Ayah Kelewat Teledor, Bocah Laki-laki Umur 4 Tahun Bawa Pistol Berisi Peluru ke Sekolah
Bocah laki-laki berusia empat tahun tertangkap basah membawa pistol berisi peluru tajam ke sekolah.
Penulis: Vidya Audina Gesty Arinda
Editor: Dhimas Yanuar
TRIBUNSTYLE.COM - Bocah laki-laki berusia empat tahun tertangkap basah membawa pistol berisi peluru tajam ke sekolah.
Sudah seharusnya sebagai orang tua harus memperhatikan apa yang menjadi ketertarikan anak.
Misalnya saja mainan, apabila barang yang dipilih untuk bermain sangat berbahaya tentunya hanya akan merugikan anak dan orang tua sendiri.
Kisah kali ini adalah contoh nyata dari hal yang disebutkan di atas.
Melansir dari Wion News, seorang anak berusia empat tahun di Texas ditemukan membawa pistol berisi peluru tajam ke sekolah.

Baca juga: Dipersulit Ambil Tabungan Sendiri, Pria Ngamuk di Bank dan Todongkan Pistol, Malah Banjir Dukungan
Dalam insiden Texas itu, seorang pegawai sekolah yang dulunya bekerja sebagai petugas polisi lah yang memergoki kejadian tersebut.
Petugas itu kemudian meminta bantuan polisi untuk menasihati siswa berusia empat tahun itu karena memiliki senjata tajam.
Agar tak terjadi hal berbahaya, senjata itu kemudian disita polisi.
Ayahnya yang berusia 30 tahun akhirnya juga ikut ditangkap polisi.
Ia didakwa meninggalkan dan membahayakan seorang anak dengan memberinya senjata.
Sebelum kasus ini, juga ada kasus lain yang serupa.
Di mana, sebuah pistol yang terisi peluru dan sebuah pistol yang dibongkar ditemukan di sebuah tas punggung milik seorang siswa di sebuah sekolah di kota Cochiase, Arizona, kata kantor sheriff.
Disebutkan kalau siswa tersebut masih berusia tujuh tahun.
Sebagai hukuman, anak tersebut dikenakan tindakan disipliner berdasarkan undang-undang yang mengatur anak-anak.
Sebenarnya, hal ini amat sangat disayangkan karena anak di bawah umur yang belum tahu banyak tentang senjata tajam sudah membawa barang berbahaya ke ruang publik.
Mirisnya, di Amerika sendiri penembakan massal di sekolah sekolah seolah sudah menjadi rutinitas yang sering terjadi.
Belum lama ini, pada tanggal 19 Mei, terjadi penembakan di sekolah dasar yang terletak di Uvalde, Texas, dengan korban meninggal 2 guru, 2 siswa dan seorang anak kecil.
Sebenarnya, di Amerika Serikat (AS), suatu hal yang wajar apabila orang dewasa memiliki senjata api.
Bahkan, negara juga mengizinkan kepemilikan senjata api secara legal.
Baca juga: Ngantuk Berat, Tentara Rusia Terpaksa Tidur di Hutan, Bangun-bangun Ditodong Senjata Tentara Ukraina
Kepemilikan senjata api di AS telah dijamin oleh konstitusi negara tersebut, khususnya melalui Amandemen Kedua Konstitusi, dikutip dari Kompas.com.
Dalam Amandemen Kedua Konstitusi tertulis, "Milisi yang diatur dengan baik, yang diperlukan untuk keamanan negara yang merdeka.
Hak rakyat untuk memiliki dan membawa senjata, tidak boleh dilanggar."
Sayangnya, dengan adanya kebebasan itu setiap warga AS tak diiringi dengan kebijakan yang sangat tinggi, sehingga bisa ada kasus anak di bawah umur membawa pistol ke sekolah.
Kisah Lainnya - Ayah Merantau ke Amerika, Bocah 11 Tahun Diculik dan Dituntut Tebusan Rp 290 Juta, Berakhir Dramatis
Bocah 11 tahun diculik oleh 3 orang penjahat, warga yang geram langsung lakukan tindakan anarkis.
Saat individu dipandang sebagai orang yang berkecukupan, biasanya mereka akan mudah dikenali di mana pun berada tak terkecuali daerah tempat tinggalnya.
Oleh karena itu, biasanya banyak penjahat yang menyasar rumah orang berada untuk dijadikan korban kejahatan.
Hal serupa juga yang coba dilakukan oleh 3 orang pria ini.
Karena mengetahui ada individu yang merantau ke Amerika Serikat, 3 penjahat itu rela melakukan cara apapun.

Baca juga: VIRAL Tersangka Kasus Pembunuhan Rayakan Ulang Tahun di Mobil Polisi, Terlihat Senyum Bahagia
Melansir dari MailOnline, 3 orang pria di Guatemala dikabarkan menculik dan membunuh seorang bocah lelaki berusia 11 tahun.
Hingga akhirnya, warga desa yang geram malah berbalik menyeret 3 pria itu dari kantor polisi dan membakarnya hidup-hidup.
Diketahui, 3 penculik itu adalah Ovidio Mendez (24), Selvin Perez (24) dan Samuel Godinez (38), yang tewas pada Senin lalu di kota Colonango.
Disebutkan 3 penjahat itu menculik Freddy Mendez (11), pada 12 Agustus lalu.
Komplotan penculik itu juga menuntut uang tebusan sebesar US$19.500 atau setara Rp 290 juta, sebagai imbalan pembebasan bocah itu, menurut Polisi Guatemala.
Polisi meyakini kalau para penculik menargetkan bocah itu karena ayahnya, sekarang merantau ke Amerika Serikat.
Ayah bocah Freddy Mendez juga disebut sering mengirim uang ke desa untuk ditabung guna membangun rumah baru.
Para penculik itu juga sempat mengirimkan bukti kalau Freddy masih hidup ke keluarganya, dan saat ini masih bersama mereka.
Di foto itu, terlihat Freddy berdiri di sebelah salah satu tersangka yang juga sambil membawa senapan.
Sebenarnya, pihak keluarga juga terus membayar uang tebusan, tetapi sangat disayangkan korban tidak pernah dikembalikan.
Warga setempat yang risau dan geram, akhirnya memutuskan menangkap ketiga tersangka Senin lalu.
Usai penangkapan itu, mereka menyerahkannya kepada pihak berwenang setempat.
Tetapi, tiba-tiba kondisi berubah dan rombongan warga malah menggeruduk pos polisi.
Mereka melumpuhkan pihak berwajib dan langsung membawa paksa salah satu tersangka ke kawasan hutan.
Baca juga: Gadis Cantik Setinggi 1,25 M Berani Tinggal Sendiri di Hutan, Masa Lalu yang Menyakitkan Jadi Alasan
Para warga memukuli, menyiram tubuh penculik dengan bensin dan membakar tersangka.
Perbuatan keji itu dilakukan setelah warga memastikan kalau korban meninggal karena luka tembak di kepala dan dikubur dalam lubang.
Demi menuntut keadilan dengan cara mereka sendiri, penduduk desa kembali ke pos polisi dan menyeret dua tersangka lainnya.
Mereka pun mengulangi hukuman sekali lagi agar para penculik dihukum dengan adil.
Para warga juga sempat membakar rumah salah satu tersangka.
Sementara, mayat korban diketahui baru ditemukan Rabu lalu, menurut media setempat.
(TribunStyle/Vidya)