Jakob Oetama Meninggal Dunia
Olga Lydia Mengenang Jakob Oetama Pendiri Kompas Gramedia: 'Saya Memiliki Masa Kecil Luar Biasa'
Mengenang Jakob Oetama yang tutup usia, Olga Lydia sebut pendiri Kompas Gramedia bikin masa kecilnya luar biasa.
Penulis: Gigih Panggayuh Utomo
Editor: vega dhini lestari
TRIBUNSTYLE.COM - Mengenang Jakob Oetama yang tutup usia, Olga Lydia sebut pendiri Kompas Gramedia membuat masa kecilnya luar biasa.
Seperti diketahui, Jakob Oetama dikabarkan meninggal dunia pada Rabu (9/9/2020).
Tokoh pers ini mengembuskan napas terakhirnya pada usia yang ke 88 tahun di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta.
Sebelum meninggal dunia, Jakob Oetama sempat dirawat di rumah sakit selama dua minggu lamanya.
Jenazahnya dibawa ke rumah duka di di Jalan Sriwijaya No 40, Kebayoran Baru, Jakarta.
Di rumah duka dilakukan ibadah misa selama beberapa jam.
• Jakob Oetama Tutup Usia, Ini Sederet Penghargaan Pendiri Kompas Gramedia Semasa Hidup
• 5 Fakta Meninggalnya Jakob Oetama, Derita Gangguan Multiorgan hingga Sempat Alami Koma

Baru setelah itu, jenazah dipindahkan ke tempat persemayaman di gedung Kompas Gramedia.
Jenazah akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, pada Kamis (10/9/2020).
Kepergian mendiang menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga, kerabat hingga rekan-rekan pers Indonesia.
Tak terkecuali para artis, salah satunya Olga Lydia.
Melalui media sosial Instagram, Olga Lydia menyambaikan perasaan kehilangan atas kepergian sosok Jakob Oetama.
"Selamat jalan bapak Jakob Oetama, terima kasih atas kerja kerasnya..," tulis Olga menyertai unggahan foto mendiang pendiri Kompas Gramedia.
Menurut Olga, sosok Jakob Oetama membuka wawasannya lewat majalah, surat kabar, dan buku yang diterbitkannya.
"Bapak membuka wawasan saya, mengajari saya serunya membaca melalui Bobo, Kompas, Intisari, lalu Donal Bebek, Lima Sekawan, Malory Towers, Si Kembar, Agatha Christie, Imung dan banyak lagi," sambungnya.
Olga juga mengatakan bahwa masa kecilnya luar biasa berkat buku-buku terbitan Gramedia.
"Saya memiliki masa kecil luar biasa melalui berbagai “perjalanan” asik dari buku-buku terbitan Gramedia..," ungkap model dan aktris Indonesia itu.
Lebih lanjut, Olga Lydia memanjatkan doa dan salam hormat kepada mendiang Jakob Oetama.
"Terima kasih.. Selamat beristirahat dalam Damai dan Kasih Tuhan..
salam hormat..," tutupnya.
Profil Jakob Oetama, Sepak Terjangnya dari Guru SMP hingga Pendiri Kompas Gramedia
Inilah perjalanan hidup Jakob Oetama, dari guru SMP hingga pendiri Kompas Gramedia.
Jakob Oetama dikenal sebagai tokoh pers yang berpengaruh dengan mendirikan Kompas Gramedia.
Dikutip dari berbagai sumber, inilah profil Jakob Oetama selengkapnya.

Biodata
Jakob Oetama lahir di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada 27 September 1931.
Ia meningal dunia di Jakarta, 9 September 2020 pada umur 88 tahun.
Jakob merupakan sulung dari 13 bersaudara yang berasal dari keluarga sederhana.
Ia merupakan putra dari pasangan Raymundus Josef Sandiyo Brotosoesiswo, seorang guru SD dan Margaretha Kartonah.
Perjalanan karier

Jakob Oetama memulai kariernya sebagai seorang guru.
Saat itu, ia diminta ke Jakarta dan menemui rekan ayahnya bernama Yohanes Yosep Supatmo yang baru saja mendirikan yayasan pendidikan budaya.
Jakob kemudian mendapat pekerjaan pertamanya sebagai seorang guru, bukan dari Yohanes, namun di SMP Mardiyuwana, Cipanas, Jawa Barat.
Ia mengajar di sana selama satu tahun (1952-1953).
Setelah itu, Jakob pindah ke Sekolah Guru Bagian B di Lenteng Agung, Jakarta pada 1953-1954 dan pindah lagi ke SMP Van Lith, Jakarta Pusat hingga tahun 1956.
Sambil mengajar, ia meneruskan pendidikannya ke Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada hingga 1961.
Karier jurnalistik Jakob dimulai ketika menjadi redaktur Mingguan Penabur tahun 1956.
Ia kemudian membuat terobosan dengan mendirikan majalah Intisari tahun 1963 bersama Petrus Kanisius Ojong (PK Ojong) yang kala itu memimpin harian Keng Po dan mingguan Star Weekly.

Dua tahun kemudian, 28 Juni 1965, bersama PK Ojong, Jakob mendirikan harian Kompas.
Dalam pembagian kerjanya, Jakob mengurusi redaksi Intisari dan Kompas, sedang Ojong mengurusi bagian bisnisnya.
Pada 1980, setelah 15 tahun bersama mengembangkan Kompas, Ojong meninggal dalam tidurnya.
Dengan sifat penuh kerendahan hati, akhirnya Jakob berhasil mengembangkan Kompas Gramedia dalam berbagai sektor bisnis.
Saat ini, Kompas Gramedia Group memiliki beberapa anak perusahaan/bisnis unit yang bervariatif dari media massa, toko buku, percetakan, radio, hotel, lembaga pendidikan, event organizer, stasiun TV hingga universitas.
Jakob juga ikut mendirikan The Jakarta Post, harian nasional Indonesia berbahasa Inggris bersama dengan Jusuf Wanandi, Muhammad Chudori, Eric Samola, Fikri Jufri, Goenawan Mohamad, H. G. Rorimpandey dan Harmoko.
Ia juga aktif dalam berbagai organisasi dalam maupun luar negeri.
Jakob pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Anggota DPR Utusan Golongan Pers, Pendiri dan Anggota Dewan Kantor Berita Nasional Indonesia, Anggota Dewan Penasehat PWI, Anggota Dewan Federation Internationale Des Editeurs De Journax (FIEJ), Anggota Asosiasi Internasional Alumni Pusat Timur Barat Honolulu, Hawai.
Sepanjang kiprahnya di dunia pers, ia telah diganjar sederet penghargaan seperti The Order of Rising Sun Gold Rays with Neck Ribbon dari Pemerintah Jepang, Medali Emas Spirit jurnalisme dari PWI, Doktor honoris causa Universitas Gadjah Mada, Lifetime Achievement Award dari Bank BRI, Bintang Utama (kelas III) dari Presiden Soeharto pada 1973 dan masih banyak lagi.
(TribunStyle.com/Gigih Panggayuh/Amir)
BACA JUGA:
• Mengenang Jakob Oetama, Sederet Kutipan Kata-Kata Bijak Inspiratif Sang Pendiri Kompas Gramedia
• Perjalanan Karier Jakob Oetama, dari Seorang Guru hingga Perjuangannya Besarkan Kompas Gramedia