Virus Corona
UPDATE Corona Nasional 13 April 2020, Jawa Timur Lonjakan Pasien Covid-19 Terbanyak, Ada 119 Kasus
Jawa Timur menjadi provinsi dengan penambahan pasien virus corona terbanyak, yaitu 119 kasus.
Editor: Ika Putri Bramasti
TRIBUNSTYLE.COM - Hingga kini, pasien virus corona terus bertambah dari hari ke hari.
Update terbaru pada Minggu (12/4/2020) pukul 12.00 WIB, pasien positif Covid-19 di Indonesia menjadi 4.241.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto melaporkan adanya penambahan pasien positif sebanyak 399 orang dibanding data pada Sabtu (11/4/2020).
"Kasus positif yang kita dapatkan per hari ini sebanyak 399 orang sehingga total menjadi 4.241 orang," ujar Yuri melalui siaran langsung di akun YouTube Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu.
Di sisi lain, pasien yang dinyatakan sembuh bertambah 73 sehingga totalnya menjadi 359 orang.
Berdasarkan data pemerintah, ada 373 pasien positif Covid-19 yang meninggal per Minggu.
Dibanding data 24 jam sebelumnya, menurut Yuri, ada penambahan 46 pasien yang meninggal.
• Ditemukan 6 Virus Corona Baru di Kelelawar, Ada Potensi Mutasi & Pindah Ke Manusia Seperti Covid-19?
• Pakar Prediksi Puncak Corona di Indonesia Terjadi Akhir April, Bisa Turun Lebih Cepat, Ini Syaratnya
 
Penambahan tertinggi di Jawa Timur
Pasien positif Covid-19 tersebar di 34 provinsi di Indonesia.
Berdasarkan data pemerintah, Jawa Timur menjadi provinsi dengan penambahan pasien terbanyak, yaitu 119 kasus.
DKI Jakarta juga mencatatkan penambahan pasien yang signifikan, sebanyak 96 kasus. Ibu Kota masih menjadi provinsi dengan pasien Covid-19 terbanyak, dengan total 2.044 orang.
Kemudian, Jawa Tengah mencatatkan penambahan pasien 56 orang dibanding data pada Sabtu (11/4/2020).
PSBB Tangerang Raya
Untuk mencegah penyebaran virus corona, pemerintah memilih penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Penerapan PSBB dilakukan melalui pengajuan oleh pemerintah daerah kepada Menteri Kesehatan.
Sejauh ini, daerah yang sudah disetujui untuk penerapan PSBB antara lain DKI Jakarta serta wilayah Jawa Barat yaitu Kota Depok, Bogor, Bekasi, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bekasi.
Selain itu, menurut Yuri, Kemenkes memproses pengajuan penerapan PSBB untuk wilayah Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, maupun Kota Tangerang Selatan.
Ia pun berharap pengajuan penerapan PSBB untuk Provinsi Banten dapat disetujui pada hari yang sama dapat memutus rantai penyebaran Covid-19 di wilayah Jabodetabek.
“Kami berharap hari ini juga bisa disetujui sehingga cluster Covid-19 Jabodetabek bisa lebih terintegrasi, lebih bisa memudahkan kita dalam pengendalian aspek epidomologinya,” ucap Yuri.
Pada Minggu malam, Kemenkes akhirnya menyetujui pemberlakuan PSBB di wilayah Tangerang Raya.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan dengan nomor HK.01.07/MENKES/249/2020 tentang penetapan PSBB dibenarkan oleh Kepala Bagian Humas Pemkot Tangerang Buceu Gartina.
"Surat sudah diterima," kata dia saat dikonfirmasi Kompas.com melalui pesan singkat, Minggu.
27.000 spesimen
Sejauh ini, menurut pihak pemerintah, tes polymerase chain reaction (PCR) sudah dilakukan terhadap lebih dari 27.000 orang.
Menurut Yuri, pemeriksaan menunjukkan keseriusan pemerintah mencari kasus positif yang berada di masyarakat.
Tes juga berguna untuk mencari sumber penularan kasus positif Covid-19 lainnya.
"(Dari hasil tes PCR) kasus positif mengonfirmasi karena pada kasus inilah sumber penularan sangat mungkin terjadi," kata Yuri.
Terkait dengan Alat Pelindung Diri (APD), pemerintah disebutkan berencana menetapkan harga eceran tertinggi untuk produk tersebut.
Menurut Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Abraham Andi Padlan Patarai, usulan pihaknya tersebut sudah disetujui oleh Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo.
"Hal yang penting tadi kami sepakati dengan Jenderal Doni (Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo) adalah nanti akan ada harga eceran tertinggi untuk APD khususnya untuk masker,” ujar Abraham melalui siaran langsung di akun YouTube BNPB, Minggu.
Abraham berpandangan, masker dapat dibeli dengan harga mahal, tetapi tidak ada yang menjual dengan harga standar.
Ia pun menduga ada oknum yang "bermain". Maka dari itu, Abraham berhadap pemerintah turun tangan. (Kompas.com/Devina Halim).
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "UPDATE Covid-19: Jatim Catat Penambahan Pasien Tertinggi, PSBB Tangerang Raya, hingga Pengujian 27.000 Spesimen"
 
VIRUS Corona Memang Bisa Mati, Namun Peneliti Bongkar Kerugian Besar Dirasakan Pasien Begitu Sembuh
Seruan "Bekerja, belajar dan beribadah di rumah" demi menghindari penularan virus corona di rumah, itu sangat betul.
Karena begitu kena virus corona, pasien tetaplah mendapatkan kerugian besar ketika sembuh dan pulih dari Covid-19.
Ada sederet efek samping yang dikhawatirkan dialami pasien begitu sembuh dari corona.
Begitulah, muncul kekhawatiran baru, yakni kekhawatiran para peneliti yang menyebut Covid-19 bisa hancurkan sistem kekebalan tubuh seperti penyakit HIV AIDS.
Padahal masalah virus corona itu sendiri belum selesai, kini tengah merebak, menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat.
Bagaimana tidak, virus corona saat ini menyebar dengan sangat cepat di berbagai negara.
Kasus virus corona di dunia kini telah mencapai 1.796.052 hingga Minggu (12/4/2020).
Angka kematian karena virus corona berjumlah 110.012.
Sedangkan, pasien yang dinyatakan sembuh mencapai 412.049.
• AKIBAT Tak Jujur, Satu Pasien Corona Ini Bikin Seisi Rumah Sakit Kelabakan, 76 Dokter & Suster Dites
• Kisah Haru Pasien Positif Corona, Sempat Dikabarkan Meninggal Dunia & Dihibur Petugas Kebersihan
Penyebaran virus corona yang cepat kini jadi perhatian para peneliti dunia.
Para peneliti bahkan mengungkapkan fakta baru yang cukup mengejutkan.
Beberapa peneliti menyebut bahwa virus corona dapat menghancurkan sistem kekebalan tubuh seperti HIV.
Padahal, sistem kekebalan tubuh adalah 'senjata' untuk melawan virus ini.
Dilansir dari South China Morning Post, tim peneliti dari Shanghai dan New York menyatakan bahwa covid-19 dapat menyerang sistem kekebalan manusia.
Hal itu dikhawatirkan akan menyebabkan kerusakan yang sama seperti HIV.
Limfosit T yang juga dikenal sebagai sel T, memiliki peran penting dalam mengidentifikasi dan menghilangkan partikel asing dari dalam tubuh.
Para ilmuwan mengungkapkan bahwa covid-19 menyerang sel T ini sama seperti HIV.
Gen virus disebut memasuki sel T dan mengambilnya sebagai sandera, menonaktifkan fungsinya melindungi manusia.
Seorang dokter, yang bekerja di rumah sakit umum merawat pasien covid-19 di Beijing, mengatakan penemuan itu menambahkan bukti terkait kekhawatiran para peneliti.
Virus corona kadang-kadang bisa berperilaku seperti beberapa virus terkenal yang secara langsung menyerang sistem kekebalan.
• Seberapa Sering Buang Air Besar Ternyata Bisa Jadi Indikasi Kamu Terinfeksi Virus Corona
Para peneliti melakukan percobaan yang sama dengan sindrom pernafasan akut yang parah, atau Sars dan menemukan bahwa virus Sars tidak memiliki kemampuan untuk menginfeksi sel T.
“Semakin banyak orang membandingkannya dengan HIV,” kata dokter yang meminta untuk tidak menyebutkan namanya karena isu ini dianggap sensitif.
Pada bulan Februari, Chen Yongwen dan rekan-rekannya di Institute of Immunology PLA merilis sebuah laporan klinis yang mengungkapkan bahwa jumlah sel T dapat turun secara signifikan pada pasien Covid-19, terutama bagi para lansia atau mereka yang memerlukan perawatan intensif.
Semakin rendah jumlah sel T, semakin tinggi risiko kematian.
Pengamatan ini kemudian dikonfirmasi oleh pemeriksaan otopsi pada lebih dari 20 pasien, yang sistem kekebalannya hampir sepenuhnya hancur.
Seorang dokter mengatakan bahwa pasien covid-19 mengalami kerusakan pada organ dalam mirip dengan kombinasi Sars dan Aids.
 
Menurut penelitian baru, ada perbedaan utama antara Sars-CoV-2 dan HIV.
HIV dapat bereplikasi dalam sel T dan mengubahnya menjadi ladang demi menghasilkan lebih banyak salinan untuk menginfeksi sel lain.
Namun, mereka tidak mengamati adanya pertumbuhan virus corona setelah memasuki sel-T, menunjukkan bahwa virus dan sel-T mungkin akan mati bersama.
Studi ini memunculkan beberapa pertanyaan baru.
Virus corona berada di dalam tubuh pasien selama beberapa minggu tanpa menimbulkan gejala apapun.
Informasi terkait bagaimana virus ini berinteraksi dengan sel T pada pasien masih belum terlalu jelas.
Beberapa pasien yang sakit kritis juga mengalami kondisi di mana sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan dan menyerang sel-sel sehat.
Meskipun demikian, pemicu dari virus corona sendiri masih belum diketahui hingga saat ini(TribunStyle.com/Tiara Susma)
 
							 
                 
											 
											