Berita Viral
NIAT Hati Hindari Macet, Puluhan Mobil Malah Terjebak di Tengah Kebun Singkong : Selip dan Licin
Apesnya puluhan mobil ini, niat hati hindari kemacetan di Sukabumi, Jawa Barat, mereka justru terjebak di tengah kebun singkong usai cari jalan pintas
Editor: Joni Irwan Setiawan
TRIBUNSTYLE.COM - Niat hati hindari kemacetan pasca kecelakaan di Cibadak, puluhan kendaraan justru terjebak di jalan pintas yang melewati perkebunan singkong di Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Diketahui, arus lalu lintas sempat macet total 6 jam lebih akibat tabrakan antara truk tangki berisi kecap dan truk pengangkut pasir di Jalan Raya Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Kamis (13/4/2023).
Puluhan kendaraan tersebut mengambil jalan pintas untuk menghindari kemacetan setelah tertutupnya arus lalulintas Sukabumi-Bogor.
Para pengendara pun dibuat pusing dengan kemacetan tersebut.
Hingga akhirnya, mereka berinisiatif untuk mencari jalan lain agar segera sampai tujuan.
Baca juga: Lalu Lintas Macet, Warga Geram Ternyata Ada Bus Parkir di Tengah Jalan, Sopir Nongkrong di Warung

Jalan pintas yang melewati perkebunan singkong pun menjadi pilihan para pengendara.
Namun sayang beribu sayang, mereka justru terjebak di jalan pintas tersebut.
Menurut salah satu pengemudi, kondisi jalan pintas itu masih berupa tanah.
Sejumlah kendaraan sempat kesulitan melalui medan sulit di jalan pintas itu.
Yuda Septian (28), seorang sopir mobil boks pengantar paket, mengatakan, ia terpaksa melalui jalur perkebunan singkong lantaran harus mengejar waktu untuk mengantarkan barang menuju arah Kota Sukabumi.
"Tadi saya ambil jalan pintas melewati Parungkuda hingga tembus di Desa Munjul Kecamatan Ciambar untuk melanjutkan ke Nagrak," ujarnya.
Ketika melewati perkebunan singkong, kata Yuda, banyak pengendara yang mengalami kesulitan lantaran jalur yang dilalui masih merupakan jalur tanah.
"Waktu lewat jalan Ciambar masuk kebun itu, banyak mobil yang selip karena licin dan jalannya masih tanah, bahkan ada yang sampai terjebak," ungkapnya.
Para pengendara memang sengaja memilih jalur pintas untuk mengejar waktu agar segera sampai ke tempat tujuan.
Sementara itu, video situasi kendaraan yang terjebak di jalan pintas itu sempat viral di media sosial.
Sebelumnya, Kanit Gakkum Satlantas Polres Sukabumi, Ipda M Yanuar Fajar, mengatakan, tabrakan terjadi sekitar pukul 04.30 WIB, yang sebelumnya disebut pukul 05.00 WIB, Kamis (13/4/2023).
Saat itu, truk tangki kecap melaju dari arah Bogor ke Sukabumi dan diduga hilang kendali saat melewati turunan di tikungan Jalan Pamuruyan.
"Truk tangki muatan kecap oleng ke sebelah kanan jalan."
"Pada saat yang bersamaan dari arah berlawanan melaju truk muatan pasir."
"Karena jarak sudah dekat, kecelakaan lalu lintas tidak dapat terhindarkan lagi, truk bertabrakan," ujarnya.
Akibat peristiwa itu, kedua truk mengalami kerusakan parah di bagian depan.
Bagian depan truk pasir ringsek dan truk tangki kecap bagian depannya ringsek sampai nyaris terpisah dari badan mobil.
Di tempat yang sama, Kapolres Sukabumi, AKBP Maruly Pardede, menjelaskan, sopir truk tangki kecap Satam Abdul Rohman (65) meninggal akibat terjepit di dalam mobil.
Satam saat itu tidak bisa menyelamatkan diri karena kecelakaan terjadi begitu cepat.
Lalu, penumpang alias kondektur truk tangki kecap, Arip Subandi (52), mengalami luka akibat benturan tabrakan.
Adapun sopir truk pasir, Suherman (42), berhasil selamat setelah melompat dari mobil saat kecelakaan terjadi.
"Korban yang terjepit sudah berhasil dievakuasi dan dibawa ke rumah sakit."
"Jadi, untuk korban jiwa 1, sopir dari mobil tangki kecap, sudah dievakuasi dan dibawa ke rumah sakit, yang luka-luka (kondektur tangki kecap) juga udah dibawa ke rumah sakit," jelas Maruly.
Akibat peristiwa kecelakaan itu, arus lalu lintas Sukabumi-Bogor macet sekitar 7 jam karena kedua truk yang terlibat kecelakaan menutupi jalan raya.
Saat ini, arus lalu lintas sudah kembali normal setelah kedua truk berhasil diderek menggunakan kendaraan derek dari Satlantas Polres Sukabumi.
Baca juga: MACET di Jambi Berujung Duka, 22 Jam Tak Bergerak, Sopir Rugi Banyak, Penumpang Ambulans Meninggal
Kasus Lain, Macet Berujung Duka, 22 Jam Tak Bergerak, Penumpang Ambulans Meninggal
Kemacetan parah terjadi di jalan nasional, Batanghari, Jambi, sejak Selasa (28/2/2023).
Tak tanggung-tanggung, kemacetan sudah berlangsung selama 22 jam.
Jalan sepanjang 15 kilometer tersebut sudah dipadati mobil hingga truk sejak pukul 10.00 WIB, Selasa (28/2/2023).
Imbas kemacetan itu, Polres Batanghari langsung bergegas menangani permasalahan lalu lintas tersebut.
Banyak kerugian yang dialami oleh para sopir.
"Kita sopir-sopir inilah yang mengatur.
Malam-malam begini mana ada petugas, mereka enak-enak tidur, kita begadang semalaman di jalan," kata Doni sopir ikan, dikutip TribunStyle.com dari Kompas.com, Kamis (2/3/2023).
Ia berharap, kemacetan cepat terurai dengan bantuan petugas yang mengatur lalu lintas.
Sebab bila tidak ada petugas, pengemudi saling tidak mau mengalah hingga membuat jalan terkunci dan tidak bisa bergerak.
"Ini bukan lagi macet. Tapi tidak bergerak.
Hanya Tuhan yang tahu, kapan kemacetan ini akan terbuka," kata Doni dengan nada kesal.
Baca juga: Siswi Nekat Lompat dari Angkot karena Mengira akan Diculik, Sopir Sebut Salah Paham, Begini Nasibnya
Ia mengaku rugi banyak. Sebab sebagian besar ikan yang dibawa telah mati.
Dia ingin membawa ikan ke Pasar Angsoduo Jambi.
Harga ikan yang telah lama mati, berbeda jauh harganya dengan ikan yang masih segar ketika dibawa ke pasar.
Hal senada dikeluhkan sopir truk yang membawa perabot rumah tangga, Setiawan.
Lelaki 37 ini sudah terjebak lebih dari 15 jam.
"Dari sore kemarin, kami ini sudah terjebak kemacetan.
Kalau sudah begini ya bisanya cuma pasrah dan sabar," kata Setiawan.

Dia mengaku sudah berkali-kali terjebak macet karena ada belasan ribu batubara yang bergerak serentak pada malam hari, untuk mengangkut batubara dari tambang menuju pelabuhan Talang Duku, Kabupaten Muarojambi.
Masyarakat memang sudah terbiasa, karena sudah bertahun-tahun kemacetan terjadi tanpa solusi.
Titik kemacetan di perbatasan Kabupaten Sarolangun-Batanghari lalu mulai dari Karmeo-Simpang Tembesi, titik terparah selanjutnya Simpang Tembesi-Sridadi.
"Waktu untuk anak dan isteri yang memang tergadai kalau sudah macet.
Kami sopir ini punya jadwal ya, hari ini dan jam sekian misalnya kami harus sudah berangkat, kalau macet, tentu tidak ada lagi waktu istirahat di rumah," kata pria yang akrab disapa Wawan.
Kerugian terbesar bagi Wawan adalah hilangnya waktu bersama keluarga. Selanjutnya duit jalan yang sering minus, membuatnya merogoh kocek sendiri.
