Oknum Polisi yang Bertanggung Jawab atas Kematian George Floyd Ternyata Punya Banyak Catatan Buruk
Oknum polisi yang bertanggung jawab atas pembunuhan George Floyd rupanya punya banyak catatan buruk.
Penulis: Gigih Panggayuh Utomo
Editor: Amirul Muttaqin
TRIBUNSTYLE.COM - Oknum polisi yang bertanggung jawab atas pembunuhan George Floyd rupanya punya banyak catatan buruk.
Diberitakan sebelumnya, seorang polisi membekuk George Floyd atas dugaan penggunaan uang palsu untuk berbelanja, Senin (25/5/2020).
Floyd dibekuk dengan cara yang tidak manusiawi, yakni dengan ditindih lehernya dengan kaki.
Polisi tersebut diketahui bernama Derek Chauvin.
Saat lehernya ditindih, George Floyd terdengar merintih dan terus berkata, "Saya tak bisa bernapas, Pak Polisi."
Setelah ditindih seperti itu selama sekitar 8 menit, George Floyd kemudian tak bergerak lagi.
• Potret Kerusuhan di Amerika Serikat, Buntut Demonstrasi Kematian George Floyd, Kantor Polisi Dibakar
• 7 Anak Artis Indonesia yang Ogah Ikuti Karier Orang Tua, dari Jadi Polisi hingga Tentara di Amerika

Ia dibawa ke rumah sakit dengan ambulans, dan dinyatakan meninggal dunia tak lama kemudian.
Kini, oknum polisi yang terlibat pembunuhan Floyd telah dipecat.
Dikutip dari SCMP melalui Tribunnews.com, oknum polisi tersebut rupanya telah memiliki banyak catatan buruk.
Ia kerap menerima aduan publik, tapi sebagian besar keluhan itu tidak ditanggapi lebih lanjut.
Catatan Pengaduan Publik
Menurut SCMP, Derek Chauvin (44) adalah veteran yang telah bekerja selama 19 tahun.
Tercatat ada sejumlah insiden yang mencakup tiga insiden penembakan (satu korban fatal) dan 17 keluhan.
Sebanyak 16 dari total pengaduan itu ditutup tanpa tindakan apa-apa.

Pada 2008, Derek menangani kasus kekerasan dalam rumah tangga.
Ketika ia tiba, pelaku telah mengunci diri di dalam kamar mandi.
Namun, Derek memaksa masuk dan terjadilah sebuah insiden.
Ketika pelaku mencoba mengambil pistol polisi, Derek mendapatkan pistolnya terlebih dahulu dan menembak pelaku dua kali.
Menurut Daily Beast, Derek dan petugas lainnya juga mengejar sebuah mobil pada 2005 yang kemudian menabrak dan membunuh tiga orang.
Selain Derek Chauvin, satu lagi petugas yang terlibat atas kematian George Floyd juga memiliki serangkaian pengaduan publik.
Polisi itu bernama Tou Thao, yang memulai kariernya di bidang penegakan hukum sebagai petugas layanan masyarakat.
Ia masuk akademi polisi pada 2009 dan diberhentikan setahun kemudian.
Enam pengaduan telah diajukan kepadanya, tapi lima di antaranya ditutup tanpa ada tindak lanjut.
Pada tahun 2014, pria bernama Lamar Ferguson sedang berjalan pulang dengan pacarnya yang sedang hamil delapan bulan.
Mereka tiba-tiba dihentikan oleh dua petugas, salah satunya adalah Tou Thao.
Tou kemudian menangkap Lamar dengan mengatakan ada surat perintah penangkapan yang sebenarnya tidak ada.
Lamar kemudian diborgol dan diinterogasi sambil ditinju dan ditendang setelah dijatuhkan ke tanah.
Atas perbuatan oknum polisi itu, lamar kemudian dibawa ke rumah sakit untuk perawatan medis.
Tapi ketika ia dipulangkan dari rumah sakit, kedua petugas polisi itu tidak mengizinkan Lamar berpakaian.
Mereka mempermalukan Lamar dengan membawanya ke penjara hanya dengan kaus dan celana dalamnya.
Buntut Rasisme Picu Kerusuhan, Kini Derek Chauvin Dicerai Istri
Istri Derek Chauvin, polisi Minneapolis yang menindih leher George Floyd hingga tewas, dilaporkan mengajukan permintaan cerai.
Menurut pengacaranya, Kellie Chauvin begitu hancur mendengar kematian Floyd, yang memunculkan gelombang protes besar di seluruh AS.
Dalam keteranga tertulis Kantor Firma Hukum Sekula PLLC, Kellie secara resmi mengajukan cerai kepada sang suami, Derek Chauvin.
"Kellie Chauvin sangat sedih dengan kematian Floyd, dan menyampaikan dukacita kepada keluarga, dan mereka yang berkabung karena tragedi ini," ulas kantor hukum Sekula, seperti dikutip dari Kompas.com .
Dilansir CBS News Sabtu (30/5/2020), Kellie diketahui tidak mempunyai anak dari pernikahannya dengan polisi berusia 44 tahun itu.
"Dia meminta agar privasi anak, orangtuanya, dan keluarga besarnya dihormati, dan mereka tidak diganggu selama kondisi sulit ini," lanjut Sekula.
Chauvin langsung dipecat dari jabatannya setelah George Floyd, seorang pria kulit hitam tak bersenjata, tewas pada Senin (25/5/2020).
Pada Jumat (29/5/2020), dia ditangkap dan kemudian dijerat dengan tuduhan melakukan pembunuhan tingkat tiga dan tingkat dua.
Dalam laporan yang diisi Jumat, jaksa penuntut menulis Chauvin menggunakan lututnya untuk menekan leher Floyd selama 8 menit 46 detik.
Sekitar dua menit dan 53 detik kemudian, Floyd dinyatakan "tidak responsif" sehingga harus mendapat perawatan sebelum dinyatakan tewas.
Dalam video yang viral, George Floyd sempat terdengar memohon kepada sang polisi agar mengangkat lututnya. "Aku tak bisa bernapas," pintanya.
Jika terbukti, Chauvin bisa dipenjara selama 25 tahun untuk tuduhan pembunuhan tingkat tiga, dan 10 tahun untuk pembunuhan tingkat dua.
Tuduhan yang dijeratkan kepada Chauvin berbuah gelombang demonstrasi, yang kemudian meluas hingga ke 30 kota seluruh AS.
Karena bereskalasi secara cepat, ditambah dengan beberapa bentrokan, sejumlah pemimpin daerah mengumumkan adanya jam malam.
Kemudian gubernur negara bagian mengaktifkan pasukan Garda Nasional, setelah demonstrasi mulai meningkat menjadi kerusuhan.
Buntut Demonstrasi Kematian George Floyd, Kantor Polisi Dibakar
Beberapa hari setelah berita kematian George Floyd, kerusuhan terjadi di kota Minneapolis dan St Paul.
Kerusuhan itu adalah buntut dari demonstrasi warga atas George Floyd yang tewas lantaran dicekik saat dibekuk polisi.

Dikutip dari Kompas.com, kantor polisi di negara bagian itu terbakar pada Kamis (28/5/2020) malam waktu setempat.
Kantor polisi yang telah kosong itu terbakar seusai para demonstran melewati pembatas di sekitar gedung.
Mereka meneriakkan yel-yel dan memecahkan jendela.

Massa kemudian datang lebih banyak saat kantor polisi tersebut dilahap bara api.
Sebelumnya, terjadi penjarahan di toko-toko di Kota Minneapolis pada Rabu (27/5/2020) malam waktu setempat.
Dilansir dari Star Tribune, akibat kerusuhan pertama ini, satu orang ditembak dan dibunuh di dekat lokasi protes.

Polisi telah menangkap seorang tersangka atas dugaan pembunuhan.
Dikutip dari Now This News, para pengunjuk rasa di Los Angeles dan Memphis, Tennessee juga menunjukkan kemarahan mereka atas kematian Floyd.
Di pusat kota Los Angeles, ratusan demonstran dengan bendera Black Lives Matter berkumpul untuk memprotes.

Sementara beberapa pengunjuk rasa lainnya memblokir jalan masuk.
Sementara itu, di Memphis, kerumunan demonstran berkumpul di daerah tengah kota.
Mereka meneriakkan 'aku tidak bisa bernapas', menurut laporan dari The Comercial Appeal.
Beberapa pengunjuk rasa terlihat berbicara langsung dengan polisi di tempat kejadian tentang masalah yang mereka miliki.
Banyak orang menyebut perbedaan dalam tanggapan polisi terhadap protes pada Rabu malam, dibandingkan dengan mereka dalam beberapa pekan terakhir yang didominasi orang kulit putih yang memimpin perintah tinggal di rumah.
(TribunStyle.com/Gigih Panggayuh)
• Picu Kerusuhan, Kematian George Floyd Diinjak Polisi Jadi Sorotan Dunia, Agnez Mo: Hati Saya Terluka
• Profil George Floyd, Sosok Pria yang Dibunuh Polisi AS, Peduli dengan Orang-orang Terbuang