Gadis 12 Tahun Dipaksa Berhubungan Intim dengan Suami, Kisah Kelam Wanita yang Dijual ke Prostitusi
Monowara Begum dipaksa melayani hasrat keji 'suami'nya pada usia 12 tahun. Trauma kejadian itu membawa Monowara ke dalam kehidupan kelam prostitusi.
Penulis: Abi Rizki Alviandri
Editor: Triroessita Intan Pertiwi
TRIBUNSTYLE.COM - Monowara Begum dipaksa melayani hasrat keji lelaki yang 'membeli' dirinya sebagai istri pada usia 12 tahun.
Trauma kejadian itu membawa Monowara ke dalam kehidupan kelam prostitusi.
Dilansir dari evan.vn, Monowara tumbuh besar dalam sebuah keluarga petani di Sakhipur, Bangladesh.
Gadis ini awalnya memiliki masa kecil yang bahagia.
Akan tetapi pada umur 11 tahun, Ibu Monowara meninggal dunia saat melahirkan anak ke-3.
Bayi yang dilahirkan juga tidak selamat.
Enam bulan kemudian, ayah Monowara ikut menghembuskan nafas terakhir menyusul sang istri.
Monowara dan adiknya menjadi yatim piatu, dan diasuh oleh 7 orang kerabatnya.

Kerabat-kerabat ini kerap menyiksa kedua gadis kecil tersebut.
Tidak jarang mereka harus tidur tanpa sempat mengonsumsi makanan apapun.
Pada tahun 1988, segera setelah Monowara beranjak 12 tahun, paman Monowara menjual keponakannya tersebut kepada seorang pria paruh baya.
Pria tersebut 'membeli' Monowara untuk menjadikan gadis kecil itu sebagai istrinya.
Pada malam pernikahan mereka, Suami baru Monowara memaksanya untuk berhubungan seks.
Bahkan, dia mengundang teman-temannya untuk ikut 'bersenang-senang' dengan sang istri.
Tidak kuat menahan penghinaan tersebut, Monowara kabur ke rumah pamannya.
Baca juga: Menikahi Gadis 15 Tahun Lebih Muda, Aktor Ini Tak Menyangka Lihat Sikap Istri Baru ke Mantan Istri
Bukannya ditolong, sang paman malah mencoba untuk meniduri keponakannya sendiri.
Perlakuan biadab laki-laki tersebut mendorong Monowara untuk melarikan diri lagi.
Dia pernah mendengar rumor sebuah desa di dekat Kota Tangail, di mana wanita dan anak-anak hidup bersama.
Pada pukul 3 pagi, saat semua anggota keluarganya terlelap, dia diam-diam menyelinap keluar.
Monowara hanya membawa gaun pernikahan ibunya saat kabur.
Gadis itu tidak punya uang sepeser pun.
Monowara diberi tumpangan ke Tangail oleh supir bis yang dia kenal.

Ketika sampait, Monowara bingung harus berbuat apa.
Dia berjalan tanpa arah dan berhenti di depan sebuah kedai teh.
Melihat ekspresi bingung Monowara, penjaga kedai teh menawarkan pekerjaan kepada gadis tersebut.
Sialnya, nasib buruk terus menimpa Monowara.
Beberapa bulan setelah bekerja di sana, dia kembali dipaksa menikah.
Tidak ingin mengalami perlakuan yang sama, Monowara kabur untuk ketiga kalinya.
Monowara kembali ke jalanan kota Tangail mencari desa yang jadi tujuannya sebelum ini.
Dia meminta tolong seorang pengendara angkot untuk membawanya ke tempat yang didekripsikan.
Setelah sampai, Monowara terkejut menyadari bahwa tempat itu adalah Kandapara, desa prostitusi tertua di Bangladesh.
Ribuan pria datang setiap harinya untuk mencari 'hiburan' di daerah tersebut.
Baca juga: NASIB Wanita Menikahi Pria Berbobot 209 Kilogram, Pernah Malu Berat Suami Patahkan Kursi Pesawat

Monowara ingin kembali melarikan diri, akan tetapi kali ini dia tidak berhasil.
Waktu itu, Monowara sempat meminta pertolongan seorang pria berseragam yang berpatroli di sekitar desa.
Namun, pria keji itu malah mencabuli Monowara, sebelum menyeretnya kembali ke rumah pelacuran.
Monowara pasrah.
Kekejian demi kekejian yang dia alami memupuskan semangat gadis 12 tahun itu.
Merasa terjebak, gadis kecil itu terpaksa melayani pelanggan yang datang.
Monowara menghabiskan puluhan tahun di desa tersebut.
Hanya ada 2 cara dia bisa keluar dari kemalangan ini.
Satu, dia harus mencari gadis lain untuk menggantikan tempatnya di desa tersebut.
Dua, dia bisa mencari pelanggan yang mau dijadikan pacar atau suami.
Monowara tidak mau melakukan kedua hal tersebut.

Dia tidak tega.
Wanita itu juga tidak percaya lagi dengan pernikahan, setelah berulang kali merasakan kekejaman lelaki.
Sekarang di umur 44 tahun, Monowara menjadi salah satu wanita paling disegani di Kandapara.
Kegigihan wanita itu membuatnya dapat beradaptasi dan bertahan hidup di lingkungan tersebut.
Kadang-kadang Monawara berandai bagaimana jika dulu dia mengambil keputusan yang berbeda.
Bagaimanakah hidupnya sekarang jika dia memiliki suami dan anak-anak?
Akan tetapi, ketika dia mengingat malam pernikahannya yang pertama, Monawara merasa beruntung bisa terbebas dari nasib serupa. (TribunStyle/Abi Rizki Alviandri)