Breaking News:

Virus Corona

Kata Jusuf Kalla soal Opsi Herd Immunity untuk Atasi Corona, Beri Peringatan agar Tak Coba-coba

Jusuf Kalla peringatkan risiko opsi Herd Immunity untuk atasi corona. Ada risiko banyak korban, maka jangan coba-coba.

Editor: Suli Hanna
Instagram jusufkalla dan freepik @nawayanta
Jusuf Kalla dan ilustrasi corona 

TRIBUNSTYLE.COM - Pandemi corona membuat para ahli mencari solusi untuk 'mengenyahkan' virus ini.

Salah satu ide yang tercetus adalah 'herd immunity'.

Untuk bisa mencapai herd immunity terhadap infeksi Covid-19, saat ini baru ada satu pilihan, yaitu secara alami dengan membiarkan banyak orang terinfeksi penyakit ini.

Hal ini menjadi pilihan karena mengingat hingga saat ini belum ada vaksin corona yang tersedia.

Untuk membentuk herd immunity terhadap Covid-19, diperkirakan 60% populasi masyarakat perlu terinfeksi dan sembuh.

Catatannya adalah mereka harus sembuh.

Bila banyak orang terinfeksi dan kemudian meninggal, maka tetap saja kekebalan komunitas ini tak akan tercapai.

Panduan Protokol New Normal Agar Tetap Terhindar dari Covid-19 saat Pandemi Virus Corona

Mengapa Virus Corona Menyebar dengan Sangat Cepat? Terungkap Ahli Temukan Rahasia Ini

Ilustrasi virus covid-19
Ilustrasi virus covid-19 (Freepik)

Meski beberapa orang mulai mengimani herd immunity sebagai salah satu solusi di masa pandemi, tetap ada orang yang kontra dengan hal ini.

Jusuf Kalla pun turut berkomentar soal herd immunity.

Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla meyakini akan banyak korban bertumbangan apabila pemerintah menggunakan opsi herd immunity untuk menghadapi Covid-19.

"Herd immunity bisa saja, cuma korbannya banyak," ujar Kalla dalam diskusi Universitas Indonesia Webinar "Segitiga Virus Corona", Selasa (19/5/2020).

Kalla mencontohkan penerapan herd immunity yang dilakukan Swedia.

Mantan wakil presiden tersebut menyebut angka kematian di Swedia justru lima kali lipat lebih tinggi dibanding negara di sekitarnya.

Hal itu terjadi karena Swedia menerapkan herd immunity tanpa dibarengi dengan dilakukannya lockdown.

"Tingkat kematian di Swedia lima kali lipat dibanding negara di sekitarnya akibat ingin mencoba herd immunity," katanya.

Di sisi lain, Kalla menyebut pemerintah boleh saja menggunakan opsi herd immunity.

Namun, resiko yang akan diterima dari kebijakan tersebut adalah korban akan semakin banyak.

Kalla menyatakan tak masalah apabila dampak kebijakan tersebut hanya menyasar pada korban materi. Namun, ia mempertanyakan langkah pemerintah apabila yang terjadi adalah korban jiwa melayang.

"Jadi jangan coba-coba yang kaya gini, korbannya banyak pasti," ungkap dia.

"Apakah kita akan memilih itu, jangan. Negara apa yang ingin seperti itu dan itu tidak dianjurkan oleh WHO atau lembaga manapun," tegas Kalla.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy sempat menyinggung herd immunity.

Dalam seminar virtual pada 7 Mei 2020 lalu, Muhadjir berpendapat bahwa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ada di tengah-tengah, antara opsi ekstrem lockdown dan herd immunity.

Pilihannya bisa luwes, mendekati lockdown, atau mendekati herd immunity, kata Muhadjir (Kompas, 10 Mei 2020).

Namun epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono berharap pemerintah tak menggunakan strategi ini.

Sebab, untuk memunculkan herd immunity atau kekebalan komunitas, maka lebih dari separuh penduduk Indonesia harus terinfeksi.

Hal itu dikawatirkan akan menimbulkan banyak kasus kematian, khususnya pada kelompok rentan yang berusia tua atau memiliki penyakit bawaan.

"Bisa menjadi bumerang, makan korban sendiri, karena yang terinfeksi harus lebih dari separuh penduduk. Jumlah penduduk kita ratusan juta. Jumlah kematian kan banyak yang tua-tua. Nanti kita enggak punya kakek atau enggak punya ayah lagi,” ujar Pandu.

Selain itu, herd immunity juga diikuti 'mimpi buruk' lainnya.

Bayangan akan betapa rumitnya suasana fasilitas kesehatan jika sebagian besar orang terinfeksi virus corona secara hampir bersamaan tentunya jadi suatu masalah tersendiri.

Tentunya kesembuhan akan semakin sulit dicapai.

Alhasil, angka kematian makin meningkat.

Lagipula, jika seluruh dunia sepakat untuk membentuk suatu herd immunityuntuk Covid-19 tanpa adanya vaksin, dibutuhkan waktu bertahun-tahun.

Dalam jangka waktu itu, risiko terjadinya kematian dan keparahan infeksi tetap terus ada.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Opsi Herd Immunity, Jusuf Kalla: Jangan Coba-coba, Korbannya Banyak"

BACA JUGA:

TOLAK Pakai Masker, Akhirnya Terkuak Rahasia Donald Trump Cegah Corona, Banyak Beredar di Indonesia

4 Cara Beradaptasi Dengan Kebiasaan Baru atau New Normal Akibat Pandemi Virus Corona

Tips Berbelanja Pangan dengan Aman di Tengah Pandemi Virus Corona Sesuai Anjuran WHO

Sumber: Kompas.com
Tags:
herd immunitycoronaJusuf Kallakata Jusuf Kalla soal herd immunityCovid-19
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved