Anak Marissa Nasution Dulu Alami TTTS Seperti Anak Irish Bella & Ammar Zoni, Ini Gejala Yang Dialami
Marissa Nasution dulu juga mengandung bayi kembar yang terkena TTTS (Twin to Twin Transfusion Syndrome) seperti yang dialami bayi kembar Irish Bella.
Penulis: Vega Dhini Lestari
Editor: Triroessita Intan Pertiwi
Marissa Nasution dulu juga mengandung bayi kembar yang terkena TTTS (Twin to Twin Transfusion Syndrome) seperti yang dialami bayi kembar Irish Bella dan Ammar Zoni.
Ini gejala yang dialami Marissa Nasution.
TRIBUNSTYLE.COM - Presenter Marissa Nasution akhirnya mengungkapkan kepada publik bahwa anak kembar yang dikandungnya dulu juga mengalami TTTS.
TTTS (Twin to Twin Transfusion Syndrome) ini juga baru saja merenggut nyawa kedua bayi kembar yang dikandung oleh Iris Bella.
Melalui kanal Youtube Marissa Nasution pada Kamis 10 Oktober 2019, ibu satu anak itu membagikan pengalamannya saat harus kehilangan salah satu bayi kembar yang dikandungnya.
Marissa Nasution kehilangan salah satu bayi kembarnya saat usia kandungannya menginjak 4 bulan.
Istri Benedikt Brueggemann itu mengungkapkan saat harus kehilangan salah satu bayi kembarnya dalam kandungan, menjadi waktu yang sangat berat untuknya.
• Marissa Nasution Pamer Wajah Bareface, Sahabat VJ Daniel Beri Jawaban Tegas Nyinyiran Netizen
• Intip Cara Marissa Nasution Ajarkan Putrinya 3 Bahasa Sekaligus Meski Baru Berusia Satu Tahun

Saat Alaia Moana, salah satu bayi kembarnya bertahan hidup di dalam kandungan, Marisa juga mengalami perjuangan yang berat.
"Di bulan keempat kita kehilangan adiknya Allie karena ada sebuah komplikasi, dan selama kehamilan Allie sampai akhirnya lahir, itu juga sebuah perjuangan.
Waktu itu semua terjadi, tentunya itu sebuah masa yang sangat susah bagi kita sebagai keluarga," ujar Marissa.
Selama ini Marissa memang belum menjelaskan secara rinci mengenai kondisi yang dialami bayi kembarnya saat di dalam kandungan.
Hal itu karena Marissa dan suaminya saat itu ingin fokus dengan kesehatan sang janin yang dikandung dan tidak terpikirkan hal lain.
• Mata Biru Putrinya Dicurigai Pakai Softlens, Marissa Nasution Heran dan Beri Jawaban Lewat Foto Ini
• Keaslian Warna Mata Anaknya yang Biru Diragukan, Marissa Nasution: Look at These Demon Eyes
Bayi kembar Marissa juga mengalami TTTS seperti bayi kembar Iris Bella dan Ammar Zoni.
"Twin to Twin Transfusion Syndrome itu adalah sebuah penyakit plasenta yang cuma bisa terjadi di kehamilan kembar yang identik.
Mereka berdua akan share satu plasenta, jadi di TTTS ini itu bisa terjadi kapan saja.
Jadi itu bisa terjadi di bulan ketiga, kelima, even di bulan kedelapan masih bisa terjadi," jelas Marissa.

"Twin A menjadi Recipient, Twin B menjadi Donor, jadi Twin B ini memberikan nutrisi dan semuanya kepada kembarannya, yang artinya Twin B ini kekurangan nutrisi, dan Twin A ini kebanyakan.
Itu bisa terjadi kapan saja, dan kenapa itu terjadi? Tidak ada yang tahu juga," lanjut Marissa.
Marissa lalu melakukan operasi laser ablation pada bayi kembarnya yang mengalami TTTS.
Operasi tersebut bertujuan untuk memutus pembuluh darah yang tersambung di antara kedua bayi kembarnya.
Menurut Marissa, ia selalu rutin memeriksakan kandungannya ke dokter.
Lalu setelah pulang dari babymoon, ia menyadari perubahan ukuran perutnya yang signifikan.
Ia juga membagikan cara mengetahui gejala-gejala yang dialami oleh bayi kembar di dalam kandungan yang mengalami TTTS sesuai dengan pengalaman yang dialami.
Marissa mengungkapkan gejala pertama yang dialaminya adalah ukuran perutnya yang semakin membesar.
Selain ukuran perut yang membesar secara siginifikan, Marissa juga menuliskan keterangan lain yang dikutip dari lexology.com yaitu kontraksi dini, perut yang terasa sakit atau kencang, berat badan naik secara tiba-tiba, pembengkakan tangan dan kaki di awal kehamilan.

"Everything was fine, everything was great, kita sempet babymoon ke New Zealand, dan sepulang dari babymoon itu saya merasa 'kok perut saya besar sekali.
Itu salah satu symptom pertama dimana saya merasa something is wrong, something is not right.
Waktu kita check up langsung dokter waktu itu bilang Twin B tidak sebesar Twin A," terang Marissa.
Menurut Marissa, waktu itu kedua bayi kembarnya masih dalam keadaan hidup.
Saat diberitahu oleh dokter bahwa bayinya mengalami TTTS, Marissa mengaku sempat bingung dan langsung mencari tahu.
Kondisi TTTS yang dialami bayi kembarnya itu harus segera ditangani dengan operasi.
Namun menurut Marissa, waktu itu sang dokter menyarankan untuk melakukan operasi di Australia karena di Jakarta belum bisa menangani.
Karena terkendala biaya, suami Marissa lalu mendapatkan saran dari temannya yang mengalami hal yang sama.
Teman suaminya itu menyarankan agar mereka melakuka operasi di Singapura yaitu di KK Women's and Children Hospital.
Saat dilakukan pemeriksaan, rupanya berat badan Twin B sudah sangat kurang jika dibandingkan dengan Twin A.
Lalu tim dokter memberikan beberapa pilihan kepada Marissa dan sang suami.

Pilihan terbaik yang dipilih adalah melakukan operasi laser ablation.
Setelah operasi, tim dokter memantau apakah pembagian plasenta untuk bayi kembar Marissa berjalan sukses.
Rupanya tim dokter hanya bisa memutus koneksi pembuluh darah yang tersambung, sementara pembagian plasenta akan terjadi secara alami setelah pemutusan koneksi itu.
Dua hari setelah operasi, Marissa harus kehilangan salah satu bayi kembarnya yaitu Twin B.
"Kita masuk ke ruangan USG untuk mencari heart beat (dari Twin B), dokter sempet cari..
Dokter cuma lihat ke kita dan bilang 'I'm very sorry to say, but Twin B doesn't have a heart beat anymore.
Kita sangat kaget, kita berharap selama dua hari ini setelah operasi, tapi dokter menjelaskan pada kita kalau Twin B sekarang sudah tidak punya heart beat lagi, berarti emang pembagian dari plasentanya sendiri kebanyakan kepada Twin A, Twin B mendapatkan nutrisi dari plasenta yang tidak cukup untuk berkembang," jelas Marissa.
Kenyataan lain juga harus dihadapi Marissa karena rupanya Twin B tidak dioperasi untuk dikeluarkan dari kandungannya dan menunggu hingga Twin A lahir.
Setelah Twin B dipastikan meninggal dunia, Marissa harus tetap rutin memeriksakan kandungannya ke dokter karena Twin A yang sebelumya adalah Recipient bisa berbalik menjadi Donor.
Hal itu terjadi karena Twin A bisa merasakan kembarannya mengalami masalah dan membutuhkan bantuan sehingga berbalik memberikan nutrisi kepada twin B yang sudah meninggal.
Karena pada saat operasi laser, ternyata tidak memungkinkan bagi dokter untuk memotong koneksi pembuluh darah yang berada di bagian bawah dan dalam plasenta.
Jika hal itu terjadi, maka kemungkinan terburuk Twin A juga bisa meninggal di dalam kandungan.
Lalu saat usia kandungannya mencapai 38 minggu, tim dokter memutuskan agar Marissa melahirkan secara induksi demi mencegah TTTS terjadi pada Twin A.
(TribunStyle/Vega Dhini Lestari)