Breaking News:

Kecelakaan Sriwijaya Air

LEBIH TRAGIS dari Kisah Lion Air, Relawan Sriwijaya Air Kelu Ditanya 'Bagaimana Jenazah Keluargaku'

Salah satu relawan sebut tragedi Sriwijaya Air lebih tragis dari kisah Lion Air. Selalu kelu seusai menyelam ditanya keluarga korban soal jenazah.

Editor: Monalisa
YouTube Kompas TV
Dokumentasi jurnalis Kompas TV ikut menyelam cari korban Sriwijaya Air 

TRIBUNSTYLE.COM - Tim relawan Sriwijaya Air mengaku kelu tak bisa berkata apa-apa sesuai menyelam keluarga korban bertanya 'bagaimana jenazah keluargaku'.

Ya, kisah memilukan tragedi Sriwijaya Air tak hanya menorehkan duka bagi keluarga saja.

Namun para relawan Sriwijaya Air juga ikut merasakan pilu dan duka saat menjadi puing pesawat hingga jenazah para korban.

Salah seorang relawan, Budi Cahyono mengaku tragedi Sriwijaya Air lebih tragis ketimbang kisah Lion Air.

Pria yang sudah 30 tahun malang melintang ikut beragam misi kemanusiaan itu mengaku pencarian kali ini lumayan sulit.

“Saya pernah ikut bantu Lion Air juga, tapi menurut saya ini lumayan sulit.

Baca juga: POPULER Ucapan Terakhir Yumna Bocah Berjaket Minnie Mouse Korban Sriwijaya Air, Dadaaah

Baca juga: KATA Pamitan Terakhir Yumma Bocah Berjaket Minnie Mouse Korban Sriwijaya Air, Sempat Terekam Kamera

Kolase foto tim SAR penyelam menemukan uang tunai dan pakaian yang diduga milik korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Selasa (12/1/2021).
Kolase foto tim SAR penyelam menemukan uang tunai dan pakaian yang diduga milik korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Selasa (12/1/2021). (YouTube Kompas TV)

Saya merasa pesawat itu sudah hancur lebur ya,” jelas Budi.

Selama menyelam Budi kesulitan menemukan korban dan puing-puing pesawat.

Sejauh ini hanya menemukan pecahan pesawat saja, belum jasad penumpang.

“Sekali nyelam saya bisa bawa 5-10 potongan kecil pesawat.

Tapi saya belum menemukan jasad,” jelas Budi.

Budi mengaku tidak sanggup membayangi perasaan keluarga korban.

Sebab, usai menyelam, dia selalu ditanya keluarga korban.

Baca juga: BARU Saja Melahirkan, Istri Kini Makamkan Angga Korban Sriwijaya Air SJ 182, Usia Bayinya 20 Hari

'Bagaimana jenazah keluargaku' seperti itulah kiranya pertanyaan yang selalu dilontarkan keluarga Sriwijaya Air.

Tapi dia tidak mampu untuk menjelaskan ke keluarga.

Namun Budi berharap pencarian penumpang dan sisa-sisa pesawat bisa berjalan lancar sampai akhir.

TEMUKAN Perhiasan Korban Sriwijaya Air, Esa Miris: Jerih Payah Dikumpulin Malah Berakhir Seperti Ini

Bak tersayat hatinya, Esa Asep Saefudin anggota Basarnas mengaku pilu saat temukan perhiasan korban Sriwijaya Air.

Anggota Basarnas yang bertugas sebagai pemilah temuan itu pun tetap tegar kala memindahkan anggota tubuh manusia dan serpihan pesawat ke kantong masing-masing.

Namun, ada satu momen yang cukup melekat di benak Esa Asep Saefudin kala memilah-milah temuan.

Pemuda asal Purwakarta tersebut pun terenyuh kala mengenang kembali cerita itu.

Ia melihat sejumlah perhiasan yang berhasil diangkut oleh tim penyelam.

Di antaranya, cincin, gelang dan kalung.

Baca juga: KATA Pamitan Terakhir Yumma Bocah Berjaket Minnie Mouse Korban Sriwijaya Air, Sempat Terekam Kamera

Baca juga: Ayah & Ibu Korban Sriwijaya Air, Tania Aprilia & 2 Adik jadi Yatim Piatu: Tuhan Tak Tinggalkan Kami

Kolase foto tim SAR penyelam menemukan uang tunai dan pakaian yang diduga milik korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Selasa (12/1/2021).
Kolase foto tim SAR penyelam menemukan uang tunai dan pakaian yang diduga milik korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Selasa (12/1/2021). (YouTube Kompas TV)

Saat melihat temuan itu, pikirannya seketika membayangkan korban adalah seorang ibu.

"Dalam batin saya, mungkin ibu itu mengumpulkan perhiasannya dengan jerih payah.

Tapi malah berakhir seperti ini.

Di situ saya menjadi sangat emosional," ceritanya kepada TribunJakarta.com di Kantor Basarnas Jakarta, Kota Tangerang pada Senin (25/1/2021).

Ia juga sempat terbayang bila itu menimpa ibunya sendiri.

Sembari bertugas, Esa menahan kesedihan dan imajinasinya sesaatnya.

"Dengan kondisi seperti itu saya membayangkan, bagaimana kalau terjadi dengan ibu saya.

Saya sebagai anak benar-benar goyah walaupun sudah terbiasa melakukan tugas ini," ucapnya.

Kisah Esa, bertugas memilah body part

Begitu mendengar informasi raibnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada Sabtu (9/1/2021), Esa (27) langsung bergegas menuju Kantor Basarnas Jakarta dari rumah kontrakannya.

Meski sedang lepas piket, pria bernama lengkap Esa Asep Saefudin itu diminta bergabung dalam misi operasi pencarian pesawat dengan registrasi PK-CLC tersebut.

Kebetulan, kontrakan pria asal Purwakarta tersebut tak jauh dari kantor Basarnas Jakarta di kawasan Neglasari, Kota Tangerang.

Tak berpikir panjang, ia memutuskan pergi. Meninggalkan istri dan anak yang tengah berada dalam kandungan.

Esa membawa sejumlah peralatan air dan langsung menyusul rekan-rekannya yang lebih dulu tiba.

Ketika sampai di perairan Kepulauan Seribu, Pesawat Sriwijaya Air yang sebelumnya dinyatakan hilang kontak nyatanya tak lenyap ditelan bumi.

Esa Asep Saefudin tim Basarnas yang ikut cari korban Sriwijaya Air
Esa Asep Saefudin tim Basarnas yang ikut cari korban Sriwijaya Air (TribunJakarta/Satrio Sarwo Trengginas )

Serpihan pesawat dan potongan tubuh manusia menjadi bukti kuat bahwa pesawat rute Jakarta-Pontianak tersebut jatuh menghujam laut hingga remuk redam.

Sejak itu, belasan hari Esa tidak menginjakkan kaki di daratan demi menunaikan operasi kemanusiaan pencarian korban pesawat tersebut.

Walaupun memiliki sertifikat penyelam, Esa ditugaskan menjadi pemilah potongan tubuh manusia dan serpihan pesawat Sriwijaya Air.

Tim penyelam berasal dari Basarnas Spesial Grup.

Esa mengibaratkan tim tersebut seperti Kopasus-nya Basarnas.

Di atas KN Sar 103 Wisnu, ia bersama kedua temannya memilah-milah temuan yang berhasil diangkut tim penyelam.

"Saya bertugas memisahkan temuan seperti potongan tubuh manusia dan serpihan puing ke kantong masing-masing," ujarnya kepada TribunJakarta.com di Kantor Basarnas Jakarta, Kota Tangerang pada Senin (25/1/2021).

Selama misi pencarian, perahu karet RIB (Rigit Inflatable Boat) setiap hari hilir mudik menepi di KN Wisnu untuk mengantarkan temuan.

Sambil merokok, ia menceritakan hari pertama dan kedua pencarian adalah hari tersibuknya.

Sebab, sekitar 50 sampai 70 temuan datang silih berganti ke KN Wisnu.

"Beres briefing jam 8 pagi, kita udah bersiap memilah-milah temuan.

Hari pertama sibuk banget.

Enggak berhenti kita dari pagi sampai sore," lanjutnya.

Esa miris menyaksikan temuan-temuan yang berhasil diangkut.

Di antaranya, potongan tubuh manusia, sejumlah kartu identitas, tas dan serpihan pesawat.

Dengan mengenakan sarung tangan, ia pun harus memindahkan potongan tubuh yang terpisah dari satu kantong ke kantong lainnya.

Bau tak sedap menguar dari dalam kantong temuan kala ia sedang memindahkan.

Meski tidak ditersirat dari raut wajahnya, tetapi benaknya sedih harus memilah-milah anggota tubuh manusia yang tercerai berai itu.

Walakin, Esa tak ingin larut dalam kesedihan kala bertugas.

"Naluri kita sebagai manusia melihat kondisi itu ya sedih dan prihatin. Akan tetapi kita harus melaksanakan tugas dengan baik," tambahnya.

Hasil temuan yang sudah dipilah kemudian diantarkan menuju Jakarta International Container Terminal (JICT) II, Tanjung Priok untuk dibawa oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI).

Sempat menyelam

Di hari-hari terakhir pencarian, Esa sempat diminta menyelam untuk mencari puing-puing pesawat di bawah laut.

Ia menyelam hingga kedalaman 18 meter.

Baca juga: JENAZAH Bocah Korban Sriwijaya Air Berjaket Minnie Mouse Ditemukan, Terungkap Kisah Pilu sang Ibunda

Menyisir setiap lokasi dengan jarak pandang sekitar 2 sampai 3 meter selama kurang lebih 15 menit.

Suasana di dalam laut saat menyelam sudah bersih dari sebagian besar puing-puing seusai disapu oleh tim BSG.

Namun, ia sempat mengambil sejumlah temuan dari hasil penyelamannya itu.

"Saya bawa ke atas potongan kabel dan potongan puing kecil pesawat," ucapnya.

Seusai 13 hari berada di laut akhirnya misi pencarian dihentikan.

Esa dan rekan-rekannya bertolak dari perairan Kepulauan Seribu menuju daratan.

Ia pun kembali ke pangkuan keluarga tercinta.

Sebagian artikel ini telah tayang di GridStar dan Tribunjakarta.com dengan judul Kisah Pilu Relawan Penyelam Sriwijaya Air SJ-182, Teringat Kembali Pencarian Lion Air: Menurut Saya Ini Sulit...Hati Anggota Basarnas Ini Terenyuh Melihat Sejumlah Perhiasan Korban Sriwijaya Air SJ-182

Tags:
Sriwijaya AirrelawanBudi CahyonoLion Airpesawatpenumpang
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved