Breaking News:

Berita Viral

PERJUANGAN Bocah Jadi Badut Kecil di Nunukan, Tak Sekolah Karena Disuruh Orang Tua: Cari Uang!

Bpcah badut cilik di Nunukan ini terpaksa putus sekolah karena disuruh orang tua cari uang sendiri, beraksi dari pagi hingga malam hari.

Editor: Amirul Muttaqin
Shopee/badutrino// Kompas.com/Ahmad Dzulviqor
Bocah badut kecil bernama R (7) saat sedang meminta uang ke pengunjung warung bakso di Nunukan, Kaltara. R bersama abangnya tidak bersekolah dan bekerja menjadi badut sampai malam setiap harinya. 

TRIBUNSTYLE.COM - Beratnya kehidupan bocah tujuh tahun di Nunukan berikut ini.

Di usianya yang masih sangat belia, dia disuruh orang tuanya untuk mencari uang sendiri hingga harus putus sekolah.

Setiap harinya dia menjadi badut cilik keliling dari pagi hingga malam hari.

Seperti apa kisah lengkapnya?

Baca juga: Perjuangan Anak Kuli Bangunan di Bandung Lulus Bintara Polri, Ortu Terharu: Bayangin Aja Gak Berani

Bocah badut kecil bernama R (7) saat sedang meminta uang ke pengunjung warung bakso di Nunukan, Kaltara. R bersama abangnya tidak bersekolah dan bekerja menjadi badut sampai malam setiap harinya.
Bocah badut kecil bernama R (7) saat sedang meminta uang ke pengunjung warung bakso di Nunukan, Kaltara. R bersama abangnya tidak bersekolah dan bekerja menjadi badut sampai malam setiap harinya. (Kompas.com/Ahmad Dzulviqor)

Bocah kecil dengan tampilan salah satu karakter kartun Boboi Boy, sering terlihat berdiri di lampu merah, di simpang Jalan Bhayangkara, Nunukan, Kalimantan Utara.

Tak jarang, ia masuk ke warung-warung dan sejumlah kafe, membawa ember kecil untuk wadah tempat uang yang diberikan pengunjung warung maupun café.

Tidak ada suara yang keluar saat ia mengarahkan ember tersebut ke para pembeli.

Namun, saat melihat mata kecilnya yang memelas, orang akan iba dan memberinya uang sebagai rasa empati juga simpati.

"Belum sarapan om," ujar sosok kecil di balik pakaian badut Boboi Boy tersebut, saat ditemui, pada Senin (31/7/2023).

Bocah itu berinisial R dan baru berusia 7 tahun. Ia mengaku bekerja sebagai badut sejak pagi sampai malam.

Meski tidak sarapan dan belum mandi saat berangkat kerja, R tak pernah mengeluh karena harus berdiri di lampu merah, ataupun mampir di warung-warung yang pelanggannya sedang banyak.

Mirisnya, ia mengaku tidak bersekolah karena orangtuanya memintanya mencari uang sendiri.

"Berdua sama abangku, aku tujuh tahun, abangku sepuluh tahun. Rumah di Sebatik, kalau di sini, tinggal sama om. Tidak sekolah juga abangku," kata dia dengan suara lirih.

Seakan menyembunyikan kesedihan, raut wajah R begitu memelas saat ia membuka topeng yang selama ini menutupi sosok mungilnya.

Ia pun mengangguk gembira saat ia dibelikan semangkuk mie ayam sebagai menu sarapan paginya.

Sayangnya R, tidak mau bercerita lebih jauh, apakah aksinya meminta minta itu disuruh oleh orang yang ia panggil dengan sebutan ‘om’ atau memang keinginannya sendiri.

Ia hanya mengaku mendapat jatah lumayan ketika uang yang ia kumpulkan juga banyak.

"Kadang lebih Rp 100.000 sampai siang. Kan pulangnya malam, jadi nanti dikasih uangnya sama om," kata dia.

Merasa tak nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan yang terlontar, R lalu memilih pergi dan mencari meja sendiri untuk menikmati sarapannya.

Baca juga: Perjuangan Rivan, Bocah 13 Tahun Penjual Sepatu Unik hingga Dibeli Raffi Ahmad, Sempat Kena Nyinyir

Banyaknya badut di Kota Nunukan, apalagi terdapat anak kecil tidak bersekolah seperti kasus R, sedang menjadi sorotan masyarakat.

Dikonfirmasi terkait mulai menjamurnya para badut di areal Kota Nunukan, Kepala Dinas Sosial Nunukan, Faridah Aryani, mengakui, tidak ada pembenaran atas aksi para badut tersebut.

"Terjadi pergeseran pola pikir, di mana yang dulunya badut diundang sebagai penghibur di acara ulang tahun anak-anak, sekarang justru dipakai minta-minta, atau secara kasar mengemis. Ini memang harus ditertibkan," ujar dia.

Meski dibalut dengan pakaian badut yang terkesan lucu dan jenaka, cara tersebut hanya sebuah cara baru untuk membungkus kebiasaan buruk dari mengemis.

Ia mengatakan, bukan sekali, dua kali, Dinas Sosial Nunukan melakukan penertiban.

Badut-badut yang saat ini kembali ada, diduga kelompok baru.

"Sebelumnya kami sudah lakukan penertiban dan pembinaan. Anak-anak yang sekolah kami beri sepeda dan ibunya kami kasih modal usaha. Ada blender, dan semacamnya. Kalau yang sekarang ini, kelompok baru sepertinya," kata dia.

Dalam waktu dekat, Dinas Sosial, akan menggandeng sejumlah instansi untuk membahas masalah ini lebih komprehensif.

Karena pada prinsipnya, budaya mengemis, meski dibalut dengan model apapun, tetap menjadi hal yang tidak dianjurkan.

"Jangan biasakan meminta-minta meski alasannya pakaian badut untuk menghibur orang. Perlu didalami juga, apakah mereka ada yang menggerakkan, dalam artian ada bosnya atau seperti apa. Ini jadi catatan dan kami segera rapat untuk masalah ini," kata Faridah.

(KOMPAS.com/ Ahmad Dzulviqor)

Diolah dari artikel di KOMPAS.com

Baca artikel lainnya terkait berita viral

Sumber: Kompas.com
Tags:
Nunukanbadut
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved