Berita Viral
Curhat Karyawan Resign, Padahal Gaji Rp40 Juta, Capek Kantor Punya 600 Grup Chat, Merasa Bak Robot
Inilah kisah Tang Ying, karyawan di China yang memutuskan resign setelah 4 tahun bekerja. Ia merasa seperti robot, sebut kantor punya 600 grup chat.
Editor: Febriana Nur Insani
TRIBUNSTYLE.COM - Lelah, itulah yang benar-benar dirasakan Tang Ying, seorang karyawan di China.
Ia memutuskan resign setelah 4 tahun bekerja di sebuah perusahaan real estate di Beijing. Selama bekerja, ia memiliki 600 grup chat kantor.
Tang Ying merasa seperti robot dan memilih mengundurkan diri kendati gajinya Rp 40 juta per bulan.
Baca juga: SOSOK Dhafi Adam, Resign Kerja Pinjol Gaji Rp 27 Juta, Resah Dosa, Kini Jual Bantal, Punya 3 Pabrik!
Ya, seorang karyawan di China yang memilih resign atau keluar dari kantornya karena tekanan kerja, salah satunya karena kantornya memiliki 600 grup chat.
Cerita karyawan yang resign karena kantornya memiliki 600 grup chat sempat viral pada Desember 2023.
Dikutip dari China Daily, wanita tersebut bernama Tang Ying, seorang desainer toko di sebuah perusahaan real estate di Beijing, China.
Tang Ying merasa tidak bahagia selama menjalankan pekerjaannya itu karena terlalu banyak tekanan yang diberikan padanya.
Salah satu tekanan itu berasal dari banyaknya pesan dari sekitar 600 grup dalam aplikasi chat yang ia gunakan.
Tang Ying lalu memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya dan kembali pulang ke kampungnya.
Telah Bekerja Selama 4 Tahun
Wanita berusia 33 tahun itu telah bekerja sebagai desainer toko di sebuah perusahaan real estate selama empat tahun dan memiliki lebih dari 600 grup chat kelompok kerja.
"Selama waktu kerja yang sibuk, dulu ada lebih dari 10 grup chat yang membicarakan pekerjaan secara bersamaan.
Baca juga: Kisah Pegawai Bank Pilih Resign, Malah Kaya Setelah Jualan Bakso, Bisa Beli Mobil dan Rumah

Sampai saya harus membawa komputer untuk makan hot pot," kata Tang Ying.
Menurut Tang, hal tersulit yang pernah dia temui adalah bertanggung jawab mendekorasi toko di 7-8 department store.
Setiap department store memiliki ratusan toko, dan kelompok dibentuk untuk setiap toko.
Kebisingan yang terus-menerus di aplikasi obrolan juga membuat Tang Ying merasa ketakutan. Di sisi lain, dia tidak berani mematikan teleponnya atau berhenti memeriksa grup.
Dia takut akan melewatkan hal penting jika tidak melakukan hal tersebut.
Bahkan risiko terburuknya jika dia sampai melewatkannya adalah dapat mempengaruhi pembukaan toko baru.
"Bahkan aku terus memeriksa grup saat makan atau pergi bermain," kata Tang Ying.
Selain itu, dia juga selalu membawa laptopnya dan selalu memeriksa pesan grup.
Banyaknya pesan di grup masih membuat Tang Ying selalu khawatir dan membuatnya merasa tertekan.
Butuh waktu sekitar seminggu sebelum dia benar-benar keluar dari pekerjaannya.
Baca juga: Baru Sehari Kerja Langsung Resign, Karyawan Ini Sudah Tak Kuat: Sehari Cuma 3 Jam di Rumah
Merasa Seperti Robot
Selama bekerja di perusahaan tersebut, Tang Ying diketahui mendapat gaji bulanan sekitar 20.000-30.000 Yuan atau sekitar Rp 40 juta per bulan.
Akan tetapi, besaran gaji itu tidak menjamin Tang merasa sejahtera dan bahagia dalam menjalankan pekerjaannya sebagai seorang desainer.
Dikutip dari ECSN, Tang bertanggung jawab mengawasi desain interior sejumlah properti komersial dan mengelola beberapa pusat perbelanjaan.
Banyaknya desain toko yang harus diawasi itu berdampak buruk pada kesehatannya.
Tidak berhenti di situ, Tang juga setiap hari dibombardir oleh banyaknya pesan dari lebih dari 600 grup kerjanya.
Tang mengatakan, ia merasa seperti robot karena tidak bisa memikirkan dirinya sendiri dan hanya terpaku pada pekerjaan dan grup kerjanya saja.
Biasanya, ketika ada pembukaan toko baru, akan dibuat sebuah grup kerja yang isinya adalah Tang sendiri, karyawan toko, karyawan manajemen properti, teknisi, pemilik toko, dan pekerja dekorasi.
Terlalu banyaknya beban kerja yang harus ditanggung, Tang yang merasa lelah memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan kembali ke kampung halaman di Nanchong, provinsi Sichuan, China.
Baca juga: Resign Kerja Kantoran, Wanita Ini Malah Sukses Jadi Eksportir, Sempat Jadi Pedagang Gorengan

Ia juga keluar dari lebih dari 600 grup kerjanya tersebut. Prosesnya sendiri memakan waktu sekitar tiga setengah jam dari pukul 03.00 hingga 06.30 pagi.
Menjalankan bisnis Kabarnya, setelah kembali ke desanya, Tang memulai bisnis penjualan sosis buatannya sendiri dan daging yang diawetkan.
Dengan dukungan dari keluarganya, Tang berhasil mendirikan fasilitas pengolahan kecil di halaman belakang kediaman kakek dan neneknya.
Sementara itu, sang ayah membantu membangun rumah asap dengan menggunakan kayu dari pohon cedar lokal.
Tujuannya adalah agar bisa menciptakan merek untuk produk dagingnya yang diawetkan.
(Kompas.com/Verelladevanka Adryamarthanino)
Diolah dari artikel Kompas.com
Sumber: Kompas.com
Pria Jepang Tetap Kerja Jadi Tukang Sapu Meski Harta Melimpah Punya 7 Apartemen, Terkuak Alasannya |
![]() |
---|
Kisah Pria di China Jadi Mahasiswa di Usia 60 Tahun, Akrab dengan Teman Sekampus: Merasa Lebih Muda |
![]() |
---|
Usia Hanyalah Angka, Nenek 68 Tahun di China Mendadak Viral, Jago Main Skateboard, Netizen Melongo |
![]() |
---|
Bukan Nikahan, Pesta Cerai Viral di Malang: Undangan, Dekorasi, dan Sound Horeg ala Resepsi |
![]() |
---|
Siapa Pemilik Restoran Bibi Kelinci Kopitiam yang Sedang Viral? Terungkap Nama dan Akun Instagramnya |
![]() |
---|