Breaking News:

Bahaya Nyalakan Layanan Lokasi & GPS Aplikasi PeduliLindungi saat di Rumah, Masih Sering Eror

Ternyata berbahaya jika terus menyalakan layanan lokasi dan GPS aplikasi PeduliLindungi saat di rumah, bisa deteksi pergerakan.

Tribunnews/Irwan Rismawan
Ternyata berbahaya jika terus menyalakan layanan lokasi dan GPS aplikasi PeduliLindungi saat di rumah, bisa deteksi pergerakan. 

Reporter : Dhimas Yanuar

TRIBUNSTYLE.COM - Ternyata berbahaya jika terus menyalakan layanan lokasi dan GPS aplikasi PeduliLindungi saat di rumah, bisa deteksi pergerakan.

Aplikasi PeduliLindungi akhir-akhir ini terus menjadi sorotan karena penggunaannya yang menjadi wajib untuk masyarakat.

Bahkan beberapa kebocoran data juga menjadi perhatian banyak orang.

Berbagai kritikan tentang permasalahan privasi di aplikasi PeduliLindungi ini dilontarkan oleh ahli.

Seperti yang disebut oleh Direktur Eksekutif SAFEnet, Damar Juniarto ini yang mempertanyakan keamanan aplikasi PeduliLindungi.

Baca juga: Aplikasi PeduliLindungi Syarat Wajib, Lalu Bagaimana Jika Tidak Punya Smartphone & Tak Bisa Online?

Baca juga: NIK Presiden Jokowi Terlanjur Tersebar, Tretan Muslim: Takutnya Dipergunakan untuk Pinjaman Online

aplikasi PeduliLindungi
aplikasi PeduliLindungi (Way)

SAFEnet atau Southeast Asia Freedom of Expression Network, menilai bahwa aplikasi PeduliLindungi bisa berbahaya bagi privasi penggunanya.

Damar meminta masyarakat untuk tidak memberi akses lokasi atau GPS pada HP ketika sedang berada di rumah ke aplikasi PeduliLindungi.

Hal ini disebut demi melindungi privasi masyarakat.

Dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh KataData, Damar mengatakan baiknya masyarakat hanya mengizinkan akses lokasi apabila mereka bepergian ke tempat publik.

Namun jika mereka hanya di rumah, maka tidak perlu diberikan akses lokasi.

Damar juga menjelaskan bahwa aplikasi PeduliLindungi telah berubah dari segi penggunaannya.

Aplikasi ini pada awalnya digunakan pelacakan kontak dan kini menjadi peranti sentral bagi masyarakat yang kembali beraktivitas di tengah pandemi dan di luar rumah.

Masyarakat Indonesia saat ini sangat tergantung pada PeduliLindungi.

Namun ia menilai, aplikasi PeduliLindungi masih belum baik dalam melindungi data privasi para penggunanya.

Sehingga, aplikasi tersebut perlu diperhatikan dan terus diperbaiki.

Direktur Eksekutif SAFEnet Damar Juniarto.
Direktur Eksekutif SAFEnet Damar Juniarto. (Tribunnews/Istimewa)

Aplikasi PeduliLindugi bocorkan KTP & NIK Presiden 

Berbagai kebocoran data ternyata bisa dilakukan di aplikasi besutan Kominfo tersebut, hingga data KTP Presiden Indonesia Joko Widodo pun bocor.

Bocornya sertifikat vaksin Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebabkan tidak adanya perlindungan data pribadi pengguna di aplikasi PeduliLindungi.

Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) menilai bocornya sertifikat vaksin Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebabkan tidak adanya perlindungan data pribadi pengguna di aplikasi PeduliLindungi.

Menurut Direktur Eksekutif Safenet Damar Juniarto, penilaian tersebut berdasar pada tindakan pemerintah yang baru membenahi aplikasi, setelah ada masalah kebocoran data.

"Ada masalah kebocoran atau diduga bocor baru kemudian dibenahi. Artinya kan sebetulnya mampu cuma memang dari awal tidak dilakukan," kata Damar Junianto, Sabtu (4/9/2021).

Bahkan, kata Damar, sejak awal pembuatan aplikasi PeduliLindungi tidak ada standar dan desain privasi untuk melindungi data pribadi pengguna.

Selain itu, menurutnya kebocoran data presiden disebabkan pencarian sertifikat dalam aplikasi yang tidak dibatasi.

Oleh sebab itu, SAFEnet mendorong pemerintah untuk mendorong adanya peningkatan pengamanan data pribadi baik di aplikasi PeduliLindungi serta kementerian yang juga memegang data masyarakat.

Adapun satu jaminan agar kebocoran data pribadi tidak kembali terulang, pemerintah disarankan untuk segera mengesahkan Undang-undang Perlindungan Data Pribadi yang kini masih dalam bentuk RUU PDP.

"Sekali lagi saya ingatkan agar pemerintah dapat segera mengesahkan RUU PDP. Akan tetapi UU PDP yang seperti apa, yang memenuhi standar internasional," pungkasnya.

Sebelumnya, pakar digital forensik Ruby Alamsyah menjelaskan terdapat dua kesalahan dari peristiwa bocornya data Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Salah satunya ketidakamanan aplikasi PeduliLindungi.

Ruby menyebut fitur yang digunakan di aplikasi Pedulilindungi kurang aman, karena metode verifikasinya hanya menggunakan 5 item.

Bahkan, informasinya pun bisa didapatkan dengan mudah oleh orang lain.

Lima item yang dimaksud Ruby, yaitu: Nama, Nomor Induk Kewarganegaraan (NIK), tanggal lahir, tanggal vaksin, dan jenis vaksin.

Menurut Ruby, lima pertanyaan verifikasi pada PeduliLindungi tersebut kurang tepat dan aman.

Terlebih, data seorang publik figur apalagi seorang presiden, data-data tersebut sudah atau mudah diketahui masyarakat.

"Mestinya pemerintah bisa dengan tegas dan bijak mengakui kesalahan di fitur Periksa Sertifikat sebelumnya, yang malah menjadikan titik tersebut titik masuk bocornya data Sertifikat Vaksin pak Jokowi," kata Ruby, Sabtu (4/9/2021).

(*)

Artikel ini telah tayang di KompasTV dengan judul: SAFEnet Nilai Tidak Ada Perlindungan Data di PeduliLindungi Sebelum Sertifikat Vaksin Jokowi Bocor

Tags:
PeduliLindungiGPS
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved