Choirul Huda Lakukan Hal Ini Di Pertemuan Terakhir dengan Istri, Benarkah Ini Tanda Menjelang Ajal?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ibu mertua dan istri Choirul Huda saat ditemui TribunJatim.com di rumah duka, Lamongan, Senin (16/10/2017).

TRIBUNSTYLE.COM - Dunia sepakbola Indonesia kembali berduka. 

Pada pertandingan Persela vs Semen Padang di Stadion Surajaya Minggu (15/10/2017), diwarnai dengan drama insiden tak sadarkan dirinya kiper Persela, Choirul Huda.

Kejadian cukup serius hingga laga sempat dihentikan pada menit ke 45 tersebut.

Nahas! Kejadian Tragis Terekam Kamera CCTV, Pria Sedang Duduk di Trotoar Tiba-tiba Terjadi Hal Ini

Tim medis langsung bergerak cepat dengan masuk ke lapangan, menempatkan Huda di tandu lalu membawa keluar lapangan.

Huda kemudian diberikan alat bantu pernapasan dari tabung oksigen.

Lalu, pemain yang membela Persela Lamongan sejak 1999 ini diangkut dengan mobil ambulans untuk dibawa ke rumah sakit.

Kabar terakhir menyebutkan jika Choirul Huda meninggal dunia saat dirawat di UGD RSUD dr Soegiri, Lamongan.

Innalillahi wainnailahi rojiun. Selamat jalan Choirul!

Seluruh masyarat Lamongan berduka. 

Tidak sedikit pemain mengucapkan bela sungkawa dengan memasang status seragam "Rest in Peace Choirul Huda". 

Termasuk jiga perwakilan FIFA. 

Lidya Anggraeni, istri sang kiper bercerita tentang pertemuan terakhirnya dengan sang suami sebelum meninggal dalam pertandingan Persela kontra Semen Padang dalam lanjutan Liga 1 tersebut.

Lidya yang didampingi dua putranya, Rachul Maulana (13) dan Rafael Ramadhan (10), mengaku tak memiliki firasat apa pun.

Istri mendiang kiper Persela Lamongan Choirul Huda, Lidya Anggraeni (kedua dari kanan) dan anak sulung Muhammad Rachul Maulana (kiri) serta anak bungsu Rafael Ramadhan (10). ()

"Kemarin itu pamit seperti biasa. Ya sama dengan yang dilakukan setiap pertandingan, enggak ada firasat apa-apa," kata Lidya di rumah duka jalan Basuki Rahmat Lamongan, Senin (16/10/2017).

Hanya saja, lanjut dia, yang membedakan adalah Huda terlihat lebih bersemangat dari sebelum-sebelumnya karena akan dimainkan setelah beberapa laga absen.

"Kemarin memang dia terlihat gembira karena akan dimainkan setelah lama hanya jadi cadangan," tuturnya.

Kepergian kiper Persela Lamongan, Choirul Huda untuk selama-lamanya juga menarik perhatian bintang Manchester United, Paul Pogba. (instagram)

Begitu Populer, Lagu Sayang Jadi Kontroversi, Milik Siapa? Begini Tanggapan NDX dan Via Vallen

Lidya tak menyangka, laga itu menjadi laga terakhir Huda setelah 18 tahun membela Persela Lamongan dengan kesetiaan penuh.

"Enggak tahunya itu pertandingan terakhir bagi suami saya. Saya minta maaf ke semua kalau suami saya ada salah," kata Lidya.

Pesepakbola Liga Indonesia yang Meninggal Mendadak 

1. Eri Irianto

Gelandang Persebaya Surabaya, Eri Irianto, meninggal setelah mengalami insiden dalam pertandingan Liga Indonesia kontra PSIM Yogyakarta di Stadion Gelora 10 November pada 3 April 2000.

Kala itu, Eri bertabrakan dengan pemain PSIM, Samson Noujine Kinga, hingga pingsan. Dia pun langsung dilarikan ke rumah sakit.

Pesepak bola yang mengantarkan Persebaya Surabaya menjadi runner-up Liga Indonesia musim 1998-1999 ini kemudian menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Dokter Soetomo seusai terkena serangan jantung pada malam hari.

Untuk mengenang jasa Eri, Persebaya menamai mes mereka Wisma Eri Irianto. Bahkan, Tim Bajul Ijo memensiunkan kostum Eri yang bernomor punggung 19.

2. Bruno Zandonadi

 Pesepak bola asal Brasil, Bruno Zandonadi, menghembuskan napas terakhir pada 13 Oktober 2012 di Rumah Sakit Usada Insani, Tangerang, karena menderita radang selaput otak.

"Bruno sudah lama mengeluh kepalanya sakit, namun dibiarkan saja dan tidak dibawa ke dokter. Senin kemarin dia masuk rumah sakit untuk menjalani perawatan dan baru ketahuan penyakitnya. Kata dokter dia menderita radang selaput otak," ujar salah seorang teman Bruno, Christian Carrasco, Sabtu (13/10/2012).

Bruno memulai karier sepak bola di Indonesia sejak 2004 dengan mengenakan seragam Petrokimia.

Sosok yang menempati pos penyerang ini juga pernah memperkuat Persiba Balikpapan, Persita Tangerang, PSIS Semarang, dan Persikota Tangerang.

Bruno terakhir kali membela Persikota Tangerang pada musim 2010-2011. Setelah itu, dia tidak membela klub mana pun.

Kepergian Bruno mendapat respons dari rekan dia di PSIS Semarang, Gustavo Chena, yang mengubah status BlackBerry Messenger-nya dengan mengatakan, "Descansa en paz companero (istirahat yang tenang kawan)."

3. Diego Mendieta

Pemain Persis Solo asal Paraguay, Diego Mendieta, meninggal dunia pada 3 Desember 2012 lantaran komplikasi penyakit.

Menurut pasoepati.net, Diego sebelumnya sudah tiga kali berpindah rumah sakit. Awal November 2012, dia harus dilarikan ke RSI Yarsis Solo. Dalam pemeriksaan, Diego didiagnosis menderita tifus dan harus dirawat selama sepekan.

Setelah keluar, Diego nyatanya tak langsung sembuh. Empat hari kemudian, dia dibawa ke RS PKU Muhammadiyah Solo.

Namun, dalam perawatan itu penyakit Diego tak teridentifikasi. Lantas, dia pun dirujuk ke RS Moewardi. Di sana, dia dirawat hingga mengembuskan napas terakhir.

Ironisnya, dalam masa perawatan hingga tutup usia, Diego dilaporkan kesulitan membiayai beban rumah sakit. Hal ini karena gaji dan bonus dari pihak klub Persis Solo tak kunjung didapat.

Karena hal itu pula, Diego batal pulang ke Paraguay untuk melanjutkan proses penyembuhan.

"Tuhanku, terima kasih untuk segalanya. Ampuni dosaku. Tuhan, Aku membutuhkan-Mu. Dalam balutan jas indah ini yang diberikan oleh keluargaku, aku memohon berkahilah teman-teman dan keluargaku selalu," tulis Diego dalam surat yang disebarkan agennya di Indonesia, Wulansari, melalui Twitter.

4. Sekou Camara

Penyerang Pelita Bandung Raya asal Mali, Sekou Camara, meninggal dunia saat sesi latihan pada 27 Juli 2013 karena serangan jantung.

Pemain yang baru bergabung dengan PBR pada Mei 2013 ini sempat kolaps dan nyawanya tak tertolong dalam perjalanan ke rumah sakit.

"Kami keluarga besar PBR telah kehilangan salah seorang saudara kami, Camara Sekou. Camara meninggal setelah mengalami serangan jantung dalam sesi latihan kami, Sabtu 28 Juli 2013. Setelah diberi pertolongan pertama, dan dibawa ke rumah sakit siaga, Camara dinyatakan meninggal pada pukul 23.48 WIB.

Perasaan duka yang mendalam kami rasakan dan sampaikan kepada keluarga besar Camara di Mali. Camara telah menjadi bagian keluarga yang tak terpisahkan dan kontribusinya nyata bagi PBR. Camara telah menjadi pemain, sahabat, dan kakak bagi kami semua.

Seluruh proses untuk penyelesaian dokumen serta rencana kepulangan sedang kami koordinasikan dengan seluruh pihak terkait. Komunikasi dengan pihak keluarga via agen yang mewakili Camara juga sedang kami lakukan.

Sungguh sebuah kehilangan yang dalam bagi kami. Selamat jalan 'Big Brother'. Kamu selalu ada dalam hati dan jiwa kami". Demikian ungkapan belasungkawa kubu PBR atas meninggal dunianya Sekou Camara.

Jadwal Siaran Langsung Liga Champions Matchday Ketiga, Ada 2 Laga Besar yang Tak Boleh Terlewatkan

5. Akli Fairuz

Kabar duka menyelimuti sepak bola Indonesia saat pemain Persiraja, Akli Fairuz, menghembuskan napas terakhir pada 16 Mei 2014 di Rumah Sakit Zainal Abidin, Banda Aceh.

Akli meninggal akibat berbenturan dengan penjaga gawang PSAP Sigli, Agus Rohman, dalam pertandingan Divisi Utama Liga Indonesia di Stadion Dhimurtala, Banda Aceh, 10 Mei 2014. Akibatnya, perut Akli terkoyak.

Kejadian tragis tersebut mennyedot perhatian dari beberapa media olahraga Eropa.

Media olahraga ternama Spanyol, Marca, mengangkat berita soal kematian Akli. Mereka memberi judul berita ini "Una brutal patada acab con la vida de un jugador en Indonesia" atau yang artinya "Tendangan Brutal Membunuh Pemain Indonesia."

La Gazzetta Dello Sport juga ikut memuat berita soal Akli. Koran asal Italia itu memberi judul "Indonesia, morto dopo un tackle del portiere" yang berarti "Pemain Indonesia, meninggal setelah di-tackle kiper." (*)

Artikel ini dipublikasikan Tribun Timur dengan judul "Pertemuan Terakhir dengan Istri, Choirul Huda Lakukan Ini. Tanda Menjelang Ajal?"