Virus Corona
SURABAYA Disebut Berisiko Seperti Wuhan, Ini 2 Siasat Besar Wali Kota Risma Untuk Usir Corona
Ini 2 skenario besar Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk mempercepat mengusir virus corona dari kotanya.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNSTYLE.COM, SURABAYA -- Surabaya dikhawatirkan akan berisiko seperti kota Wuhan di China terkait begitu cepatnya lonjakan penularan virus corona. Wali Kota Tri Rismaharini akhirnya merancang 2 skenario besar baru, untuk mengusir Covid-19 dari kota dipimpinnya.
Penanggulangan Covid-19 di Surabaya belum menunjukkan hasil yang menggembirakan, korban yang positif virus mematikan tersebut terus bertambah.
Karenanya, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini akan melakukan dua skenario besar untuk memutus rantai penyebaran virus corona di Kota Pahlawan itu.
Dua skenario itu sebenarnya sudah dilakukan sejak beberapa waktu lalu.
Namun, kali ini Risma akan melakukan besar-besaran agar penyebaran COVID-19 terputus.
Dua skenario besar Risma putus rantai COVID-19 itu adalah melakukan rapid test dan swab test besar-besaran di Kota Surabaya.
• KOLAM RENANG Sepi Hingga Bangkrut Gegara Corona, Padahal Tak Menular Lewat Air, Ini Penjelasannya
• NEW NORMAL Segera Berlaku, Lihat 13 Kegiatan Berisiko Penularan Corona Rendah, Sedang Hingga Tinggi

Walikota Risma mengatakan skenario itu memang disiapkan agar segera memutus rantai penyebaran virus corona dan mengakhiri wabah ini.
Sebab, orang yang terpapar harus segera ditemukan untuk segera ditangani dan mencegah penularan.
"Iya ini untuk memutus (mata rantai penyebaran)," kata Risma saat ditemui Kamis (28/5/2020).
Upaya itu memang telah dilakukan Pemkot Surabaya sejak beberapa waktu lalu.
Sejak sebulan terakhir, rapid test massal digencarkan dan menyasar warga Surabaya.
Dari data yang dilansir Pemkot hingga 25 Mei 2020, rapid test sudah dilakukan sebanyak 21.203 dan ditemukan sekitar 2.080 orang yang reaktif.
Bagi mereka yang reaktif, Pemkot sediakan sekitar tiga hotel tempat isolasi di Surabaya.
Yang reaktif itu kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan selanjutnya yakni swab test, sekitar 1.155 orang telah dilakukan swab test.
Adapun sisanya, Risma merasa terbantu dengan adanya bantuan mobil laboratorium dari BNPB dan BIN, sehingga dapat segera melakukan swab test terhadap mereka yang telah dinyatakan reaktif sebelumnya.
Risma mengatakan, ketika mereka dinyatakan positif terpapar virus corona maka akan dilakukan perawatan.

Bila dia bergejala, maka akan dirawat di rumah sakit.
Sedangkan jika dia OTG maka akan dimasukkan ke Hotel Asrama Haji.
"Begitu kita swab kalau dia positif langsung kita masukkan, kalau ada gejala langsung kita masukkan ke rumah sakit, kalau tidak ada gejala itu kita taruh di Asrama Haji," papar Wali Kota perempuan pertama di Surabaya itu.
Pasien di Rumah Sakit darurat
Sementara itu, hari pertama beroperasi, Rumah Sakit darurat Covid-19 Jatim mulai kedatangan sejumlah pasien corona.
Sudah ada dua pasien yang sudah masuk ke Rumah Sakit Darurat. Saa ini dalam perjalanan akan datang lagi 6 pasien yang juga dirujuk ke Rumah Sakit Darurat.
Hal ini membuktikan bahwa kebutuhan untuk fasilitas layanan penanganan Covid-19 sangat dibutuhkan seiring dengan masih tingginya penyebaran covid-19 di masyarakat.
“Dua yang sudah masuk ini dari rumah sakit dan puskemas Surabaya.
Saya juga baru saja dihubungi bahwa ada enam pasien yang sedang dirujuk ke rumah sakit darurat kita,” kata Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur Joni Wahyuhadi, Kamis (28/5/2020) sore.
Dikatakan Joni pasien yang dirawat di Rumah Sakit Darurat adalah pasien terkonfirmasi covid-19 yang tanpa gejala (OTG), bergejala ringan, hingga sedang.
Bahkan mereka secara fisik tidak memiliki tanda-tanda seperti orang yang sakit.
Bahkan pasien yang datang ke Rumah Sakit Darurat ini bisa jalan-jalan saat dibawa ke rumah sakit dan saat masa perawatan.
“Selama dirawat di Rumah Sakit Darurat ya mereka seperti ada dalam isolasi.
Mereka kita rawat dan kita obati kalau ada yang dirasa sakit, misalnya demam ya dikasih obat demam, batuk ya dikasih obat batuk, kasih vitamin.
Tapi pasien di sini bisa jalan-jalan bahkan ada cafenya juga di dalam,” kata Joni.
Sebab, dalam rumah sakit ini juga memang diset seperti rumah sakit dan ruang isolasi yang nyaman bagi mereka yang sedang proses perawatan dan isolasi.
Meski begitu semua dalam kontrol ketat dan dipagari dengan aman sesuai protokol kesehatan di tengah pandemic covid-19.
Lebih lanjut dikatakan Joni, bahwa pasien yang dirawat ke rumah sakit tersebut memiliki riwayat penularan yang disebabkan karena kurangnya kedisplinan dari masyarakat.
“Salah satunya ada yang tertular karena mereka ada yang di jalan tidak pakai masker lalu ada ketularan.
Maka kita kembali ingatkan agar masyarakat disiplin, itu saja keywordnya. Yaitu pakai masker, jaga jarak,” tegas Joni.
Terkait tenaga kesehatan yang bertugas di Rumah Sakit Darurat Covid-19, dikatakan Joni total ada sebanyak 16 perawat yang bertugas secara giliran, ada sebanyak enam dokter, dan juga ada dua dokter konsultan.
Mereka bertugas untuk membantu penanganan pasien yang dirujuk ke rumah sakit darurat covid-19 Jawa Timur di Jalan Indrapura Kota Surabaya.
Surabaya Dikhawatirkan Seperti Kota Wuhan, China
Ketika Surabaya dinilai bisa jadi seperti Kota Wuhan, China karena masyarakatnya tak patuh protokol kesehatan.
Kenaikan angka positif corona di Jawa Timur sebagian besar berasal dari Surabaya, Jawa Timur.
Namun, tingginya angka Covid-19 tak dibarengi dengan kesadaran masyarakat akan protokol kesehatan pencegahan corona.

Itu karena mayoritas kasus Covid-19 di Jawa Timur ada di Surabaya.
Dari 4.112 kasus yang ada di Jawa Timur, Rabu (27/5/2020), Kota Surabaya menyumbang 2.216 kasus.
Sedangkan Sidoarjo dan Gresik yang termasuk dalam wilayah Surabaya Raya menyumbang masing-masing 565 kasus dan 153 kasus.
Tiga daerah di Surabaya Raya ini menyumbang kasus Covid-19 terbanyak di Jatim.
"65 persen Covid ada di Surabaya Raya. Ini tidak main-main, Surabaya bisa jadi Wuhan kalau warganya tidak disiplin," kata Joni, Rabu.
Di Surabaya, ujar pria yang juga menjabat kata Dirut RSU dr Soetomo Surabaya ini, transmission rate penyebaran Covid-19 mencapai 1,6.
Artinya, jika ada 10 orang positif Covid-19, dalam sepekan akan bertambah menjadi 16 orang.
"Jadi kita mutlak untuk disiplin, disiplin memakai masker, disiplin physical distancing, disiplin cuci tangan, disiplin hidup sehat," ujar dia.
Joni mengaku prihatin banyak pasar di Surabaya yang tidak menjalankan physical distancing. "
"Terus terang saya nangis melihat pasar-pasar di Surabaya. Saya bandingkan dengan keadaan di rumah sakit," jelasnya.
Dia meminta warga di Surabaya Raya khususnya di Surabaya patuh terhadap aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang saat ini diberlalukan untuk kali ketiga, dari 26 Mei sampai 8 Juni 2020.
Perpanjangan PSBB Surabaya Raya ini berdasarkan surat keputusan Gubernur Nomor 188.258/KPTS/013/2020.
Hari ini terdapat tambahan 181 kasus di Jatim.
Sedangkan total pasien sembuh mencapai 548 orang setelah ada tambahan 26 pasien.
Sementara pasien meninggal dunia mencapai 337 orang setelah ada tambahan 15 pasien.
Adapun pasien yang masih dirawat di rumah sakit rujukan tercatat 3.208 orang.
Total jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) 6.071 orang, pasien yang masih diawasi 2.876 orang, selesai diawasi 2.614 orang, dan Orang Dalam Pantauan (ODP) berjumlah 24.090 orang.
(Yusron Naufal Putra/Fatimatuz Zahroh)
Sebagian isi artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Inilah 2 Skenario Besar Risma Agar Penularan COVID-19 di Kota Surabaya Berakhir