Breaking News:

Presiden Jokowi Tak Mau Berpihak Rusia atau Ukraina, Indonesia Siap Tampil di Panggung Dunia?

Presiden Joko Widodo tak mau berpihak Rusia atau Ukraina, Indonesia siap tampil di panggung dunia?

Editor: Dhimas Yanuar
YouTube Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo tak mau berpihak Rusia atau Ukraina, Indonesia siap tampil di panggung dunia? 

TRIBUNSTYLE.COM - Presiden Joko Widodo tak mau berpihak Rusia atau Ukraina, Indonesia siap tampil di panggung dunia?

Konflik Ukraina vs Rusia memasuki hari ketiga.

Pemerintah Indonesia pun nyatanya tak bisa lepas dari sorotan masyarakat tentang bagaimana presiden Joko Widodo bersikap.

Baca juga: Update Hari Ketiga Perang Ukraina Rusia, NATO Siapkan Pasukan Tapi Tak Ikut Campur, hingga Negosiasi

Baca juga: IKUTI Update Terbaru Perang Ukraina Rusia di Sosial Media Twitter Ini, dari Pejabat hingga Jurnalis

Seorang pria duduk di luar gedungnya yang hancur setelah pemboman di kota Chuguiv, Ukraina Timur, Kamis (24 Februari 2022). Angkatan bersenjata Rusia menyerang Ukraina dari beberapa arah, menggunakan sistem roket dan helikopter untuk menyerang posisi Ukraina di selatan, perbatasan kata layanan penjaga. - Pasukan darat Rusia pada hari Kamis menyeberang ke Ukraina dari beberapa arah, kata dinas penjaga perbatasan Ukraina, beberapa jam setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan peluncuran serangan besar-besaran. Tank Rusia dan alat berat lainnya melintasi perbatasan di beberapa wilayah utara, serta dari semenanjung Krimea yang dicaplok Kremlin di selatan, kata badan tersebut.
Seorang pria duduk di luar gedungnya yang hancur setelah pemboman di kota Chuguiv, Ukraina Timur, Kamis (24 Februari 2022). Angkatan bersenjata Rusia menyerang Ukraina dari beberapa arah, menggunakan sistem roket dan helikopter untuk menyerang posisi Ukraina di selatan, perbatasan kata layanan penjaga. - Pasukan darat Rusia pada hari Kamis menyeberang ke Ukraina dari beberapa arah, kata dinas penjaga perbatasan Ukraina, beberapa jam setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan peluncuran serangan besar-besaran. Tank Rusia dan alat berat lainnya melintasi perbatasan di beberapa wilayah utara, serta dari semenanjung Krimea yang dicaplok Kremlin di selatan, kata badan tersebut. (Aris Messinis / AFP)

Sebelum Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menyerukan agar jangan sampai ada perang antara kedua negara.

Presiden Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina pada Kamis (24/2/2022) yang menandakan dimulainya serangan besar Moskwa kepada Ukraina, meski eskalasi kedua negara sudah memanas sejak beberapa waktu terakhir.

Seusai invasi Rusia kepada Ukraina berjalan, Presiden Jokowi sempat membuat pernyataan terkait perang.

Presiden menyerukan untuk menghentikan perang di akun Twitter resminya, @jokowi. Namun, cuitan Jokowi disampaikan secara singkat dan tanpa memberikan konteks terhadap kondisi peperangan mana yang ia maksud.

"Setop perang. Perang itu menyengsarakan umat manusia, dan membahayakan dunia," tulis Jokowi, Kamis.

Meski begitu, Jokowi sebenarnya sudah menyinggung konflik di Ukraina sebelumnya.

Lewat beberapa cuitannya, presiden membicarakan konflik antara Rusia dengan Ukraina, sekalipun Jokowi tak menuliskan kata "Rusia".

Jokowi memilih menggunakan istilah "krisis Ukraina" dan "ketegangan di Ukraina" untuk mendefinisikan eskalasi panjang yang terjadi antara kedua negara tersebut.

Buntut konflik Rusia dan Ukraina, sejumlah negara barat ikut turun tangan, termasuk China yang merupakan sekutu Rusia.

Tiga hari sebelum invasi Rusia ke Ukraina, Jokowi mengingatkan agar semua pihak menahan diri.

"Rivalitas dan ketegangan di Ukraina harus dihentikan sesegera mungkin.

Semua pihak yang terlibat harus menahan diri dan kita semua harus berkontribusi pada perdamaian.

Perang tidak boleh terjadi," cuit Jokowi di Twitternya, Senin (21/2/2022).

Menurut presiden, ada yang lebih penting untuk dihadapi dunia global.

Jokowi mengajak seluruh negara memulihkan ekonomi pasca digempur pandemi Covid-19.

"Saatnya dunia bersinergi dan berkolaborasi menghadapi pandemi.

Saatnya kita memulihkan ekonomi dunia, mengantisipasi kelangkaan pangan, dan mencegah kelaparan," ucapnya.

Sehari setelahnya, Jokowi kembali membicarakan krisis Ukraina.

Ia juga menegaskan upaya perdamaian harus segera dilakukan.

"Saya memiliki pandangan yang sama dengan Sekjen PBB Antonio Guterres bahwa penanganan krisis Ukraina harus dilakukan secara cermat agar bencana besar bagi umat manusia bisa dihindarkan," tulis Jokowi di akun Twitter @jokowi, pada Selasa (22/2/2022).

"Tetapi, upaya perdamaian ini harus cepat dan tidak bisa ditunda-tunda," tambahnya.

Invasi Rusia dilakukan karena Moskwa membela separatis di timur Ukraina.

Pada 2014, pasukan elite Rusia juga merebut seluruh Semenanjung Crimea di Ukraina.

Beberapa hari lalu, Presiden Putin secara tiba-tiba mengumumkan dua wilayah kontra pemerintah Ukraina, Donetsk dan Luhansk sebagai negara merdeka.

Putin juga kemudian melegalkan pengiriman pasukan ke Ukraina.

Kedua negara memang memiliki hubungan panas-dingin pasca Uni Soviet pecah.

Rusia dan Ukraina merupakan pecahan dari negara federasi komunis kuat itu.

Namun konflik Rusia dan Ukraina semakin tajam sejak beberapa tahun terakhir.

Pernyataan Jokowi bukan cari selamat Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana menilai pernyataan Presiden Jokowi terkait krisis Ukraina sudah tepat.

"Presiden Jokowi telah tepat menyatakan sikap Indonesia terkait situasi di Ukraina dengan mengatakan: penanganan krisis Ukraina harus dilakukan secara cermat agar bencana besar bagi umat manusia bisa dihindarkan," ujar Hikmahanto, Jumat (25/2/2022).

Menurutnya, pernyataan Jokowi sejalan dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.

"Bila Presiden menyebut Rusia melakukan 'invasi' maka terlihat keberpihakan Indonesia terhadap Ukraina yang didukung oleh negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat serta Australia," sebutnya.

Hikmahanto juga menilai Jokowi menghindari untuk membuat pernyataan yang membenarkan sikap Presiden Putin untuk mengakui dua Republik baru yang merupakan pecahan dari Ukraina, yaitu Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk.

"Oleh karenanya siapapun yang kalah ataupun menang dalam kemungkinan perang di Ukraina tidak bisa menuduh Indonesia memiliki keberpihakan," kata Hikmahanto.

Rektor Universitas Jenderal A Yani itu pun menyebut, sikap Jokowi itu bukan berarti menandakan Indonesia sedang mencari selamat.

Apa yang dilakukan Jokowi, kata Hikmahanto, merupakan upaya aktif Indonesia agar perang tidak bereskalasi menjadi besar.

"Indonesia dengan politik luar negeri bebas aktif tidak boleh sekadar menjadi penonton tetapi harus mengambil berbagai inisiatif agar perdamaian tercipta," paparnya.

"Inisiatif ini semakin penting dirasakan karena Indonesia saat ini sedang menjabat Presidensi G-20," tambah Hikmahanto.

Eskalasi perang disebut akan berdampak buruk bagi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi internasional.

Oleh karena itu, menurut Hikmahanto, harus dihindari.

"Agar sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi 'bencana besar bagi umat manusia bisa dihindarkan'," ujar dia.

"Saatnya sekarang bagi Indonesia untuk tampil dalam rangka ikut melaksanakan ketertiban dunia," imbuh Hikmahanto. 

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sikap Jokowi yang Tak Berpihak di Konflik Rusia Vs Ukraina Dinilai Bukan Berarti RI Cari Selamat", 

Penulis : Elza Astari Retaduari

Sumber: Kompas.com
Tags:
Joko WidodoIndonesiaUkraina
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved