Terungkap Alasan Telkom Masih Blokir Netflix, Tidak Hanya Bisnis & Layanan Video Streaming Lain

TRIBUNSTYLE.COM - Terungkap alasan Telkom masih blokir akses internet menuju Netflix. Tidak hanya berfokus pada bisnis dan layanan video streaming lain.

Layanan video streaming Netflix akhirnya memberi jawaban mengenai peblokiran yang mereka dapat di Indonesia.

Head of Corporate Communications for Southeast Asia at Netflix, Leigh Wong, mengatakan bahwa pihaknya sudah berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait.

"Saya kira Pak Menteri Johnny Plate, sudah membicarakannya kalau itu masalah business to business," ucap Leigh saat ditemui di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Kamis (9/1/2020).

• Netflix Komentari Pemblokiran Telkom, Gandeng Nadiem Makarim & Mendikbud Dukung Film ndonesia

• Ini Kronologi Cinta Segitiga Berdarah, Sang Anak Tikam Pacar Karena Nikah Sirih dengan Ayahnya

Tak ayal warganet pengguna provider internet Telkom dan jajarannya pun sering berkomentar di sosial media karena tidak bisa mengakses Netflix.

Hal ini pun membuat para pelanggan internet Telkom bersuara sumbang akan provider tersebut.

Leigh melanjutkan komentarnya dan mengatakan bahwa pihak Netflix terus berkomunikasi dengan Telkom terkait pemblokiran tersebut.

Sehingga mengenai kapan pemblokiran tersebut akan dihentikan menurut dia, harus ditanyakan kepada Telkom.

Sementara terkait pembukaan kantor Netflix di Indonesia, Leigh mengaku pihaknya belum ada rencana hal itu.

Alasan pemblokiran akses Netflix

Telkom Grup memang telah memblokir Netflix sejak 2016 lalu, tahun yang sama saat Netflix masuk Indonesia untuk pertama kalinya.

Pemblokiran Netflix bukan tanpa alasan.

• Sinopsis Serial Netflix Messiah Rilis 1 Januari 2020: Cerita Seru tapi Panen Kontroversi

• Sinopsis & Trailer Kuntilanak: Mangkujiwo, Lahirnya Hantu Wanita dari Tanah Jawa, Tayang 30 Januari

"Semua pemain over the top (OTT) diperlakukan sama, tanpa pengecualian, pun dengan Netflix," kata Direktur Bisnis Digital Telkom Indonesia, Faizal Djoemadi.

Dari segi bisnis, ia mengatakan sebenarnya sudah ada kesepakatan untuk bagi hasil.

Tapi ada satu hal yang masih mengganjal dan belum menemukan titik sepakat, yakni tentang konten.

"Tapi Netflix tidak mau memenuhi satu persyaratan itu, yakni menarik konten bermasalah dalam 24 jam," jelas Faizal dalam sebuah wawancara dengan KRAsia, dikutip dari KompasTekno, Jumat (17/1/2020).

Hal itu juga menjadi alasan utama mengapa Telkom Grup memblokir Netflix pada 2016 lalu.

Dian Rachmawan, Direktur Consumer PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) saat itu, mengatakan bahwa Netflix tidak memiliki izin atau tidak sesuai aturan di Indonesia.

• Tayang Hari Ini, Simak Plot & Fakta Menarik Bad Boys For Life, Kembalinya Duet Polisi Legendaris

• 7 Layanan Streaming Legal yang Bisa Jadi Pilihanmu, Mulai dari Netflix, Viu, hingga GoPlay!

Netflix, kata Dian, banyak memuat konten yang tidak diperbolehkan di Indonesia, termasuk pornografi.

Lantas, apabila perkara konten, mengapa Netflix masih bisa diakses operator lain?

Faizal mengatakan masing-masing ISP memiliki kepentingan dan strategi bisnis yang berbeda.

Apabila mereka membuka akses Netflix atau OTT lain, itu artinya mereka mengeruk pendapatan besarnya hanya dari layanan data.

Tapi tidak dengan Telkom yang memiliki sederet produk layanan digital.

"Kami menggabungkan konten dengan layanan digital kami. Karena itulah, sudah menjadi kewajiban Telkom untuk memastikan tidak ada konten berbahaya di produk kami," terang Faizal.

Salah satu produk layanan yang dimaksud adalah paket hiburan MAXstream yang di dalamnya menawarkan tayangan film dan serial dari platform streaming seperti Iflix, Hooq, Catchplay, dan Viu.

Soal pemblokiran ini, Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate pun meminta agar Netflix dan Telkom Group segera menyelesaikannya secara business to business. (Tribunstyle/Dhimas Yanuar).

• Sony Pictures Rilis Trailer Film Morbius Musuh Spider-Man, Apakah akan Satu Realitas dengan MCU?

• MULAI HARI INI, Netflix Datangkan Paket Langganan Murah Meriah Khusus Pengguna Smartphone Rp 50 Ribu