Breaking News:

Berita Viral

PANAS! Delegasi Ukraina Adu Jotos dengan Delegasi Rusia saat di Turki, Semua Bermula Gegara Bendera

Gegara bendera dibentangkan, delegasi Rusia terlibat baku hantam dengan delegasi Ukraina saat bertemu di Turki.

Kolase Tribun Style/Al Arabiya/Twitter
Delegasi Ukraina tonjok delegasi Rusia saat bertemu di Turki. 

TRIBUNSTYLE.COM - Jagat maya dihebohkan dengan aksi seorang delegasi Ukraina menonjok anggota delegasi Rusia pada saat pertemuan Organisasi Kerjasama Ekonomi Laut Hitam (BSEC) yang diadakan di ibu kota Turki, Ankara, Kamis (4/5/2023) lalu.

Insiden itu terjadi di lorong gedung parlemen, tempat pertemuan BSEC diadakan.

Delegasi Ukraina yang menonjok pejabat Rusia itu diketahui bernama Olesandr Marikovski.

Dilansir dari The Telegraph, delegasi Ukraina melakukan aksi kekerasan karena bendera negara yang dibawanya dirampas oleh delegasi dari Rusia.

Tetapi, delegasi Rusia ditengarai melakukan itu juga bukan tanpa alasan.

Lantas, apa alasan delegasi Rusia merampas bendera Ukraina?

Baca juga: HARU Tentara Ukraina Pulang Temui Istrinya yang Hamil, Tangis Pecah Setelah 30 Minggu Tak Bertemu

Momen cekcok fisik antara delegasi Ukraina dan Rusia dalam pertemuan di Turki.
Momen cekcok fisik antara delegasi Ukraina dan Rusia dalam pertemuan di Turki.

Ternyata delegasi Rusia kesal dengan ulah delegasi Ukraina.

Delegasi Ukraina dilaporkan lebih dulu melakukan photobomb atau mengganggu proses wawancara video ketua delegasi Rusia.

Dia memposting video dirinya sedang memukul delegasi Rusia dan mengambil bendera biru dan kuning di halaman Facebook-nya.

Sebelumnya pada hari itu, beberapa delegasi Ukraina bentrok dengan petugas keamanan yang mencoba menarik mereka saat mereka melakukan protes, berteriak, dan memegang bendera mereka di samping delegasi utama Rusia saat dia mencoba berpidato di majelis.

Foto-foto gangguan itu diposting oleh parlemen Turkiye di situs webnya, dan Mustafa Sentop, ketua parlemen, mengeluarkan teguran keras.

"Saya mengutuk perilaku yang mengganggu situasi damai yang coba dibangun Turkiye ini," katanya, dikutip dari Reuters.

Perwakilan dari 13 negara di BSEC bertemu pada Kamis, drone Rusia terus menyerang ibu kota Ukraina, Kyiv.

Saat ini tidak ada pembicaraan damai untuk mengakhiri perang, yang telah menghancurkan kota-kota Ukraina, menewaskan ribuan orang dan mengusir jutaan orang dari rumah mereka.

Pertarungan singkat itu pun langsung dibubarkan oleh pejabat Turki.

Juru bicara Kedutaan Besar Rusia di Turki, Irina Kasimova mengatakan bahwa Sekretaris delegasi Rusia bernama Valery Stavitsky itu kini sedang dirawat di rumah sakit setelah serangan itu.

Sementara itu, Ketua parlemen Turki Mustafa Sentop mendesak semua pihak untuk menghormati acara dan menjaga kesopanan.

"Semua orang bisa menyuarakan pandangan dan pendapat mereka, tapi jika kita mulai mengadakan demonstrasi maka pertemuan ini akan berubah menjadi gerakan jalanan," kata Sentop.

Di sisi lain, Kepala Partai Pelayan Rakyat Presiden Volodymyr Zelenskyy di parlemen Ukraina, David Arakhamia pun berterima kasih kepada Marikovsky karena 'membela kehormatan bendera Ukraina dan pendiriannya yang bermartabat'.

Pada Desember 2022, Rusia menangguhkan pembayaran biaya ke PABSEC dan menuduh Ukraina membajak platform untuk 'demonstrasi anti Rusia'.

Timofeyeva mengatakan pada Kamis lalu bahwa Rusia terpaksa mempertimbangkan kembali keikutsertaannya dalam acara kelompok tersebut karena 'kami tidak melihat diskusi yang produktif dan konstruktif'.

"Kami memahami bahwa platform tersebut telah menjadi sangat dipolitisasi.

Dari fokus pada ekonomi, itu berubah menjadi tempat ping-pong (politik) dan saling tuduh," tutur Timofeyeva.

Pada saat yang sama, ia menekankan bahwa 'tidak mungkin' untuk mengeluarkan Rusia dari forum tersebut karena Rusia adalah salah satu pendirinya.

Baca juga: 1 Tahun Perang Rusia - Ukraina dari 24 Februari 2022, Ini Cerita Pilu Warga Sipil Terdampak

Perang Rusia - Ukraina, Cerita Pilu Warga Sipil Terdampak

Perang Rusia-Ukraina sudah berjalan setahun ini.

Sejarah terukir ketika Presiden Rusia, Vladimir Putin, memerintahkan "operasi militer khusus" pada 24 Februari 2022 lalu.

Pasukan Ukraina hingga warga sipil membagikan kisah mereka dan perubahan yang dirasakan sejak perang bergelora di negaranya.

Baca juga: PANAS Perjanjian Nuklir Rusia Amerika Serikat Bubar, Putin Menyatakan Keluar, Punya 6000 Hulu Ledak

1. Oleksander Protsuk: generasi saya tidak akan memaafkan Rusia

Seorang pasukan Ukraina, Oleksander Protsuk (27), merasakan semua hal dalam hidupnya berubah ketika Rusia melancarkan invasi ke negaranya.

"Saya adalah seorang warga sipil, pekerja keras, lajang, tidak pernah bertugas di ketentaraan," ucapnya kepada Al Jazeera.

"Perang memaksa saya mengangkat senjata untuk melindungi negara saya," kata pria yang sebelumnya berprofesi sebagai tukang ledeng.

"Bagian yang paling sulit adalah melihat bagaimana anak-anak muda datang berperang dan mati setelah dua atau tiga hari," imbuhnya.

Seorang pemuda berjalan dengan pembawa kucing tertutup di stasiun metro di Kyiv pada pagi hari 24 Februari 2022. Sirene serangan udara terdengar di pusat kota Kyiv hari ini ketika kota-kota di seluruh Ukraina terkena apa yang dikatakan pejabat Ukraina sebagai serangan rudal dan artileri Rusia. - Presiden Rusia mengumumkan operasi militer di Ukraina pada 24 Februari 2022, dengan ledakan terdengar segera setelah di seluruh negeri dan menteri luar negerinya memperingatkan
Seorang pemuda berjalan dengan pembawa kucing tertutup di stasiun metro di Kyiv pada pagi hari 24 Februari 2022. Sirene serangan udara terdengar di pusat kota Kyiv hari ini ketika kota-kota di seluruh Ukraina terkena apa yang dikatakan pejabat Ukraina sebagai serangan rudal dan artileri Rusia. - Presiden Rusia mengumumkan operasi militer di Ukraina pada 24 Februari 2022, dengan ledakan terdengar segera setelah di seluruh negeri dan menteri luar negerinya memperingatkan "invasi skala penuh" sedang berlangsung. (Photo by Daniel LEAL / AFP)

Protsuk bertugas di garid depan di wilayah Donetsk.

Ia berada di Kyiv karena mengambil cuti 10 hari untuk beristirahat sebelum kembali ke medan tempur.

"Dalam setahun, Ukraina akan berkembang pesat," harap Protsuk.

"Ukraina akan menjadi negara merdeka," katanya.

"Kami akan membangun pagar besar untuk memisahkan diri (Ukraina) dari Rusia, biarkan mereka menjalani hidup mereka, membusuk di balik pagar," ucapnya.

"Barat akan berkembang bersama kami, karena kami adalah bagian dari Eropa."

"Rusia harus membusuk. Kami (akan) berpisah dengan mereka," imbuhnya.

Protsuk juga menegaskan ia dan generasi selanjutnya Ukraina, tak akan memaafkan perbuatan Rusia.

"Mereka tidak akan dimaafkan oleh generasi saya, saya harap, generasi berikutnya (juga tidak memaafkan)," tegasnya.

2. Kyrylo Borysenko: saya kehilangan teman masa kecil

Instalasi ringan oleh seniman Swiss Gerry Hofstetter, dengan lambang negara Ukraina, diproyeksikan di gedung utama Kantor Pos di Kyiv pada 23 Februari 2023, pada malam peringatan pertama invasi Rusia ke Ukraina.
Instalasi ringan oleh seniman Swiss Gerry Hofstetter, dengan lambang negara Ukraina, diproyeksikan di gedung utama Kantor Pos di Kyiv pada 23 Februari 2023, pada malam peringatan pertama invasi Rusia ke Ukraina. (Sergei SUPINSKY / AFP)

Pasukan Ukraina lainnya, Kyrylo Borysenko, menuturkan kegelisahan yang ia rasakan.

Borysenko, seorang tentara Ukraina berusia 23 tahun, mengaku kehilangan banyak teman masa kecilnya dalam perang melawan pasukan Rusia.

"Banyak orang yang mati. Terlalu banyak darah," ucapnya kepada Al Jazeera.

"Banyak orang yang menganggur. Harga-harga naik, ada inflasi, negara bisa bangkrut," katanya.

Meski demikian, Borysenko mencoba mengambil hikmah di balik terjadinya perang dengan Rusia.

Ia yakin negaranya akan memenangkan peperangan karena dirinya menilai pasukan Rusia tak punya semangat.

"Tapi untuk hal-hal positif, orang-orang bersatu, mereka berdiri untuk satu sama lain," ungkapnya.

"Saya 100 persen yakin kemenangan akan menjadi milik kita."

"Orang-orang Rusia itu, kurang motivasi, mereka tidak punya cukup semangat," sambungnya.

Borysenko mengaku dirinya sudah membenci Rusia sejak Moskow mencaplok Krimea pada 2014 silam.

Ia bahkan berharap tak ada negara yang memiliki tetangga seperti Rusia.

"Sejak 2014, saya membenci Rusia, saya tidak ingin satu negara pun di Bumi memiliki tetangga seperti Rusia," ucapnya.

Baca juga: MIRIS Ayah Tewas di Perang Ukraina, Bocah Rusia Ini Dapat Hadiah Smartwatch dan Mobil Mainan

3. Tetiana Kravchuk: saya khawatir kedua putra saya direkrut

Warga Ukraina bernama Tetiana Kravchuk (44) membagikan kekhawatirannya soal perang Rusia dan negaranya kepada Al Jazeera.

Kravchuk menyebut perang Rusia di Ukraina "telah memperburuk keadaan".

Penduduk Kyiv yang bekerja sebagai pramuniaga di sebuah toko alat tulis itu mengungkapkan penghasilannya jauh lebih sedikit.

Ia tidak dapat menjalani kehidupan seperti dulu, termasuk mengunjungi ibunya yang berusia 67 tahun yang tinggal di perbatasan Ukraina dan Belarusia.

Di antara hal lainnya, kekhawatiran terbesar Kravchuk adalah jika kedua putranya dapat direkrut untuk berperang.

"Saya sangat khawatir. Saya tidak (bisa) tidur," katanya kepada Al Jazeera.

"Saya khawatir tentang anak laki-laki saya, mereka mungkin (akan direkrut untuk) wajib militer," imbuhnya.

Kravchuk mengaku sebenarnya tak ingin kedua putranya berperang.

Kendati demikian, ia akan merelakan kedua putranya melawan Rusia jika memang diminta.

"Saya tidak ingin mereka berperang, tetapi jika mereka harus, mereka akan melakukannya," jelasnya.

"Saya orang yang religius, dan saya berharap Tuhan mengampuni hidup mereka," pungkasnya.

(*)

Artikel ini diolah dari BangkaPos.com dengan judul Awal Mula Delegasi Ukraina Tonjok Delegasi Rusia di Turki, Keadaan Memanas Setelah Kejadian Ini

Penulis: Nur Ramadhaningtyas

Sumber: Bangka Pos
Tags:
UkrainaRusiadelegasiTurkiBendera
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved