3 Alasan Sepatu Vans Old Skool Sangat Populer di Kalangan Pecinta Sneakers
Sepatu Vans Old Skool sangat populer di kalangan anak muda mulai dari remaja hingga dewasa, apa yang membuat sepatu ini populer? simak 3 alasan ini.
Penulis: Anggie Irfansyah
Editor: Amirul Muttaqin
Sepatu Vans Old Skool sangat populer di kalangan anak muda mulai dari remaja hingga dewasa, apa yang membuat sepatu ini populer? simak 3 alasan ini.
TRIBUNSTYLE.COM - Vans Old Skool memang banyak digandrungi oleh remaja bahkan orang dewasa.
Sneakers yang dibanderol dengan harga sekitar 1 jutaan ini adalah sebuah fenomena baru untuk pecinta sneakers bermerk Vans.
Vans Old Skool pertama kali diproduksi dan dikenalkan oleh Vans pada tahun 1977, dan design pertamanya masih sama dengan yang beredar saat ini, dengan ciri khas garis putih meliuk di samping kanan dan kiri, dengan tali dan sol berwarna putih, dan didominasi warna hitam.
• Sepatu Vans x Metallica Kill ‘Em All Mulai Dijual 16 Februari 2018 di Situs Vans.com
• Kaesang Pangarep Wisuda di Singapura, Ini 8 Fakta Menarik Sepatu Gucci Hingga Uang Tunai Rp 51 Juta
Sepatu ini sangat populer di Indonesia hingga saat ini, mulai dari penggila sneakers hingga orang biasa yang menggunakannya sehari-hari pasti kenal dengan sepatu yang menjadi ikon ini.
Bagaimana bisa sepatu Vans Old Skool menjadi sangat populer di Indonesia? Apa yang membuat sepatu Vans Old Skool sangat populer?
1. Unisex

Sepatu Vans Old Skool adalah sepatu yang tidak terbatas gender dan cocok digunakan oleh laki-laki dan perempuan tidak terkecuali.
Mulai dari Harry Styles hingga Kylie Jenner pun pernah menggunakan sepatu ini.
Sepatu ini juga banyak digunakan oleh mahasiswa di kampus dan tidak terbatas gender, banyak juga perempuan yang menyukai sepatu Vans Old Skool ini.
2. Cocok dengan semua outfit
Vans Old Skool merupakan jenis sepatu yang cocok untuk berbagai jenis outfit.
'Old Skool never goes wrong' begitu kata anak muda tentang sepatu ini, artinya adalah tidak pernah salah menggunakan sepatu ini dengan outfit apapun baik itu kaos dengan celana jeans, dress dan bahkan jas atau blazer.
3. Tidak pernah ketinggalan Jaman

Vans Old Skool pertama kali diperkenalkan pada tahun 1977, lihat saja, sudah lebih dari 40 tahun lamanya sepatu ini masih banyak dicari oleh anak muda usia remaja hingga orang dewasa.
Ashley Ahwah, Senior Director of Global Product Merchanding Vans menyebut jika perkembangan Old Skool sangat luar biasa apalagi dalam beberapa tahun terakhir. (TribunStyle.com/Anggie)
Hapus Desain Sepatu Bertema Protes di Hong Kong dari Kompetisi, Vans Diboikot Pendemo
TRIBUNNEWSWIKI.COM – Merek sepatu Vans menghadapi boikot yang diberikan oleh para pendemo Hong Kong setelah menarik sepatu yang menyinggung protes anti-pemerintah dari kompetisi desain sepatu tahunan.
Vans Custom Culture merupakan kompetisi yang didakan setiap tahun.
Acara tersebut mengundang setiap masyarakat untuk berkompetisi menciptakan desain sepatu mereka sendiri.
Pemenang dari kompetisi ini adalah mereka yang mendapatkan perolehan suara online terbanyak dan akan menerima uang $ 25 ribu.
Desain karya Naomiso berhasil mengumpulkan puluhan ribu suara ketika pemungutan baru dibuka minggu lalu.
Desain dikaitkan dengan pengguna yang berbasis di Kanada bernama Naomiso, fitur bauhinia merah, bunga di bendera Hong Kong dan salah satu payung kuning yang identik dengan protes pro-demokrasi kota tahun 2014.

Ilustrasi di sisi sneaker menggambarkan kerumunan pengunjuk rasa mengenakan masker gas, kacamata dan topi keras.
Dikutip dari CNN Internasional, setelah satu minggu dilakukan pemungutan suara tepatnya Sabtu (5/10/2019), desain tersebut dihapus dari web resmi kompetisi.
Vans kemudian mengunggah sebuah pernyataan di Facebook dalam Bahasa Cina maupun Inggris yang mengatakan bahwa beberapa desain artistik telah dihapus untuk menegakkan tujuan Custom Culture.

"Sebagai merek yang terbuka untuk semua orang, kami (Vans) tidak pernah mengambil posisi politik dan karenanya meninjau desain untuk memastikan mereka sejalan dengan nilai-nilai yang telah lama dijunjung tinggi yaitu rasa hormat dan toleransi, serta dengan pedoman yang dikomunikasikan secara jelas untuk kompetisi ini," isi pernyataan tersebut, tanpa merujuk secara khusus pada desain bertema protes.
Pernyataan itu menuai kecaman di media sosial dari pendukung protes Hong Kong dengan tagar #boycottVans.

Beberapa pengguna menyiratkan bahwa keputusan itu bertentangan dengan sejarah dan identitas Vans sebagai merek yang berakar pada pemberontakan kaum muda.
Dikutip dari South China Morning Post, beberapa toko telah menarik produk Vans dari penjualan.
Seperti yang dilakukan oleh toko DaHood yang telah menangguhkan penjualan di ketiga toko waralaba Vans-nya di Lingkungan Mong Kok.
Kemudian Dream Sneaker HK di Kwun Tong, sebuah distrik di Kowloon Timur juga menghapus seluruh stok produk Vans, termasuk pakaian dan kaus kaki.
Kekecewaan juga diungkapkan oleh Stephen Lam, pemilik Husky Sneakers dan Streetwear di Mong Kok.
“Aturan kompetisi tidak melarang pekerjaan dengan elemen politik. Perusahaan mengklaim mereka tidak mengambil posisi politik, tetapi di masa lalu, mereka juga telah meluncurkan kolaborasi yang merayakan Black History Month,” ujar Lam seperti dikutip dari South China Morning Post.

Black History Month merupakan perayaan yang pertama kali diadakan di Amerika Serikat terkait prestasi dan perjuangan komunitas kulit hitam.
Desain pertama yang ditarik oleh Vans adalah milik Naomiso di Kanada dengan lebih dari 140.000 suara.
Sementara desain kedua adalah desain yang menampilkan topeng gas, kacamata dan helm sebagaimana perlengkapan pelindung yang digunakan oleh pengunjuk rasa saat menghadapi polisi, desain ini menyimbolkan protes di Hong Kong.
Desain ketiga yang ditarik menampilkan gambar payung, masker dan didominasi warna kuning cerah. (Tribunnewswiki.com/Ami Heppy)