5 Tanda Quarter Life Crisis Sedang Menimpamu, Biasa Terjadi di Usia 25 Tahun
memasuki umur seperempat abad, kita akan dihadapkan dengan Quarter Life Crisis atau masa peralihan dari masa remaja ke dewasa. Inilah 5 tandanya.
Penulis: Anggie Irfansyah
Editor: Amirul Muttaqin
memasuki umur seperempat abad, kita akan dihadapkan dengan quarter life crisis atau masa peralihan dari masa remaja ke dewasa. Inilah 5 tandanya.
TRIBUNSTYLE.COM - Pasti kita pernah mendengar istilah quarter life crisis, di media sosial banyak yang membicarakan soal quarter life crisis ini.
Apa Itu quarter life crisis? quarter life crisis adalah masa dimana seseorang yang sudah memasuki usia 25 tahunan mempertanyakan tentang hidupnya dan merasa cemas tentang karier dan kehidupan di masa mendatang.
• Ingat 5 Hal Ini saat Mendapatkan Kesusahan, Kamu yang Alami quarter life crisis Wajib Baca!
• Pevita Pearce Ditinggal Sahabatnya Nikah, Afgan: quarter life crisis Gak?
Di masa puncak kedewasaan in, orang mulai meninjau lagi masa lalu,apa yangsudah ia lakukan dan mengevaluasinya untuk kehidupan masa mendatang.
Dilansir dari The Guardian, Menurut penelitian, ada 86 persen millenial yang mengalami quarter life crisis.
Sederhananya, quarter life crisis adalah peralihan dari masa remaja ke dewasa.
Jika kita belum pernah melaluinya, berikut ini adalah tanda-tanda kita sedang mengalami quarter life crisis.
1. Mulai mempertanyakan tujuan hidup

Kadang terlintas di pikiran kita pertanyaan pertanyaan yang aneh seperti 'kenapa aku lahir dan untuk apa aku hidup?' itu adalah pertanyaan yang sulit karena kehidupan kita untuk 5 tahun kedepan tidak bisa diprediksi.
Kita hanya bisa berencana tetapi sukses atau tidaknya tetap bergantung pada usaha kita dan kehendak tuhan tentunya.
2. Berpikiran kalau belum melakukan hal apa-apa

Kadang kita berfikir dengan umur yang sudah masuk seperempat abad, kita sudah melakukan hal apa saja?
Pikiran ini justru akan membuat kita semakin stres menghadapi quarter life crisis.
3. Media sosial semakin keras

media sosial menjadi musuh terbesar kita saat mengalami quarter life crisis, apalagi saat teman-teman mengunggah tentang kehidupan mereka.
Kita akan membandingkan kehidupan kita dengan teman yang memposting kehidupanya di media sosial.
PAdahal yang terjadi sebenarnya belum tentu seindah yang ada di media sosial.
4. Mengukur sukses sendiri

Jika kita mengalami quarter life crisis, Ukuran sukses kita menjadi tidak tentu, kadang-kadang rencana yang sudah dibuat untuk menghadapi umur 25 tahun pun terbuang sia-sia.
kita mulai memandang ukuran sukses adalah bekerja dan berkeluarga, tetapi di sisi lain, ukuran sukses juga dapat menikmati hidup selagi masih bisa.
Hal ini akan menjadi dilema saat kita mengalami quarter life crisis.
5. Pandangan soal jodoh

'Jodoh itu ditangan Tuhan' mungkin itu yang akan ada dalam pikiran kita saat menghadapi quarter life crisis.
Jodoh bukan lagi hal yang paling dicari seperti waktu masih kuliah.
Kita akan mendapatkan saran dari siapapun itu yang berbunyi "Kerja dulu sukses dulu, nanti jodoh dateng sendiri"
Di sisi lain, ada juga yang memberi saran "kamu udah tua mending cepet-cepet cari jodoh biar ada yang nyemangatin"
nah, soal jodoh juga bikin kita bingung kan? (TribunStyle.com/Anggie Irfansyah)
Saran untuk menghadapi 'quarter-life crisis'
Kamu berada di usia 20-30an dan sedang bingung perihal karier, menikah, keuangan, atau mungkin gambaran besarnya, kesuksesan?
Jangan sedih, jangan khawatir, sebab kamu tak sendiri.
Penelitian yang dilakukan The Guardian menyebut, 86 persen lebih milenial mengalami perasaan ini
Perasaan tak tenang itu dinamakan, 'quarter-life crisis' atau 'mid-life crisis'.
Sederhananya, 'quarter-life crisis' adalah periode peralihan dari masa remaja ke kehidupan orang dewasa.
Dalam periode ini, sangat wajar jika kita merasa tidak percaya diri dalam mencapai kesuksesan.
Ragu-ragu akan masa depan, dan rasa kecewa pada diri sendiri, khususnya menyangkut pekerjaan, keuangan, dan hubungan dengan orang lain.
Lebih lanjut, riset membuktikan bahwa generasi milenial saat ini memiliki 'quarter-life crisis' yang lebih parah daripada generasi sebelumnya.
Hal ini disebabkan oleh pesatnya dan kuatnya pengaruh media sosial, di mana semua orang bisa 'pamer' soal kehidupan pribadinya.
Sehingga, sering kali membuat gagasan hidup orang lain terdistorsi.
Parahnya, sering kali kesuksesan orang lain dijadikan sebagai tolak ukur untuk diri kita sendiri yang merasa masih berada di satu tempat yang sama.
Ditambah lagi, terkadang kita sering terbebani oleh kesuksesan orangtua dan keberhasilan orang di sekitar kita.
“Eh, si A sebentar lagi mau menikah lho.”
“Hebat ya si B di umur yang masih muda sudah punya usaha sendiri.”
“Sekolah sampai sarjana masa cuma jadi begini sih.”
“Dulu bapakmu di umur segini sudah bisa begini lho.”
Hal tersebut sering kita dengar dan menjadi tekanan tersendiri.
Tak jarang, stres dan frustasi sering menghampiri karena kita tidak bisa memenuhi ekspektasi diri sendiri atau pun ekspektasi orang lain.

Sikap tiap-tiap orang dalam menghadapi 'quarter-life crisis' pun berbeda.
Ada yang menyikapi dengan bijaksana, ada pula yang panik menghadapi situasi 'quarter-life crisis'.
Padahal, 'quarter-life crisis' bukanlah sesuatu yang perlu kamu takutkan.
Jika kamu sedang mengalami 'quarter-life crisis' jangan putus asa dan jangan berpikir yang berlebihan.
Cobalah menganggap itu sebagai kesempatan untuk beristirahat sejenak, mundur selangkah, dan berpikir tentang prioritas terpenting dalam hidupmu.
Selain itu, anggap saja periode ini adalah waktu di mana kamu sedang diuji untuk meningkatkan kualitas dirimu menjadi manusia yang lebih baik.
Berikut ini saran untuk menghadapi 'quarter-life crisis' :
1. Kapan saat yang tepat untuk memulai semua rencana?
Sekarang! Kebiasaan menunda-nunda hanya akan membuatmu kehilangan waktu dengan sia-sia.
2. Tak perlu membanding-bandingkan hidupmu dengan orang lain.
Kualitas hidupmu tergantung pada upaya dan kerja kerasmu untuk mewujudkan semua yang diinginkan.
Ingat, bahwa setiap orang berada pada tahap yang berbeda dalam perjalanan mereka, jadi jangan membandingkan dirimu dengan orang lain.
Setiap orang punya definisi bahagianya masing-masing.
3. Singkirkan mereka yang tidak menambah nilai baik dalam hidupmu.
Kelilingi dirimu dengan orang-orang berpikiran terbuka, termasuk teman-teman dan pacar.
4. Banyaklah membaca.
Ini cara yang sangat efektif untuk membuka wawasan, menemukan ide, dan menambah pengetahuan baru.
Terlalu banyak membaca tidak akan memberikan kerugian untuk dirimu.
5. Lakukan yang terbaik dalam semua hal.
Kerahkan seluruh kemampuan saat ini juga.
Apa yang kamu lakukan sekarang akan berpengaruh pada masa depan.
6. Terkadang diri sendirilah sumber semua drama hidup, konflik, dan masalah.
Jangan terlalu keras kepala untuk tidak mengakuinya.
Mengakui kesalahan bukan berarti kalah.
Berubahlah demi dirimu yang lebih baik.
7. Periode usia 20-an ini hanya akan berlangsung selama sepuluh tahun.
Nikmatilah setiap waktu, manis dan pahitnya, karena masa itu tidak akan kembali lagi.
8. Banyak-banyak bersyukur atas apa yang telah kamu dapatkan.
Terkadang, kamu terlalu sibuk mencari-cari hal yang belum didapat.
Padahal, telah begitu banyak nikmat yang ada di depan mata. (Tribunwow.com/ Maria Novena Cahyaning Tyas)
(Tulisan ini merupakan opini penulis yang merangkum dari berbagai sumber, dan disampaikan dalam diskusi mingguan TribunWow.com)