Breaking News:

Berita Viral

SISWA SD Pagi Buta Bertaruh Nyawa Lewati Jembatan Bambu Reot untuk Sekolah, Ini Kata Kades Cibuluh

Viral siswa SD di, Cidaun, Cianjur tantang maut untuk berangkat sekolah, lewati jembatan rusak ditopang kawat berkarat.

Editor: Dhimas Yanuar
ISTIMEWA
Viral siswa SD di, Cidaun, Cianjur tantang maut untuk berangkat sekolah, lewati jembatan rusak. 

TRIBUNSTYLE.COM - Viral video sejumlah murid menyeberangi jembatan reot untuk berangkat sekolah.

Aksi para murid tersebut viral karena jembatan yang dilewati mereka dalam kondisi hampir rusak.

Bahkan dari beberapa laporan disebutkan bahwa jembatan tersebut hanya ditopang kawat berkarat.

Peristiwa tersebut terjadi di Kampung Ciderengdeng, Desa Cibuluh, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur.

Viral sejumlah murid sekolah dasar melintasi jembatan terbuat dari bambu yang rusak di Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Minggu (13/8/2023).
Viral sejumlah murid sekolah dasar melintasi jembatan terbuat dari bambu yang rusak di Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Minggu (13/8/2023). (ISTIMEWA)

Aksi para murid menantang maut untuk bisa sekolah tersebut sempat direkam seorang warga.

Berdasarkan rekaman video yang beredar sejumlah murid sekolah dasar tersebut tengah melintasi jembatan berbuat anyaman dari bambu dan ditopang kawat yang sudah berkarat.

Dalam kondisi matahari belum terang, sejumlah murid itu harus kembali berjalan kaki beberapa meter.

Video yang berdurasi sekitar 1 menit itu memperlihatkan mereka pun harus kembali melalui jembatan bambu untuk sampai di sekolah.

Baca juga: MENGERIKAN, Kondisi Tak Layak Jembatan Penghubung Kabupaten Sergai ke Batubara, Hanya Tersisa Rangka

Kepala Desa Cibuluh Supriatna membernarkan video viral sejumlah murid yang tengah menyebrangi jembatan kayu. Bahkan hal itu sudah terjadi selama puluhan tahun.

"Jadi memang sudah tidak aneh pemandangan anak-anak subuh-subuh lewat jembatan itu."

"Dulu jaman saya SD tahun 1975 memang sudah menggunakan akses jalan ke situ, jalan utama dan sekarang termasuk akses jalan ekonomi," katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Minggu (13/8/2023).

Selain anak-anak, lanjut dia, masyarakat pun terpaksa menggunakan jalan tersebut untuk menuju Kabupaten Garut sebagai daerah yang menerima hasil bumi seperti padi dan rempah-rempah.

"Sedangkan jika melewati akses jalan lain harus memutar dengan jarak 5 Kilometer, kalau lewat jembatan itu hanya 3 Kilometer saja," ujarnya.

Menurutnya, hingga sejauh ini belum ada kejadian murid atau warga yang terjatuh saat melintasi jembatan tersebut. Namun jembatan itu cukup bahaya saat dilalui murid atau warga.

"Sebetulnya berbahaya apa lagi ketika hujan, karena Sungai yang berada dibawahnya sering meluap masyarakat yang mengunakan motor pun harud digotong," kata dia.,

Selain itu, Supriatna mengatakan, pihaknya sudah beberapa kali mengajukan perbaikan dan pembuatan jembatan tersebut ke Pemkab Cianjur. Namun hingga kini belum terealisasi.

"Kalau ada perbaikan pun itu dari masyarakat. Perbaikan itu dilakukan secara swadaya selama empat bulan sekali," kata dia.

Pihaknya berharap, Pemkab Cianjur segera memperbaiki jembatan yang sering digunakan anak sekolah dan masyarakat untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

....

Viral video anak SD berangkat sekolah menyeberang sungai pakai boks kecil styrofoam, ternyata ini faktanya.

Viral sebuah video di sosial media yang memperlihatkan tiga anak laki-laki berseragam sekolah dasar (SD) menggunakan styrofoam untuk menyeberang sungai.

Dalam video tersebut tampak 3 anak tersebut berada di dalam kotak styrofoam masing-masing yang berwarna putih berukuran kecil. 

Mereka terlihat mengayuh styrofoam untuk menuju ke seberang.

Tiga anak SD ini mengayuh styrofoam kecil mereka menuju sekolah yaitu di SDN 1 Kuala 12, Kecamatan Tulung Selapan.

Mengutip Kompas.com, diketahui lokasi sungai tersebut berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.

Warga yang menyaksikan video itu merasa khawatir, karena mendayung dengan hanya menggunakan styorofoam sangat berbahaya.

Bocah SD Menyeberang sungai pakai styrofoam di OKI Sumatera Selatan.
Bocah SD Menyeberang sungai pakai styrofoam di OKI Sumatera Selatan. (Twitter/TikTok)

Warga sudah biasa melihat anak menyeberang dengan styrofoam

Saat dikonfirmasi, Kepala Urusan Perencanaan dan Keuangan Desa Kuala 12 Adi Perdana mengatakan, kejadian tersebut sudah biasa bagi warga asli desa tersebut.

Menurutnya, anak-anak di desa mereka memang sudah biasa memanfaatkan kotak styrofoam sebagai perahu akan pergi ke sekolah.

Biasanya sebagian murid juga diantar dan jemput oleh orangtuanya menggunakan perahu atau speed boat.

Namun, kadang anak-anak menolak diantar dan memilih melewati sungai dengan styrofoam.

"Sudah 10 tahun ini anak-anak memanfaatkan kotak itu untuk bermain di sungai."

"Biasanya bisa sampai 7 atau 8 orang yang bermain menggunakan kotak itu," kata Adi Perdana melalui sambungan telepon, Sabtu (25/9/2021).

Menurut Adi, saat sekolah tatap muka dimulai kembali, anak-anak kembali memanfaatkan kotak styrofoam untuk berangkat ke sekolah sebagai pengganti perahu.

"Anak-anak itu semuanya bisa berenang dengan baik. Mereka biasa berenang menyeberangi sungai yang lebarnya mencapai 120 meter," kata Adi.

Belum ada jembatan

Adi mengakui bahwa di desa mereka memang belum ada jembatan yang menghubungkan dua sisi sungai.

Menurut Adi, dengan lebar sungai 120 meter, tidak cukup membangun jembatan hanya dari dana desa.

"Bisa makan waktu 10 tahun kalau pakai dana desa. Selain itu, sungai tersebut merupakan jalur transportasi utama kapal yang membawa kendaraan maupun alat berat ke perusahaan-perusahaan yang ada di sana. Jadi kalau akan dibangun jembatan harus tinggi dan tentu memakan biaya mahal," kata Adi.

Berdasarkan data yang dihimpun Tribunsumsel.com, jika anak-anak tersebut tinggal di pinggir Sungai Riding Desa Kuala Dua Belas Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Menurut Kepala Sekolah SD Negeri 1 Kuala Dua Belas, Yusliana Sri Safitri ketiga anak yang bernama Arfan, Fadil, dan Resa merupakan murid kelas 3 dan 5 di sekolah tersebut.

"Total keseluruhan dari kelas 1 sampai 6 ada 75 murid. Seluruhnya tinggal di seberang sungai, jadi jika ingin ke sekolah harus menggunakan speed boat atau kapal ketek," jelasnya saat dikonfirmasi, Minggu (26/9/2021) pagi.

Dirinya membenarkan jika sepanjang sungai tersebut belum terdapat jembatan penyeberangan.

"Bentang sungai di sini sangat lebar sekitar 150 meter apalagi kedalaman yang diperkirakan mencapai 7 meter," ujarnya penyebab belum adanya jembatan penyeberangan.

Terkait video yang diabadikan hingga menjadi viral, Yusliana menceritakan jika anak muridnya tersebut menaiki styrofoam saat perjalanan pulang sekolah.

"Jadi waktu itu mereka berangkat ke sekolah diantarkan oleh orangtuanya masing-masing dengan perahu, setelah itu orangtuanya langsung pergi mencari ikan,"

"Tetapi waktu pulang sekolah orangtua mereka belum menjemput, maka anak-anak ini mengambil styrofoam (bekas kotak ikan) yang ada dan menggunakan sebagai alat transportasi untuk nyebrang," jelasnya.

Sebenarnya peringatan kepada wali murid telah dilakukan, dikarenakan sebelumnya juga sempat terjadi hal serupa di mana anak-anak nekat menyeberangi sungai dengan kotak gabus.

"Sekitar dua tahun yang lalu juga pernah ada beberapa anak yang memakai gabus (bekas kotak mesin speedboat) berangkat ke sekolah. Bahkan waktu itu dalam satu kotak diisi 4 anak,"

"Waktu itu kami segera memanggil wali murid dan mengancam mereka jika masih terulang maka anaknya akan dikeluarkan dari sekolah. Alhamdulillah setelah itu tidak ada lagi kejadian serupa," ujarnya.

Sangat disayangkan, saat ini kembali terulang dan menjadi viral bahwa anak-anak muridnya dengan gagah menyeberangi sungai tanpa menghiraukan keselamatan.

"Kemarin kita sudah kumpulkan wali murid dan menghimbau mereka untuk lebih memperhatikan keselamatan anak-anaknya. Semoga ke depannya tidak adalagi kejadian serupa," tegas dia.

Terlepas dari kejadian itu, Yusliana menyampaikan sebagian besar anak kecil maupun orang dewasa di sana memanfaatkan sungai sebagai transportasi satu-satunya.

Menurutnya kegiatan mencari ikan maupun udang merupakan mata pencaharian mayoritas penduduk.

"Berbagai kegiatan dilakukan di sungai Riding ini, karena ini sumber kehidupan utama bagi kami," pungkasnya.

Dianggap terlalu dibesar-besarkan

Di lain tempat, Sekretaris Daerah OKI Husin justru merasa persoalan ini terlalu dibesar-besarkan.

Namun sampai saat ini belum pernah ada pembicaraan mengenai kesulitan transportasi di desa tersebut.

"Kabupaten OKI luas wilayah mencapai 19.023 kilometer, terdiri dari daerah pesisir pantai. Bagi anak-anak yang tinggal di pesisir pantai, hal itu merupakan hal yang biasa. Walaupun ada sarana prasarana, masih ada saja anak yang melakukan hal yang sama seperti yang di viralkan," kata Husin.

Meski demikian, menurut Husin, kejadian kali ini sudah menjadi perhatian Bupati OKI Iskandar.

Bupati sudah memerintahkan jajaran di bawahnya untuk berkoordinasi dengan camat dan kepala desa.

"Sebenarnya bukan jadi permasalahan selama ini. Tapi kalau permasalahan kecil di tingkat desa ingin dibesar-besarkan, ya akan menjadi besar, tergantung dari sudut pandang kita menilainya," kata Husin.

(*)

Artikel ini telah tayang di Sripoku.com dengan judul 10 TAHUN Tanpa Jembatan, Bocah SD Terpaksa Seberangi Sungai ke Sekolah dengan Styrofoam Bekas dan di TribunSumsel.com dengan judul Nasib 3 Pelajar yang Pakai Styrofoam menyeberangi Sungai di OKI, Ortu Dipanggil Kepala Sekolah,

(*)

Artikel diolah dari TribunJabar.id

Penulis: Fauzi Noviandi

Sumber: Warta Kota
Tags:
berita viral hari inisiswa SDsekolahCianjur
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved