Breaking News:

Virus Corona

Manusia Rehat karena Lockdown, Bumi Jadi Lebih Tenang, Studi: Perusakan Alam Sebabkan Covid-19

Ketika manusia rehat karena lockdown yang diterapkan oleh banyak negara, Bumi jadi lebih tenang, studi sebut perusakan alam sebabkan wabah Covid-19

GBMNews
Ilustrasi 

TRIBUNSTYLE.COM - Ketika manusia rehat sejenak karena lockdown yang diterapkan oleh banyak negara, Bumi jadi lebih tenang, studi sebut perusakan alam sebabkan wabah Covid-19.

Pembatasan pergerakan yang diberlakukan untuk melawan Covid-19 menyebabkan berbagai efek dari segi sosial, ekonomi, hingga lingkungan.

Semakin banyak orang yang rehat dan memperlambat mobilitias, ternyata hal ini diikuti juga oleh Bumi yang kita tinggali.

Ketika hampir miliaran penduduk Bumi orang melakukan hal ini, Bumi pun mengikuti dan pergerakannya pun tercatat juga berubah.

Bahkan, faktanya, getaran pada kerak bumi menurun.

Hal ini cukup luar biasa mengingat planet kita berbobot enam miliar triliun ton dan bumi sendiri yang faktanya memang selalu bergerak memutari Matahari.

UPDATE Corona Dunia 9 April 2020, Tembus 1,5 Juta Kasus, Jumlah Pasien Sembuh Meningkat 3 Kali Lipat

Lockdown Selesai Ribuan Warga Padati Lokasi Wisata, Ahli: Babak Baru Virus Corona Akan Datangi China

Foto Gunung Himalaya dari perkotaan di India.
Foto Gunung Himalaya dari perkotaan di India. (Twitter: Paras @parasrishi)

Penurunan getaran Bumi

Dilansir oleh Kompas.com pada (9/4/2020), para ilmuwan di Royal Observatory of Belgium adalah yang pertama memperhatikan penurunan tersebut.

Dia mengatakan, "gerakan tanah pada frekuensi 1-20 Hz (lebih dalam daripada suara bass ganda, mirip dengan organ besar) jauh lebih rendah sejak pemerintah-pemerintah melakukan pembatasan pergerakan masyarakat."

Perubahan juga disadari di berbagai tempat lain di seluruh dunia.

Ahli gempa di Nepal melihat penurunan aktivitas, seorang pekerja di Paris Institute of Earth Physics mengatakan pengurangan pergerakan di ibu kota Prancis itu "dramatis", dan sebuah penelitian di universitas Cal Tech di AS menggambarkan penurunan di Los Angeles sebagai "sangat liar".

Penurunan dramatis dalam aktivitas seismik di Nepal dapat dilihat pada grafik ini.

Udara lebih bersih, laut lebih tenang

Ini bukan satu-satunya cara virus corona - dengan caranya memengaruhi hidup kita - mengubah dunia secara alami. Satelit telah mendeteksi penurunan nitrogen dioksida dari gas yang berpolusi, yang dipancarkan oleh mobil, truk, bus, dan pembangkit listrik.

Dunia juga lebih tenang.

Ilmuwan yang mengukur kebisingan suara sehari-hari di kota-kota dan mereka yang mempelajari kedalaman lautan telah melihat polusi suara menurun.

Perubahan musiman

Perubahan ini bukan tanpa preseden.

Seperti yang Anda tahu, aktivitas manusia biasanya bervariasi setiap hari dan tahun karena orang kurang aktif pada waktu-waktu tertentu.

Waktu malam lebih tenang dari pada siang hari dan pengurangan getaran pada bumi berlangsung di sekitar hari libur dan festival besar.

Tetapi apa yang terjadi di seluruh dunia adalah pengurangan aktivitas yang berlangsung berminggu-minggu, atau mungkin berbulan-bulan.

Hal ini biasanya hanya terlihat sebentar saat Natal di negara-negara berpenduduk mayoritas Kristen.

Kebakaran Amazon dan Lelehnya Gletser Okjokull, Bukti Perubahan Iklim Ekstrem dan Pemanasan Global

Kebakaran Amazon dan Lelehnya Glester Okjokull, Bukti Perbuhan Iklim Ekstrem dan Pemanasan Global
Kebakaran Amazon  - Glester Okjokull meleleh. (CNet/NASA Earth Observatory via Daily Mirror)

Semua berujung pada penyalahgunaan manusia terhadap tempat tinggalnya, Bumi

Tentu semua hal diatas tidak akan terjadi dan tidak akan ditemukan ketika manusia masih bising-bisingnya melakukan kegiatan.

Akhir-akhir ini banyak manusia yang mulai sadar akan apa yang terjadi pada lingkungannya.

Namun tenyata dari laporan studi terbaru mengatakan bahwa lingkungan yang dirusak manusia ternyata bisa menyebabkan pandemi dan wabah yang sekarang terjadi.

Sebuah studi menunjukkan pada Rabu (8/4/2020) bahwa aktivitas manusia yang menghancurkan habitat satwa liar dan mengonsumsi mereka merupakan faktor utama dari wabah penyakit akibat zoonosis.

Zoonosis adalah wabah yang disebabkan oleh penularan virus dari hewan (hewan liar) ke manusia.

Perburuan ilegal, pertanian mekanis dan gaya hidup perkotaan yang meningkat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati massal dalam beberapa dekade terakhir.

Perkembangan peradaban manusia telah menghancurkan populasi hewan liar dan meningkatkan populasi ternak.

Dugaan Mewabahnya Virus Corona, Warga Diimbau Tak Makan Daging Kelelawar, Jadi Favorit di Manado
Kelelawar di salah satu pasar di Manado. (TRIBUNMANADO/DAVID MANEWUS)

70% penyakit manusia disebabkan oleh hewan

Sekitar 70 persen penyakit manusia adalah zoonosis. Seperti wabah virus corona alias Covid-19.

Peneliti di AS mengamati lebih dari 140 virus yang diketahui telah ditularkan dari hewan ke manusia dan (hewan tersebut) merujuk pada Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN.

Hewan peliharaan, primata, kelelawar dan tikus dinyatakan membawa virus paling zoonosis sekitar 75 persen.

Christine Johnson, peneliti utama dari studi ini mengatakan bahwa datanya menyoroti bagaimana eksploitasi satwa liar dan perusakan habitat alami adalah faktor yang mendasari berlimpahnya penyakit menular.

Tahun lalu, panel PBB tentang keanekaragaman hayati memperingatkan bahwa hingga satu juta spesies menghadapi kepunahan karena aktivitas manusia.

Sebanyak 75 persen daratan dan 40 persen lautan di bumi diketahui telah sangat terdegradasi oleh umat manusia.

Deforestasi misalnya, semakin menambah tekanan pada mamalia liar yang berjuang untuk beradaptasi dengan berkurangnya habitat.

Ketika manusia merambah lebih jauh di wilayah mamalia itu, hewan-hewan liar dipaksa meningkatkan kontak langsung dengan manusia.

Hal itu memicu peningkatan risiko penyakit menular lainnya.

Para konservasionis menyerukan larangan global terhadap perdagangan satwa liar setelah wabah Covid-19.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of Royal Society B menunjukkan prevalensi penyakit zoonosis pada hewan yang diproduksi massal untuk pertanian.

"Ketika kita melewati masa darurat kesehatan masyarakat ini, kami berharap para pembuat kebijakan bisa fokus pada kesiapsiagaan wabah dan pencegahan risiko penyakit zoonosis. Terutama ketika mengembangkan kebijakan lingkungan, pengelolaan lahan dan sumber daya hewan," pungkas Johnson.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Akibat Lockdown, Bumi Lebih Sedikit Bergetar".

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Studi: Eksploitasi Alam oleh Manusia Sebabkan Penyakit Zoonosis Seperti Covid-19".

Sumber: Kompas.com
Tags:
coronaCovid-19lockdown
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved