Marion Jola Dulu Digosipkan Mau Diajak ke Semak-semak Dibayar Rp 2 Ribu, Merry Riana: 'Jahat Sekali'
Teman duet Rizky Febian dalam lagu "Tak Ingin Pisah Lagi", Marion Jola mengungkapkan bullying yang pernah dialami sewaktu SD kepada Merry Riana.
Penulis: Vega Dhini Lestari
Editor: Delta Lidina Putri
Teman duet Rizky Febian dalam lagu "Tak Ingin Pisah Lagi", Marion Jola mengungkapkan bullying yang pernah dialami sewaktu SD.
Marion Jola mengungkapkan pengalaman tidak menyenangkannya itu kepada Merry Riana.
TRIBUNSTYLE.COM - Penyanyi jebolan ajang pencarian bakat "Indonesian Idol" tahun 2018, Marion Jola mengungkapkan pengalaman buruknya saat masih duduk di bangku sekolah dasar.
Pengalaman tidak menyenangkan itu diungkap Marion Jola dalam vlog Merry Riana yang diunggah ke Youtube pada Sabtu 12 Oktober 2019 lalu.
"Masih SD tuh dibully banget tapi, yang paling jelas bullyingnya," ungkap Marion.
"Apa yang mereka lakukan pada saat itu?" tanya Merry.

• Jadi Korban Bully, Inilah Dampak Fisik yang Dirasakan Marion Jola Pacar Julian Jacob, Pernah Pingsan
• Sempat Bikin Ortu Khawatir, Marion Jola Teman Duet Rizky Febian Disebut Punya Penyakit MPO, Apa Itu?
Marion lalu mengungkapkan dirinya mendapat perlakuan tidak menyenangkan secara verbal dan fisik.
"Fisik sama verbal, jahat sih, jadi dulu tuh aku SD papa sama mama memilih untuk pindah ke Sumba, jadi aku dari Kupang kelas 3 SD, itu kelas 4 udah pindah ke Sumba ikut papa sama mama.
Ke Sumba Barat dulu, di Sumba Barat temen-temennya masih ada, masih ada yang mau temenan, cuma ke Sumba Tengahnya yang lebih baru lagi, kabupaten baru, mungkin anak-anaknya kaget ngeliat aku ke sekolah pakai pita gede banget, tapi (aku) anaknya emang minta buat dibully.
Kalau throwback ya emang gue kalau jadi orang lain ya bakal gue bully juga sih," jelas Marion.
"You're different," ujar Merry.
"Because I'm different gitu.
Kalo verbalnya itu jadi lucunya yang ngebully bukan cuma anak SD doang, tapi anak SMP sampai SMA, sampai yang kayak tetangga itu ikutan bully juga.
Padahal aku nggak kenal, cuma karena Sumba Tengah itu kecil, mungkin karena lingkungannya kecil mungkin berputer-puter di situ aja (pergaulannya)," lanjut Marion.
Bahkan menurut Marion, ia juga digosipkan pernah menjadi cewek bayaran.
"Jadi kalo dulu masih kecil misalnya lomba nyanyi di Gereja, terus asiten rumah tangga aku pulang ke rumah, terus bilang gini 'ada yang ngomongin cece (Marion), panggilan di rumah cece, kan mamaku Chinese, jadi aku dipanggil cece, lucu banget.
Anak SD waktu itu aku kelas 5 (atau) kelas 6, umur segitu digosipinnya 'Lala itu kalau dikasih 2 ribu dia mau kemana aja atau ngapain aja, di semak-semak pun nggak papa," sambung Marion.
"Jahat sekali," ujar Merry merasa prihatin.
"Sejahat itu."
"Itu kamu masih SD kan?"
"Aku masih kecil, aku pun nggak tau kenapa dari kecil aku sudah menempel dengan imej seperti itu, diomongin orang terus.
Mereka bilang begitu padahal faktanya aku nggak pernah keluar rumah karena aku nggak punya temen sama sekali."

Menurut Marion, karena sewaktu SD ia tidak memiliki teman, jadi ia menghabiskan waktu istirahat hanya dengan mendengarkan musik di dalam kelas.
Jika kebetulan ada teman yang mengajak bermain, menurut Marion itu hanya karena mereka memiliki niat tertentu dan tidak tulus.
Selain kekerasan verbal, Marion juga menjelaskan perlakuan tidak menyenangkan yang membuatnya sampai sakit.
"Itu verbalnya ya, diomongin kayak gitu, kalau fisiknya paling aki takut sama kodok, waktu itu ada yang ajakin aku main, kejutannya tuh kodok gitu.
Jadi kayak nyari harta karun, terus ternyata pas didapetin isinya kodok, itu aku kaget, terus pulang (gara-gara) pingsan gitu di sekolah, kebelat apa (sampai) ngompol segala macem, pulang gemeteran 'mama takut kodok'", jelas Marion.
"Tapi kadang mereka nggak sadar ya bahwa yang mereka ucapkan, yang mereka lakukan itu kan bisa sangat membekas kepada orang itu, apalagi anak kecil," sambung Merry.
Karena kepikirian gara-gara sering dibully, Marion sampai mengalami migren dan selalu menangis sepulang sekolah.

"Apalagi kayak, kok anak kecil bisa membully temennya, padahal masih SD.
Anak SD tuh bisa mikir sampai sejahat apa sih?
Cuma waktu itu kalau dibilang membekas waktu itu, jadi dulu waktu kecil itu tiap hari, hampir tiap hari aku migren, jadi aku kalau stres selalu migren dan dari SD udah kayak begitu.
Terus kalau pulang sekolah selalu nangis 'mama kenapa nggak ada yang mau temenan sama aku?" ungkapnya.
Marion juga berpikir apakah karena ia pindah ke sekolah barunya itu dengan penampilan yang berbeda dan membawa barang yang terbilang mewah saat itu seperti handphone, jadi ia mudah menjadi sasaran bullying.
Ibu Marion juga menenangkannya dan berkata bahwa teman-temannya itu hanya iri kepadanya.
"Ya mungkin mereka ya itu, nggak terbiasa untuk melihat sesuatu yang berbeda, dan akhirnya menjadi sasaran pada saat itu," tambah Merry.
Karena tidak tahan dengan bullying dari teman-temannya itu, akhirnya Marion minta kembali ke Kupang dan tinggal bersama kakek neneknya.

Tapi setelah kembali ke Kupang rupanya Marion juga masih mendapatkan bullying dari teman-temannya.
Menurut Marion ia jadi sasaran bullying karena sering ingin tampil lebih menonjol dibanding teman-temannya.
"Masih SMP juga sama kan, waktu itu masih jaman MOS, masih ospek, dipanggil misalnya 'yang mau ini?' pasti aku yang angkat tangan duluan.
Jadi emang temen-temen udah kayak 'ish apaan sih, gitu'.
Terus kayak cinta-cinta monyet, baru masuk sekolah langsung sukanya sama ketua OSIS, kan yang lain pasti langsung 'apa-apaan anak baru ini? Berani-beraninya dia (suka) ketua OSIS," jelas Marion.
Tidak sampai di situ, Marion bahkan juga mendapatkan bullying saat dia mulai terjun ke dunia model saat duduk di bangku SMP.
Namun akhirnya Marion bisa membuktikan kepada teman-temannya itu bahwa kini ia bisa sukses di dunia hiburan tanah air.
Jebolan ajang pencarian bakat Indonesian Idol tahun 2018 ini juga telah merilis beberapa single antara lain yang berjudul "Jangan", "So In Love", "Pergi Menjauh", dan "Tak Ingin Pisah Lagi". (TribunStyle/Vega Dhini Lestari)