dengan saudara lelaki dan nenek saya."
"Orang tua saya mengikuti kami di belakang," kenangnya.
Ibunya, Mamta Kurdikar, mengingat hari itu dengan lebih jelas.
"Saya pikir kami adalah beberapa keluarga terakhir yang tersisa."
"Hujan deras malam sebelumnya, dan air dari ladang mulai memasuki rumah kami."
"Kami harus segera pergi."
"Saya bahkan tidak bisa membawa bahan tepung saya bersamaku," katanya.
• Viral Foto Penampakan di Sebuah Apartemen di Thailand, Terungkap Aslinya
• Terbakar Api Cemburu Karena Terlalu Akrab dengan Suami, Wanita Ini Patahkan Leher Sahabatnya
• Demi Impian Masuk Universitas, Kakek Berusia 84 Tahun Tak Menyerah Ikuti Tes Keempatnya
Gajanan dan Mamta Kurdikar sekarang tinggal di desa Vaddem
Tetapi air dari bendungan tidak pernah mencapai desa-desa di mana mantan penghuni Curdi pindah.
"Sistem keran tidak masuk ke semua desa di Goa selatan seperti yang dijanjikan," kata Gajanan Kurdikar.
"Jadi kita tidak mendapatkan air minum dari bendungan."
Ketika air surut pada bulan Mei, penduduk asli Curdi mengunjungi tanah air mereka yang hilang.
Sekitar 3.000 warga tinggal di Curdi sebelum mereka dipaksa untuk pindah.
Memang terdengar sangat unik dan bahkan mistis namun ternyata semua berawal pada sebuah kekacauan pembangunan.
(Tribunstyle/Dhimas Yanuar).
Like dan Subscribe Ya!