"Kalau uang jalan habis, mau tidak mau pakai uang sendiri. Itu artinya setoran bulanan untuk di rumah berkurang," keluhnya.
Sementara itu, Rendi, sopir batubara mengaku kerap menjadi sasaran tembak kemarahan masyarakat.
"Kalau sudah macet lebih dari 12 jam, apalagi sudah lebih sehari semalam, kami sopir batu bara ini kadang yang disalah-salahkan masyarakat, disebut biang kemacetan," kata Rendi.
Lelaki yang telah membawa truk batu bara sejak 2020 lalu, mengatakan kemacetan sudah terjadi sejak 2021.
Angkutan batu bara sudah mencapai belasan ribu di jalanan.
Dengan aturan pemerintah untuk angkutan batu bara hanya boleh melintas pukul 18.00 WIB malam.
Dengan aturan ini, semua angkutan batu bara keluar dalam waktu bersamaan, tentu ini yang menjadi sumber kemacetan.
"Jumlah armada memang banyak, belasan ribu. Kalau batu bara boleh lewat siang, maka kamacetan tidak parah.
Kemacetan ini karena ribuan truk batu bara serentak keluar dari tambang, jadi penuh lah jalan," kata Rendi.
Baca juga: GARANG saat Rusak Taksi Online, Nasib Sopir Fortuner Bawa Samurai dan Airsoft Gun Pilu, Minta Maaf

Dia berharap, pemerintah menerapkan sistem kuota dan jadwal setiap angkutan batu bara.
Sehingga waktu tempuh tidak memakan waktu 3-5 hari di jalanan.
"Masih ada lah sisa uang jalan untuk sopir walau macet-macet begini.
Tapi nominalnya sudah kecil. Sementara harga-harga barang terus tinggi," kata dia.
Terkait kemacetan ini, Rendi sudah melapor ke atasannya, tetapi sampai sekarang belum ada solusi baik dari perusahaan tambang batu bara maupun dari pemerintah.
Dengan kemacetan ini sudah mengurai uang jalan yang diberikan bos.
Selain membayar BBM, makan di jalan, sopir batu bara juga harus bayar uang ke kantong parkir dengan harga bervariasi mulai dari Rp 20.000. Belum lagi ada pihak-pihak yang meminta uang di jalanan.
Tidak hanya itu, pengeluaran sopir angkutan batu bara berkali-kali lipat lebih besar dibanding waktu normal tanpa kemacetan.
"Kami sedih melihat masyarakat selalu terjebak kemacetan.
Ada orang sakit di ambulans sampai meninggal, anak susah mau sekolah.
Tapi kami (sopir batu bara) butuh makan, kami sudah lapor ke bos, tapi tetap tidak ada solusi.
Mau tidak mau kamu jalani, setiap hari macet," kata Rendi.
Serba serbi macet diwarnai banyak hal.
Ada yang buang air besar di tepi jalan sampai ada perempuan yang harus bertukar pakaian dalam mobil.
Namun setelah macet lebih dari 22 jam, belum ada petugas yang turun ke jalan.
Kini, Kamis, (2/3/2023) kemacetan sudah mulai terurai namun jalanan masih padat.
(*)
(TribunJabar/Dian)
Artikel ini diolah dari TribunJabar.id dengan judul Viral Puluhan Mobil Lewati Kebun Singkong di Sukabumi untuk Hindari Macet karena Ada Tabrakan Truk
Sumber: Tribun Jabar
Kisah Wanita Jepang Pilih Tinggal di Rumah Penuh Sampah Usai Suami Wafat, Padahal Aset Melimpah |
![]() |
---|
Momen Bahagia Annisa Pohan Quality Time Bareng Keluarga di Jepang, Penampilan Almira Buat Salfok |
![]() |
---|
Sama-sama Cerdas, Anak Kembar di China Raih Skor Identik saat Ujian Masuk Kampus, Ortunya Bangga |
![]() |
---|
Pesona Memed Brewog Dijuluki 'Thomas Alva Edi Sound', Pelopor Sound Horeg, Kantung Mata Bikin Salfok |
![]() |
---|
Viral Pasangan Influencer Gelar Pesta Pernikahan di Pesawat Boeing 747-400 yang Sedang Terbang |
![]() |
---|