Memilukan, Petani Tua Ini Diserang Kanguru Peliharaannya Hingga Tewas, Hewan Buas Namun Dipelihara?

TRIBUNSTYLE.COM - Seorang petani tua asal Reymond, Great Soouthern, Australia Barat tewas setelah diserang hewan peliharaannya, kanguru.

Kejadian ini terjadi di rumahnya pada pukul 5 sore waktu setempat, Minggu, (11/9/2022).

Peter Eades, pria yang tewas diserang kanguru peliharaannya itu berusia 77 tahun.

Mengetahui kejadian tersebut, kerabat tersebut menghubungi kepolisian dan tim medis setempat.

Setibanya di Tempat Kejadian Perkara (TKP). polisi langsung menangkap kanguru tersebut.

Dilansir dari Dailymail, polisi itu langsung mencoba menangkap kanguru itu.

Kanguru tersebut menjadi agresif ketika hendak ditangkap polisi tersebut.

"Seorang pria Australia telah meninggal setelah diserang oleh seekor kanguru yang dia pelihara sebagai hewan peliharaan," kata polisi seperti dilansir dari BBC, Rabu (14/10/2022).

Ketika kru ambulans tiba di lokasi kejadian, keberadaan kanguru mencegah upaya mereka menolong pria itu.

Seorang polisi harus menembak kanguru itu agar tim medis dapat segera menolong Eades yang menderita luka serius.

Nahasnya, ketika mendapatkan pertolongan pertama, Peter Eades meninggal dunia.

Terdapat beberapa luka dan memar pada tubuhnya. Memar tersebut diakibatkan oleh tendangan kaki dari kanguru itu.

"Kanguru itu merupakan ancaman berkelanjutan bagi petugas tanggap darurat" ujar kerabat Eaden yang dikutip dari Dailymail.

"Kanguru yang agresif itu, membuat petugas yang datang harus menidurkan hewan berkantung tersebutb dengan senjata api" imbuh kerabat Eaden 

Kanguru peliharaan Eades yang ditembak oleh polisi itu mati seketika.

Seorang juru bicara polisi mengatakan kepada media bahwa mereka yakin pria itu telah diserang oleh kanguru peliharaan tersebut. 

Diyakini, kejadian tewasnya petani tua itu berlangsung pada malam sebelumnya.

Menurut The West, Eades adalah sosok petani yang terkenal sebagai pecinta binatang.

Sebelum memelihara kanguru, Eades memelihara seekor Alpaca jantan.

Alapaca merupakan binatang menyusui yang memiliki fisik seperti domba namun leher yang panjang seperti unta. 

Eades mulai memelihara alpaca pada tahun 1997. Ia memberi nama alpacanya dengan nama Claudia Wonninup.

Dia membuat pemakaman alpaka di pekarangan rumahnya setelah Claudia Wonninup meninggal pada tahun 2002.

Eades telah menggali lubang di sebelah kuburan Claudia dan mengungkapkan bahwa dia ingin dikuburkan di sebelahnya.

Setelah memelihara  alpaca, Eades memiliki peliharaan baru yakni kanguru.

Pada akhirnya, Eades yang tewas dan dikuburkan di sebelah Claudia Wonninup, alpaca kesaayangannya.

Kematian Eades ini merupakan serangan fatal pertama kanguru terhadap manusia di Australia sejak 86 tahun terakhir.

Kanguru tersebut belum diketahui jenis spesiesnya, namun wilayah Great Southern di Australia Barat diketahui sebagai habitat bagi kanguru abu-abu.

Kanguru abu-abu jantan bisa tumbuh hingga ketinggian 2,2 meter dan berat hingga 70 kg.

Kanguru memang hewan lucu  yang berbahaya.

Dilansir dari Australian Broadcasting Corporation., kanguru memiliki berbagai senjata di tubuhnya.

Senjata tersebut ia keluarkan ketika dirinya merasa terpojok. Senjata tersebut diantaranya :

- Gigi tajam

- Cakar

- Kaki yang kuat yang cukup kuat

Media Australia melaporkan serangan mematikan terakhir oleh hewan mamalia berkantong itu terjadi pada 1936.

Akibat serangan itu Eaden mengalami patah rahang dan luka parah di kepala.

Dalam penanganan medis, nyawa Eaden tidak terselamatkan. Begitu pula kanguru itu juga telah mati ditembak kepolisian setempat.

Deretan serangan kanguru

1. Pada Juli 2022 lalu, seekor kanguru melukai seorang wanita berusia 67 tahun dengan luka dan patah kaki setelah menyerangnya di jalanan di Queensland.

2. Seorang gadis berusia tiga tahun menderita cedera kepala serius dalam serangan di New South Wales pada bulan MareT 2022.

3. Seekor kanguru juga menyerang anak berusia sembilan tahun, lalu menggigit telinganya. Insiden itu terjadi di Harmony Park di Alabama, Amerika Serikat pada Maret 2017.

4. Dalam video yang beredar seperti dimuat News.com.au, Rabu (9/6/2018), terlihat hewan berkantung itu menjambak rambut dan menggigit si anak yang kemudian menjerit.

Akibat serangan kanguru itu, bocah bernama Cheyenne mendapat 14 jahitan pada lukanya.

Tidak hanya Australia, Indonesia juga punya kanguru.

Kanguru Pohon

Kanguru Pohon Indonesia, tepatnya pulau Papua memiliki kanguru yang dinamakan dengan kanguru pohon yang diberi nama latin Dendolagus.

Dilansir dari Mongabay, kanguru pohon merupakan satwa endemik Papua yang menempati hampir 80 persen luas daratan Papua.

Kanguru pohon memiliki ukuran tubuh dan kekuatan yang lebih kecil dari kanguru Australia sehingga dimasukkan ke dalam keluarga yang berbeda yaitu family Macropodidae.

Baca juga: KASUS Pertama dalam 86 Tahun, Pria Australia Meninggal Karena Diserang Kanguru Peliharaan

Kanguru pohon memiliki berat sekitar 9 hingga 20 kilogram saja, sedangkan kanguru Australia dapat tumbuh hingga 90 kilogram.

Johan F. Koibur dalam jurnal berjudul Kanguru Pohon (Dendrolagus sp) Potensi Lokal Papua Sumber Pangan Masa Depan (2018) menyebutkan kanguru pohon kaki panjang dengan empat jari, lengan dengan otot kuat, dan ekor yang lebih panjang dari tubuhnya.

Hal tersebut membuat kanguru pohon dapat bergelantungan di atas pohon.

Namun, mereka juga tetap sering melompat-lompat di tanah seperti kangguru pada umumnya.

Kanguru pohon betina memiliki kantung tempat menyimpan anaknya yang dilengkapi dengan empat kelenjar susu.

Kanguru pohon ditemukan di pegunungan Papua Kanguru pohon pertama kali menemukan di pegunungan Papua oleh seorang ilmuan bernama Ernst Mayr pada tahun 1928.

Ternyata hewan tersebut adalah kanguru pohon subspesies wondiwoi.

Dilansir dari National Geographic, seorang ahli biologi bernama marsupial Museum Australia bernama Mark Eldridge mengatakan bahwa penemuan tersebut menjadikan kanguru pohon sebagai salah satu mamalia yang paling kurang dikenal di dunia.

Kanguru pohon merupakan hewan yang misterius. Sejak penemuannya, kanguru wondiwoi sangat jarang terlihat, bahkan disangka sudah punah hingga kembali terlihat pada tahun 2018 oleh sekelompok ilmuan.

Bukan hanya karena mereka senang bersembunyi dipohon, namun juga mereka mengalami penurunan populasi.

(TribunStyle.com/Dika Pradana)