MAU Dibunuh Dilempari 5 Granat, Soekarno Bukannya Berlindung Justru Lakukan Aksi Tak Terduga
Selama 22 tahun menjadi presiden, Soekarno atau Bung Karno sudah banyak mengalami suka dan duka termasuk upaya pembunuhan.
Editor: Galuh Palupi
TRIBUNSTYLE.COM - Selama 22 tahun menjadi presiden, Soekarno atau Bung Karno sudah banyak mengalami suka dan duka termasuk upaya pembunuhan.
Berbagai upaya pembunuhan terhadap Soekarno dilakukan oleh kelompok anti-Soekarno baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Mulai dari menggunakan sepucuk pistol hingga jet tempur MiG-17 yang diterbangkan oleh pilot profesional Daniel Maukar dari AURI.

Tapi dari sekian upaya pembunuhan terhadap Bung Karno, termasuk yang didalangi oleh para agen rahasia CIA, hanya satu yang nyaris berhasil dan menimbulkan korban cukup besar.
Yakni upaya pembunuhan berdarah yang berlangsung pada 30 November 1957 di Jakarta.
Bagaimana kronologisnya?
Hari itu sekitar pukul 20.55 WIB, Bung Karno dan para pengawalnya sedang berjalan keluar dari acara ‘malam amal’ yang berlangsung di Perguruan Cikini, Jakarta Pusat.
Baca juga: 7 FAKTA Presiden Soekarno yang Tak Tersorot, Agama, Pendidikan Hingga Sosok Istri-istrinya
Sekitar 500 tamu, para pengajar, dan murid-murid menyambut Bung Karno penuh suka cita mulai dari awal hingga akhir acara.
Ketika akan meninggalkan acara, Bung Karno menuruni tangga dari lantai dua ke lantai dasar yang saat itu dipenuhi anak-anak dalam posisi berdiri berjajar meski sedang turun hujan.
Sambil membelai rambut anak-anak yang mengerumuninya, Bung Karno berjalan menuju mobil kepresidenan yang sudah menunggunya dalam kondisi pintu sudah terbuka.
Masih dikerumuni sejumlah anak yang malah tampak mengejar, Bung Karno berhenti sejenak untuk menyambut hormat komandan Pasukan Pengawal Presiden (Paspampres).
Tiba-tiba di tengah suasana penuh kegembiraan itu terdengar suara keras ledakan granat.
Belum sempat para pengawal bereaksi atas ledakan granat yang pertama, dua granat dilemparkan lagi dari sebelah kiri dan kanan gedung.
Akibat serangan granat yang menimbulkan suasana kacau balau itu, secara refleks Bung Karno tidak mencari tempat berlindung.
Sang presiden justru bergerak melindungi anak-anak yang ada di sekitarnya menggunakan tubuhnya.