Breaking News:

Berita Viral

Mahasiswi Undip Ini Buka Jasa Cuci Piring Gratis, Ternyata Jadi Sarana Terapi: Bisa Meredakan Stres!

Mahasiswi Undip ini menganggap mencuci piring adalah pekerjaan yang menenangkan sehingga bisa menjadi pereda stres, apa kata psikolog?

Editor: Amirul Muttaqin
YouTube
Ilustrasi mencuci piring 

TRIBUNSTYLE.COM - Aksi unik seorang mahasiswi Undip yang membuka jasa cuci piring gratis.

Dia melakukan pekerjaan itu dengan sukarela karena memiliki dampak yang positif baginya.

Dia merasa lebih tenang saat mencuci piring sehingga pekerjaan itu bisa menjadi preda stres.

Seperti apa kisah lengkapnya?

Baca juga: Mahasiswa ITB Ini Ternyata Anak Pasangan Artis, Ortu Terharu Anaknya Sudah Dewasa: Kami Bangga!

Ilustrasi cuci piring.
Ilustrasi cuci piring. (SHUTTERSTOCK via Kompas.com)

Seorang mahasiswi buka jasa cuci piring gratis tengah viral di media sosial.

Diketahui mahasiswi viral tersebut merupakan mahasiswi Universitas Diponegoro (Undip).

Olivia (bukan nama asli) membuka jasa cuci piring untuk meredakan stres.

Jasa itu, ia buka di masa studi akhirnya.

"Ada yang piring di kosanya mau dicuciin? Aku gabut. Gausah bayar," tulisnya via akun @undipmenfess, Minggu (13/8/2023).

Tercatat, sudah ada 4 orang yang meminta untuk dicucikan piringnya sejak unggahan itu ditulis.

Dia tidak menyangka tawarannya di media sosial X (dulunya Twitter) itu diminati warganet.

Alasan mahasiswi buka jasa cuci piring gratis pun terkuak.

Dilansir dari Kompas.com, Kamis (17/8/2023), penawaran jasa cuci piring yang dilakukan Olivia bukan semata-mata untuk menghilangkan gabut.

Dia mengatakan kegiatan cuci piring bisa meredakan stres dan gelisah yang dialaminya.

"Pas cuci piring rasanya tenang saja gitu pikiran," kata dia.

Bahkan, dia mengatakan kegiatan mencuci piring bisa menenangkan pikirannya yang kalut.

"Bisa lebih tenang dan bisa ambil keputusan. Karena kalau pas gelisah ambil keputusan, saya takut kecewa maupun menyakiti pihak lain," kata Olivia.

Sudah kurang lebih dua tahun, Olivia menemukan ketenangan saat mencuci piring.

Kini, setiap harinya Olivia bisa mencuci piring beberapa kali.

"Kalau di kos ada piring tergeletak pas saya mau cuci piring saya cuci sekalian gitu," terangnya.

Didiagnosis depresi mayor

Mulanya, Olivia tidak menyangka bahwa kegiatan cuci piring memberikan efek yang luar biasa pada dirinya.

Ia bercerita, dulu waktu kecil, ia sangat suka bermain air.

"Kalau kena air bisa rileks. Karena saya tidak begitu pandai berenang, akhirnya saya suka cuci piring. Karena bisa kena air banyak dan lama tapi tidak masuk angin," jelasnya.

Namun, pada 2020 ia merasakan gejala yang tidak biasa pada dirinya.

Hingga pada 2021, Olivia memeriksakan diri ke dokter ahli kejiwaan.

Hasil pemeriksaan menunjukkan ia menderita depresi mayor dan borderline personality disorder.

"Saya didiagnosis depresi mayor dan borderline personality disorder oleh dokter kejiwaan. Setelah itu saya mencoba mengenali diri saya sendiri lebih dalam lagi supaya saya tahu harus apa ketika burnout (stres)," cerita dia.

Tak mudah baginya menemukan kegiatan yang bisa mengatasi stres yang dialaminya.

Olivia mengaku, beberapa kali pernah menyakiti dirinya ketika kondisinya memburuk.

Hingga akhirnya, Olivia menyadari bahwa kegiatan cuci piring bisa menenangkan dan meredakan stresnya.

"Awalnya saya sering nonton video Tiktok Auri Katarina terus nonton YouTube-nya juga. Dari situ saya merasa kalau bersih-bersih bikin mood saya jadi baik," ungkapnya.

"Dan karena di video beliau seringnya bersih-bersih dari dapur dulu, saya ikut-ikutan. Saya rutin cuci piring dulu kalau bersih-bersih. Lama-lama saya merasa tenang ketika cuci piring itu," jelas dia.

Baca juga: HARU! Lansia Sumbangkan Sepeda Motor Kepada Mahasiswa yang Membutuhkan, Padahal Tidak Saling Kenal

Ilustrasi cuci piring.
Ilustrasi cuci piring. (Boldsky)

Bentuk coping mechanism

Dosen psikologi Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardjo mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan Olivia merupakan salah satu bentuk coping mechanism.

"Copy mekanisme itu seperti sebuah tips atau cara yang digunakan seseorang ketika dia mengalami stres," jelasnya saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu.

Coping mechanism dimaksudkan untuk meredakan stres sehingga stres yang ada tidak berlangsung lama.

Secara teori, bentuk coping mechanism ada dua, yakni aktif dan pasif.

"Kalau bentuk pasif itu berarti di mana orang ketika berhadapan dengan stres dia akan menghindar. Sedangkan coping mechanism aktif adalah sesuatu yang kita lakukan untuk bisa menurunkan stres atau menghilangkan stres dengan berbagai cara," terangnya.

Menurut Ratna, coping mechanism yang dilakukan seseorang tergantung dari pengalaman orang itu sendiri.

"Pengalaman itu dalam artian apakah dia melihat orang lain atau dia pernah melakukan itu dan dia merasa bahwa itu membantu dia untuk menurunkan stresnya," tandasnya.

Diolah dari artikel di Tribunjatim.com

Baca artikel lainnya terkait berita viral

Sumber: Kompas.com
Tags:
Universitas DiponegoroUndipstresTwitter
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved