Berita Viral
Libur Musim Panas, Mahasiswi Jepang Jadi Tukang Bangunan di Kulon Progo: Impianku Selama Ini!
Momoko yang masih berstatus mahasiswi sebuah perguruan tinggi Jepang, menikmati kegiatan membangun rumah bagi warga dusun di Kulon Progo.
Editor: Amirul Muttaqin
TRIBUNSTYLE.COM - Viral aksi mahasiswi Jepang menghabiskan libur musim panas di Kulon Progo.
Mereka menjadi relawan untuk melakukan perbaikan dan pembangunan rumah masyarakat miskin.
Aksi mahasiswi Jepang itu menjadi perhatian warga sekitar, terutama anak-anak.
Seperti apa kisah lengkapnya?
Baca juga: NYELENEH! Mahasiswa Pakai Kostum Setan saat Sidang, Ternyata Sesuai Topik Skripsi, Ini Reaksi Dosen

Lewat tengah hari, cuaca panas musim kemarau terasa semakin kering di RT 003 RW 002 Pedukuhan Kemiri, Kalurahan Kaligung, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sembilan perempuan dan satu laki-laki muda belum berhenti menukang di lahan samping rumah kayu milik Wagimin. Mereka tengah terlibat membangun rumah ukuran 28 meter persegi di tengah kebun pohon jati.
Layaknya tukang bangunan pada umumnya, mereka mengangkat pacul, mengangkat sekop, mengaduk semen, merangkai besi beton, serta mengangkat adukan semen dan batu.
Mereka ini para mahasiswa dari Jepang yang sedang ikut membangun rumah bagi warga dusun. Mereka berada di Kulon Progo untuk mengisi masa libur panjang musim panas.
Mahasiswa itu menjadi perhatian warga sekitar, terutama anak-anak. Sekalipun sibuk, mereka menyempatkan diri foto hingga bermain dengan warga.
“Ini adalah mimpi saya untuk datang ke sini. Saya senang mendengar itu. Dan semua orang begitu baik. Anak-anak begitu lucu. Sehingga saya menikmati (ikut) membangun rumah ini,” kata Momoko yang masih berstatus mahasiswi sebuah perguruan tinggi Jepang jurusan bahasa Inggris dan Pariwisata, Kamis (31/8/2023).
Berat tapi menyenangkan
Momoko dan kawan-kawannya sejatinya volunter atau sukarelawan dalam program Global Village dari lembaga non-profit Habitat for Humanity Indonesia (Habitat Indonesia). Lembaga ini fokus pada perbaikan dan pembangunan rumah masyarakat miskin di Indonesia.
Momoko dan kawan-kawannya merupakan kloter kedua relawan dari Jepang di bulan Agustus-September, musim libur kali ini. Tim Momoko bertugas mengerjakan rumah bagi warga bernama Janji Edi Prasetyo di tanah milik Wagimin. Sementara tim lain membangun rumah bagi Rukidi di lahan orangtuanya.
Mahasiswa volunter ini bekerja lima hari. Menjadi tukang rupanya melelahkan dan menguras tenaga. Meski berat, mereka mengaku senang.
Berbagai cara dilakukan untuk menghilangkan penat setelah kerja berat. Misalnya saja Momoko, saat lelah akan lebih cepat tidur.
“(Saya) tidur lebih cepat. Kami punya banyak makanan,” kata Momoko.
Sementara Hagumi memilih untuk berolahraga agar dirinya merasa nyaman.
“(Saya) melakukan olahraga untuk membuat suasana yang nyaman,” kata Hagumi.
Dalam mengerjaakan rumah tersebut, mereka tidak dibiarkan sendiri. Beberapa warga dusun menjadi tukang utama dalam pembangunan. Mereka memberi contoh bekerja.
“Sesekali terasa berat, tetapi beberapa orang yang profesional membantu kami,” kata Yuuka, salah satu mahasiswi.
Baca juga: Acara Pagi Datang Siang, Viral Mahasiswa Terpaksa Wisuda Sendirian di Ruang Rektor, Ditertawai Dosen
Rumah untuk warga miskin
Kegiatan Habitat Indonesia memang fokus pada pembangunan rumah untuk masyarakat miskin di Indonesia. Sehingga masyarakat miskin bisa memiliki rumah layak huni.
Selain itu juga memperbaiki rumah yang kelayakan di bawah standar. Kemudian terlibat dalam menciptakan wilayah permukiman atau perumahan sederhana bagi keluarga yang membutuhkan.
Pembangunan diawali aksi penggalangan dana dan mendatangkan relawan asing dalam jaringan Habitat di luar negeri.
Koordinator Global Volunteer Habitat Indonesia, Ari Wibawa menceritakan, bedah rumah maupun pembangunan rumah layak huni sudah dimulai pada 2019. Saat itu dilakukan di desa Tuksono, Sentolo. Alhasil, terwujud terbangun puluhan rumah, PAUD, posyandu hingga toilet warga.
Pekerjaan di Sentolo berlangsung hingga 2022. Habitat kemudian memperluas jangkauan hingga ke Kaliagung. Salah satu kegiatan di bulan Agustus hingga September 2023 ini, dengan volunter dari Jepang.
Ari mengungkapkan, mereka yang datang tidak memiliki pengetahuan bidang konstruksi. Tidak terbiasa dengan alat seperti cangkul sehingga kerap terlihat kaku.
Namun, di sini mereka bekerja secara konvensional hingga merasakan bagaimana mengaduk semen tanpa mesin molen cor beton. Awalnya, para mahasiswa terkejut, kelelahan, tapi tidak banyak mengeluh.
“Mereka terobati dengan bermain dengan warga kampung,” kata Ari.
Rumah dibangun memiliki luas 28 m⊃2; terdiri ruang tamu, dua kamar tidur, toilet dan teras. Dindingnya hebel atau bata ringan, lantai plesteran semen dan atapnya spandex. Nilai bangunan sekitar Rp 60 juta.
“Rumah ini aman bagi warga yang tinggal,” katanya.
Rukidi (23) tidak menyangka menerima bantuan rumah. Selama ini, Rukidi tinggal dalam rumah kecil berlantai tanah yang dihuni kedua orangtuanya dan empat anggota keluarga.
Ia berencana segera memasang listrik sebelum menempati rumah baru. “Masuk listrik dulu. Tidak cukup kalau menarik dari rumah orangtua karena kapasitas listrik rumah Bapak hanya 450,” kata buruh pasang kabel internet rumah itu.
(KOMPAS.com/ Dani Julius Zebua)
Diolah dari artikel di KOMPAS.com
Sumber: Kompas.com
Cantik dan Kaya Raya, Ini Sosok Franka Franklin Istri Nadiem Makarim, Punya Gurita Bisnis Mentereng |
![]() |
---|
5 Potret Feby Belinda Istri Ahmad Sahroni, Anggun & Keibuan, Sederhana Beda dari Istri Pejabat Lain |
![]() |
---|
Total Miliaran, Ini Koleksi Mainan Ahmad Sahroni yang Dijarah, Termasuk Statue Iron Man Rp235 Juta |
![]() |
---|
Tangis Ibu Affan Kurniawan Dapat Rumah Baru, Impian Mendiang Anaknya Kini Terkabul, Sujud Syukur |
![]() |
---|
'Ada yang Nemu Tas LV?' Ahmad Sahroni Sibuk Cari Flashdisk Putih Miliknya, Isinya Data Penting |
![]() |
---|