Sejarah Hari Buku Nasional Diperingati Setiap 17 Mei, Menandai Berdirinya Perpusnas, Pacu Minat Baca
Inilah sejarah Hari Buku Nasional diperingati setiap 17 Mei, menandai berdirinya Perpustakaan Nasional Indonesia (Perpusnas).
Penulis: Gigih Panggayuh Utomo
Editor: Ika Putri Bramasti
Reporter: Gigih Panggayuh
TRIBUNSTYLE.COM - Inilah sejarah Hari Buku Nasional diperingati setiap 17 Mei, menandai berdirinya Perpustakaan Nasional Indonesia (Perpusnas).
Setiap tanggal 17 Mei, diperingati sebagai Hari Buku Nasional atau Harbuknas.
Melalui Instagram, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengucapkan selamat Hari Buku Nasional.
Kemdikbud mengajak masyarakat untuk lebih perbanyak lagi asupan literasi.
Terlebih, bahwa pada era sekarang, buku tidak hanya bisa dinikmati secara fisik, melainkan juga secara elektronik (e-book).
"Ayo, perbanyak baca buku agar hidup lebih bermakna! Investasikan waktumu dengan membaca buku, kelak #SahabatDikbud kaya akan ilmu hingga ujung waktu!" tulis akun Instagram Kemdikbud.
Baca juga: Hari Buku Nasional, Ini Kutipan Para Tokoh dan Penulis Terkenal soal Pentingnya Membaca
Baca juga: 5 Manfaat Membaca Buku Sebelum Tidur di Malam Hari, Bisa Mimpi Indah serta Mencegah Pikun
Peringatan ini berbeda dengan Hari Buku Sedunia atau World Book Day.
Sebagai informasi, Hari Buku Sedunia diperingati setiap tanggal 23 April, ditetapkan UNESCO sebagai peringatan simbolis untuk sastra dunia.
Lantas Bagaimana Sejarah Hari Buku Nasional?
Hari Buku Nasional di Indonesia, ditetapkan bersamaan dengan berdirinya Perpustakaan Nasional pada 17 mei 1980.
Dikutip dari Kemendikbud.go.id, Hari Buku Nasional merupakan hasil pemikiran dari Menteri Pendidikan dari Kabinet Gotong Royong, Abdul Malik Fadjar periode 2001-2004.
Peringatan tersebut untuk pertama kalinya dilakukan pada tahun 2002.
Maksud dari tanggal penetapan itu adalah untuk menunjukkan filosofi bahwa buku sangat erat kaitannya dengan perpustakaan.
Penetapan Hari Buku Nasional juga menjadi salah satu upaya pemerintah untuk memacu minat baca masyarakat Indonesia.

Sudah menjadi hal yang umum bahwa membaca buku itu penting.
Melansir Kompas.com dalam artikel Sejarah Hari Buku Nasional dan Peringatannya Setiap Tanggal 17 Mei, latar belakang penetapan Harbuknas adalah karena kondisi bangsa Indonesia yang ketika itu masih lebih banyak mempertahankan tradisi lisan dibanding menjawab tuntutan informasi dengan banyak membaca.
Sederhananya, secara umum masyarakat masih memiliki tradisi percakapan panjang dibandingkan dengan kebiasaan membaca.
Ide ini semula datang dari masyarakat pencinta buku yang ingin memacu tingkat minat baca di masyarakat.
Bahkan mereka menginginkan perayaan Harbuknas dapat berlangsung meriah sebagaimana perayaan hari kasih sayang.

Tingkat Literasi Indonesia Masih Tergolong Rendah
Mengutip laman Kementerian Dalam Negeri, (23/3/2021), Indonesia ada di posisi ke-62 dari 70 negara untuk masalah tingkat literasi.
Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019.
Sementara itu, mengutip laman Kementerian Komunikasi dan Informatika, UNESCO menempatkan Indonesia sebagai negara terendah kedua untuk tingkat minat baca.
Artinya, minat baca masyarakat Indonesia masih rendah.
Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen, atau hanya ada 1 dari 1,000 orang Indonesia yang rajin membaca.

Kutipan Tokoh dan Penulis Ternama soal Pentingnya Baca Buku
"Ada lebih banyak harta di dalam buku daripada yang didapat perampok di Pulau Harta." - Walt Disney
"Hal-hal yang ingin kutahu ada di dalam buku, sahabat terbaik adalah orang yang akan memberikanku sebuah buku yang belum aku ketahui." - Abraham Lincoln
"Ada dua motif untuk membaca buku. Pertama, kau menikmatinya dan yang lain, kau bisa menyombongkannya." - Bertrand Russell
"Ada kejahatan yang lebih kejam daripada membakar buku. Salah satunya adalah tidak membacanya." - Joseph Brodsky

"Membaca semua buku yang bagus layaknya sebuah percakapan dengan pemikiran terbaik di abad-abad sebelumnya." - Rene Descartes
"Buku harus dijadikan kapak untuk mencairkan lautan beku dalam diri kita." - Franz Kafka
"Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya. Maka pastilah bangsa itu akan musnah." - Milan Kundera
"Kalau kita membaca buku yang sama dengan yang dibaca orang lain, kita cuma bisa berpikir seperti orang lain." - Haruki Murakami
"Koleksi buku yang dikumpulkan susah payah seumur hidup tidak ada artinya bila hanya sebagai pajangan." - Paulo Coelho

"Buku itu seperti cermin: kalau yang berkaca padanya adalah seorang yang bodoh, engkau tak bisa berharap yang terpantul adalah seorang yang jenius." - J.K Rowling
"Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas." – Mohammad Hatta
"Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi." - Tan Malaka
"Apa guna punya ilmu tinggi kalau hanya untuk mengibuli, apa guna banyak baca buku kalau mulut kau bungkam melulu." - Wiji Thukul
“Saya ini enggak punya pacar. Teman main saya cuma buku dan bola” – Gus Dur
“Carilah buku yang Anda suka. Tulislah sebagaimana Anda ingin membaca buku yang disuka.” – Dewi Lestari
“Jika saja hati itu seperti buku terbuka, betapa indahnya membaca dan menuliskan cinta, untukmu.” – Moammar Emka
"Selamat ulang tahun, buku. Anggap saja aku kekasih atau pacar naasmu. Panjang umur, cetak-ulang selalu!" – Joko Pinurbo
"Selamat Hari Buku Nasional. Perbanyak membaca buku, agar pertanyaan bagaimana cara menulis tidak perlu lagi ada." – Fiersa Besari
"Toko buku itu bukti nyata bahwa keberagaman selera bisa kumpul di bawah satu atap tanpa harus saling mencela." – Ika Natassa
(TribunStyle.com/Gigih Panggayuh)