Breaking News:

Berita Viral

MURKA! Anak Kerjakan Soal Matematika 3x6 Hasil 18 Dicoret Guru, Ibu Langsung Kicep Dengar Penjelasan

Terlanjur ngegas, seorang ibu dibuat kagum saat dijelaskan guru terkait soal matematika yang diberikan kepada putrinya.

Eva.vn
Ilustrasi seorang ibu saat mengajari anaknya matematika. 

TRIBUNSTYLE.COM - Tahun ajaran baru tengah dimulai bagi para siswa SD, SMP, SMA dan mahasiswa.

Momen ini merupakan masa di mana banyak orang tua yang memanfaatkan untuk mereview semua mata pelajaran terutama matematika agar tidak lupa ilmunya.

Subjek ini tampaknya sederhana, tetapi sangat kompleks dan penting bagi setiap siswa.

Soal matematika kelas 2 terjadi 2 tahun lalu, namun baru-baru ini, pada kesempatan tahun ajaran baru, terus menimbulkan kehebohan di jejaring sosial.

Oleh karena itu, seorang pengguna internet China membagikan soal matematika kelas 2 SD ini, menyebabkan banyak orang berdebat sengit.

Baca juga: Siswa SMA Tusuk Teman Sekelas Diduga karena Dibully, Ayah Korban Telusuri Riwayat Chat: Tidak Ada

Ilustrasi anak belajar.
Ilustrasi anak belajar. (Eva.vn)

Soal mengatakan “ Dalam kegiatan Hari Pramuka di sekolah, setiap sekolah akan menyusun 4 tim siswa untuk berpartisipasi, setiap tim dibagi menjadi 3 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6 orang”. Pertanyaannya adalah " berapa banyak orang di setiap tim?"

Anak itu mengerjakan soal matematika ini sebagai berikut:
3 kelompok x 6 orang = 18 orang.
Jawab: 18 orang.

Sementara banyak orang setuju dengan jawaban siswa ini, guru siswa tersebut mencoret jawabannya.

Semua orang membaca dan membaca ulang soal matematika dan memastikan bahwa 18 orang adalah hasil yang benar, tetapi entah bagaimana gurunya menyatakan salah.

Kali ini orang tua sang anak menjelaskan bahwa dia juga setuju dengan semua orang bahwa hasilnya mirip dengan siswa kelas 2 tersebut.

Jadi ibu itu menanyakan pada guru anaknya apakah ada kesalahan di sini.

Namun, penjelasan guru tersebut membuat sang ibu mengagumi perkataannya.

Baca juga: Siswa SMA Tusuk Teman Sekelas Diduga karena Dibully, Ayah Korban Telusuri Riwayat Chat: Tidak Ada

Kata guru pertanyaan masalahnya adalah berapa banyak "orang" di setiap tim?

Maka siswa harus menetapkan matematika sebagai "6 Orang x 3 Kelompok = 18 orang" di setiap tim menjadi benar.

Sehingga dalam penghitungannya menjadi 3+3+3+3+3+3 bukan 6+6+6.

Konsep ini sama halnya dengan aturan pemakaian suatu obat, biasanya ditulis 3x1 tablet sehari. Ini menunjukkan bahwa obat itu tidak diminum 3 tablet sekaligus, melainkan 1 tablet setiap kali minum sebanyak 3 kali (pagi/siang/sore).

Walaupun memberikan hasil yang benar, namun cara kerja siswa tersebut salah, sehingga guru tetap melakukan evaluasi.

Guru menambahkan bahwa ketika menanyakan jumlah ORANG di setiap tim, "pengganda depan" harus 6 terlebih dahulu (orang) dan "pengganda belakang" 3 (kelompok) setelahnya.

Fakta bahwa siswa lain salah menghitung berarti bahwa pengganda depan dan pengganda belakang telah ditentukan salah, sehingga guru masih tidak setuju untuk mengevaluasi hasil siswa dengan benar.

Ilustrasi seorang ibu saat mengajari anaknya matematika.
Ilustrasi seorang ibu saat mengajari anaknya matematika.

Setelah penjelasan diberikan, banyak yang setuju namun juga mengatakan bahwa soal ini sulit bagi siswa.

Namun, ada juga netizen yang berpendapat bahwa itu adalah perbedaan antara siswa yang baik dan siswa yang buruk, siswa yang baik akan tahu bagaimana mengenali sifat sebenarnya dari masalah tersebut.

Dengan masalah di atas ada kebetulan bahwa bagaimanapun Anda menyelesaikannya, hasilnya tetap 18.

Namun, tidak semua perhitungan dan masalah sangat beruntung, sehingga metode dan jawaban pendidikan guru efektif.

Oleh karena itu, orang tualah yang selalu mengingatkan anaknya untuk berhati-hati dan mempertimbangkan semua masalah.

MIRIS 9 Siswa & 4 Guru SMA di Bengkulu Lakukan Perundungan Selama 2 Tahun, Korban Difitnah & Dibully

Perundungan di sekolah kembali terjadi, kini meninpa seorang siswa SMA Negeri di Bengkulu.

Ia diduga mendapat pembullyan dari 9 siswa lainnya dan 4 guru pengajarnya.

Tak main-main, perundungan tersebut telah terjadi selama dua tahun.

Baca juga: PENGAKUAN Ayah Korban Penusukan Remaja di SMAN 7 Banjarmasin, Bantah Anaknya Suka Bully Pelaku

Atas tindakan ini, orang tua korban, Hermika Media Sari mendatangi sekolah putrinya.

Ia menyebut jika anaknya kini takut pergi ke sekolah dan bertemu teman-temannya.

Siswi SMA Korban Perundungan Oknum Guru dan Pelajar di Bengkulu
Orangtua Korban Datangi Sekolah. Siswi SMA Korban Perundungan Oknum Guru dan Pelajar di Bengkulu, Kini Takut Untuk Bersekolah

Pasalnya perundungan yang dialami oleh korban bukan hanya sekali terjadi, namun sudah berkali-kali, bahkan sejak korban masih duduk di bangku kelas X SMA.

Pelajar yang melakukan perundungan diduga 9 orang. Mereka tidak merundung secara fisik.

Namun mereka sering mengata-ngatai korban dengan kata-kata kurang pantas.

Sedangkan 4 oknum guru, memfitnah korban. Mereka mengatakan, korban mendapatkan juara di kelas bukan karena kepintarannya.

Melainkan karena orangtua korban memberi sejumlah uang kepada wali kelas, maupun guru mata pelajaran yang memberi nilai.

Ternyata hal tersebut sempat didengar korban dan membuatnyaa semakin tertekan.

Baca juga: Fakta-fakta Video Viral Perundungan Siswa SMP di Bandung, dari Kronologi hingga Terancam Dropout

"Selain itu ada beberapa guru yang bilang anak saya sakit mental atau psikisnya," kata Hermika Media Sari.

Akibat perundungan ini, orangtua korban mendatangi sekolah untuk meminta pertanggungjawaban pihak sekolah atas apa yang terjadi pada anaknya.

Orangtua korban juga meminta sekolah meminta maaf serta menindak para pelaku perundungan selama 2 tahun terakhir.

Kepala SMA Negeri 9 Kota Bengkulu, Basuki Dwiyanto mengakui bahwa benar ada peristiwa perundungan salah satu muridnya.

Sebagai tindak lanjut, hari ini dirinya sudah memfasilitasi pertemuan antara orangtua korban dan oknum guru maupun oknum pelajar pelaku perundungan.

"Hari ini kita sudah fasilitasi, kita pertemukan antara siswa maupun guru yang diduga melakukan perundungan, yang disampaikan keluarga korban, dan diakhiri dengan permintaan maaf," kata Basuki.

Atas kejadian tersebut, secara kelembagaan pihaknya pasti sangat menghindari adanya perundungan.

Namun hal tersebut tugas yang berat apalagi para pelajar juga bukan hanya dididik di sekolah, namun juga di lingkungan tempat tinggalnya.

"Tapi secara kelembagaan kita tidak menginginkan ini terjadi. Anak kita ini butuh bimbingan, bukan hanya mengajar tapi dididik juga. Namun namanya manusia mungkin dia memiliki keinginan yang baik, namun penyampaiannya yang nggak pas," ungkap Basuki.

Penderita autoimun

9 siswa dan 4 guru SMA Negeri di Bengkulu lakukan perundungan selama dua tahun.
9 siswa dan 4 guru SMA Negeri di Bengkulu lakukan perundungan selama dua tahun.

Siswi tersebut ternyata menderita penyakit autoimun. Korban merupakan pasien di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sejak tahun 2021.

Karena korban diketahui menderita penyakit autoimun, dan bahkan saat ini masih mengkonsumsi obat secara rutin.

Dikutip dari Tribunnews, autoimun yaitu sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri.

Bahkan akibat dampak dari penyakit tersebut korban sudah beberapa kali dirawat di rumah sakit. Bahkan belum lama ini korban sempat dirawat di Rumah Sakit Tiara Sella 1 minggu lebih.

"Padahal anak saya adalah pasien di RSCM sejak 2021 dan masih konsumsi obat rutin sampai saat ini, karena menderita autoimun. Bayangkan, anak yang sakit malah dirundung, ini pelajaran bagi kita semua, saya sudah tahan anak saya sejak kelas X dirundung, jadi jangan sampai ada korban lainnya," kata Hermika.

Tak diberi sanksi

Pihak sekolah tidak memberi sanksi terhadap 4 orang oknum guru dan 9 pelajar tersebut.

Usai kedatangan orangtua korban, sekolah hanya memfasilitasi orangtua korban bertemu dengan oknum guru dan pelajar yang diduga melakukan perundungan.

(TribunStyle.com / Triroessita,  Tribunbengkulu.com)

Sumber: TribunStyle.com
Tags:
matematikaguruperkalianChina
Berita Terkait
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved