PPDB Utamakan Usia, Seorang Siswa Nangis Hingga Tak Mau Makan, Menyesal Kenapa Umurnya Lebih Muda
Nasib pilu siswa 'korban' PPDB utamakan usia di Jakarta. Ditolak 12 sekolahan, kini memangis sesali umur mereka yang lebih muda.
Editor: Monalisa
TRIBUNSTYLE.COM - Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) DKI Jakarta masih menuai kontroversi.
Penerapan sistem PPDB yang mengutamakan usia lebih tua kini membuat banyak siswa menderita.
Tak sedikit orangtua yang harus pontang-panting berjuang mencari sekolah yang mau menerima anak mereka.
Berbagai curahan hati para siswa maupun orangtua pun mulai beredar dan viral di media sosial.
Dikabarkan seorang siswa terus menerus menangis hingga tak mau makan lantaran belum mendapatkan sekolahan.
Bahkan ada pula yang merasa menyesal mengapa berusia lebih muda lantaran membuat dirinya tidak lolos PPDB tahun ini.
• Tidak Lolos PPDB Jakarta 2020 Jalur Zonasi, Bisa Ikut Jalur Prestasi, Simak Jadwal dan Cara Daftar
• KECEWA PPDB Jakarta, Orang Tua Murid Ngamuk, Saya Mendengar Kata Jarak, Padahal Seleksinya Usia

Dilansir TribunJakarta.com dari akun Facebook, Liliana Muliastuti mengunggah status yang menceritakan curahan hati para orangtua murid terkait PPDB DKI Jakarta.
Liliana Muliastuti menuliskan hingga saat ini sejumlah orangtua murid mengaku masih berjuangan mencarikan sekolah untuk anak mereka.
"'Sudah berapa sekolah Mom?'
'Sudah 12 sekolah, anak saya kegeser semua'
'Anak saya 6 sekolah.
Sekarang masih berjuang.'," tulis Liliana Muliastuti.
Tak hanya itu di grup WhatsApp para orangtua murid, Liliana Muliastuti menuliskan ada juga yang merasa percuma anaknya mengikuti berbagai les demi mendapatkan nilai yang bagus.
Pasalnya dalam sistem PPDB, usia tua lebih diutamakan dibanding dengan prestasi siswa.
• HASIL PPDB Jakarta Jalur Zonasi Diumumkan Jam 17.00 WIB Sore Ini, Cek di ppdb.jakarta.go.id Semoga!
"'Percuma saja anak saya sekolah sampai sore, pulang sekolah les sampai malam. Nilainya bagus tetapi sulit masuk ke sekolah yang diinginkan.'
Saya ikuti WA ini dengan miris. Tidak bisa membantu selain berdoa.
Jika para orang tua tahu sejak lama soal kebijakan usia jadi indikator penentu mungkin mereka sudah antisipasi daftar dulu di sekolah swasta.
Kini banyak sekolah swasta telah selesai tes," tulis Liliana Muliastuti.
Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta itu turut menceritakan curahan hati orangtua siswa yang menyebut anaknya menangis hingga tak mau makan karena sistem PPDB.
"'Anak saya sudah sejak pagi menangis. Dia menyesal kenapa usianya lebih muda.
Nilainya bagus tetapi sekarang merasa tidak diapresiasi. Dia tidak mau makan sejak pagi,' masuk lagi WA dari satu ibu.
Sungguh, bagaimana pun ini pelajaran berharga. Semua kebijakan harus dilihat secara makro. Tidak disimplifikasi.
Sabar ya kawan-kawan. Semoga ananda bisa masuk jalur prestasi.
Semogaaaaa meskipun masih ada berita , jalur prestasi pun usia berbobot tinggi," tulis Liliana Muliastuti.

Kepada TribunJakarta.com Liliana Muliastuti menjelaskan anaknya tak mengalami hal serupa.
Pasalnya Liliana Muliastuti sedari awal sudah mendaftarkan sang anak ke salah satu sekolah swasta di Jakarta.
"Yang alami bukan saya ya. Saya menggambarkan saja suasana hati para ibu yang anaknya belum dapat sekolah," ucap Liliana Muliastuti.
Terkait permasalahan sistem seleksi PPDB , Kepala Disdik DKI Jakarta Nahdiana menjelaskan, seleksi usia diberlakukan agar anak-anak dari seluruh lapisan masyarat bisa mendapat fasilitas pendidikan yang setara.
“Berdasarkan evaluasi dan kajian pelaksanaan PPDB, penggunaan usia sebagai kriteria seleksi dapat mengakomodir calon peserta didik baru dari seluruh lapisan masyarakat,” ucapnya, Jumat (26/6/2020).
Selain itu, ia pun menyebut, kebijakan ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) nomor 44 tahun 2019.
“Di mana pada Pasal 6 peraturan itu disebutkan persyaratan calon peserta didik baru kelas VII SMP berusia paling tinggi 15 tahun pada 1 Juli tahun pelajaran berjalan,” ujarnya dalam jumpa pers yang disiarkan lewat akun youtube Disdik DKI.
Selain itu, anak buah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ini juga menyebut, setiap sekolah memiliki kapasitas atau daya tampung yang terbatas dan berbeda-beda.
Untuk tingkat Sekolah Dasar negeri (SDN), Nahdiana menyebut, daya tampung yang tersedia hanya 106.432 kursi.
Kemudian, daya tampung sekolah tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) sebesar 70.702 kursi dan untuk Sekolah Menangah Atas negeri (SMAN) sebanyak 28.428 orang.
Selanjutnya, ada 19.182 kursi yang tersedia bagi calon peserta didik di tiingkat Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN).
“Dibandingkan sekolah swasta, daya tampung sekolah negeri di tingkat SMA dan SMK hanya 32,93 persen,” kata Nahdiana.
Sebagian artikel ini sudah tayang di TribunJakarta.com dengan judul PPDB Buat Seorang Siswa Nangis hingga Tak Mau Makan, Disdik DKI Ungkap Alasan Utamakan Usia