Puji Sosok Raffi Ahmad yang Pekerja Keras, Gading Marten Ingatkan Suami Nagita Satu Hal Penting
Gading Marten mengaku bangga dengan kerja kerasa yang dilakukan sahabatnya Raffi Ahmad. Meski begitu, ada satu hal yang dikhawatirkan ayah Gempita.
Editor: Triroessita Intan Pertiwi
Gading Marten mengaku bangga dengan kerja kerasa yang dilakukan sahabatnya Raffi Ahmad.
Meski begitu, suami Gisella Anastasia ini mengaku mengkahwatirkan kondisi teman yang juga tetangganya tersebut.
Ayah Gempita mengingatkan Raffi Ahmad terkait satu hal penting ini agar selalu bahagia.
TRIBUNSTYLE.COM - Kondisi kejiwaan Raffi Ahmad terungkap pasca Gading Marten tulis ini. Suami Nagita Slavina itu mengidap workaholic?
Gading Marten sudah lama bersahabat dengan Raffi Ahmad. Pada postingannya di Instagram, baru-baru ini ia mendaratkan pujian kepada suami Nagita Slavina itu.
Melalui unggahan dalam akun Instagram pribadinya, Gading Marten yang merupakan ayah Gempita Nora Marten itu tampak membagikan sebuah potret bersama dengan Raffi Ahmad.
Pujian itu ia sampaikan pada keterangan foto.
• Bersahabat Dekat dengan Raffi Ahmad, Gading Marten Beri Pesan Menyentuh untuk Suami Nagita Slavina
• Sebut Raffi Ahmad Suami Nagita Slavina Gila Kerja, Gading Marten Ingatkan Jangan Lupa Liburan
• Viral Video Gisella Anastasia Dugem, Eks Gading Marten Joget Bareng Pria Ini, Bukan Wijaya Saputra

Di situ, Gading Marten menyebut Raffi Ahmad adalah orang yang paling enggak pernah merasa lelah.
Menurutnya, Raffi Ahmad adalah artis tersukses selama ini.
Tak hanya itu, dimata Gading Raffi juga pribadi yang tidak pelit dan selalu bekerja keras.
Ungkapan sayang pun tak lupa Gading katakan untuk Raffi Ahmad dan jujga Nagita Slavina.
Ia juga mengingatkan agar Raffi tak lupa untuk menikmati liburannya.
• Gisella Anastasia Minta Maaf Pada Gempita, Begini Reaksi Gading Marten Tahu Mata Putrinya Minus
"Ini orang paling gila kerja.. ga ada capenya.. otaknya muter terus.. hebat lo bro,"
"Kerja keras dr kecil sampe sekarang kalian bisa liat hasilnya."
"Artis paling sukses buat gw ya @raffinagita1717 dan ga pelit ilmu sama temen."
"Sukses terus nyoo!!! Sayang bgt gw ama elu sama Gigi GBU always... oiya jng lupa abis ini nikmati liburannya.. lo perlu itu bro," tulis @gadiiing seperti Grid.ID kutip pada Minggu (8/9/2019).
Unggahan tersebut lantas mendapat balasan dari Raffi Ahmad melalui kolom komentar.
"makasih nyo @gadiiing lope u," balas Raffi Ahmad.
Apa Itu Gila Kerja
Apa bedanya pekerja keras dan pecandu kerja atau gila kerja (workaholic)?
Mengutip HelloSehat.com, membedakan keduanya memang sulit, tapi bukan berarti tidak bisa dibedakan.
Bekerja memang jadi salah satu cara untuk mengembangkan dan memaksimalkan potensi diri.
Apalagi buat orang yang baru masuk usia produktif.
Akan tetapi, dalam situasi tertentu, banyak orang jadi terobsesi dengan pekerjaannya sehingga rela kerja lembur setiap malam, bahkan di hari libur sekalipun.
• Gading Marten Dikabarkan Dekat dengan Citra Juvita, Begini Tanggapan Gisella Anastasia
Apakah workaholic termasuk gangguan jiwa?
Penelitian menemukan bahwa 7,8% orang di dunia ini tergolong dalam kategori pecandu kerja atau workaholic.
Orang-orang yang memiliki sebutan ini lebih banyak menghabiskan waktunya di tempat kerja atau bisa dikatakan melebihi jam normal.
Para pecandu kerja mungkin ‘memanfaatkan’ pekerjaan mereka untuk mengurangi rasa bersalah dan cemas karena masalah tertentu.
Gila bekerja juga bisa membuat seseorang meninggalkan hobi, olahraga, atau hubungannya dengan orang-orang terdekat.
Kecanduan kerja, atau gila kerja, atau yang lebih dikenal dengan workaholism pertama kali digunakan untuk menggambarkan kebutuhan yang tidak terkendali untuk terus bekerja.
Orang yang disebut dengan workaholic adalah seseorang yang memiliki kondisi ini.
Meskipun istilah pecandu kerja telah dikenal secara luas dalam masyarakat, namun gila kerja atau workaholism bukanlah kondisi medis atau gangguan jiwa karena tidak termasuk dalam Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ), yaitu standar gangguan kejiwaan yang digunakan oleh tenaga kesehatan jiwa di berbagai belahan dunia.
Mengapa tidak diakui? Karena kecanduan kerja masih bisa dilihat sisi positifnya, tidak selalu dianggap jadi masalah.
Kerja yang berlebihan terkadang bisa dihargai secara finansial maupun budaya. Kecanduan kerja bisa menjadi masalah jika sudah menimbulkan masalah dengan cara yang sama dengan kecanduan lainnya.
Lalu mengapa ada istilah workaholic?
Sebenarnya istilah ini muncul dari kalangan awam, bukan medis.
Workaholic dianggap sama seperti alcoholic, yaitu orang yang kecanduan alkohol.
Selain itu, kecanduan kerja juga tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang normal karena bisa menimbulkan beberapa masalah pada diri workaholic.
• Diajak ke Panggung Nyanyi Location Unknown, Anak Gading Marten & Gisel, Gempi Nggak Tahu Siapa HONNE
Dampak menjadi seorang workaholic
Meski kerja secara berlebihan sering dianggap baik dan bahkan dihargai, namun kecanduan kerja di luar batas normal akan menimbulkan masalah.
Seperti kecanduan lainnya, kecanduan kerja didorong oleh paksaan, dan bukan karena rasa dedikasi pada pekerjaan secara wajar.
Pada kenyataannya, orang-orang yang menjadi korban kecanduan kerja mungkin sangat tidak senang dan menderita karena bekerja, mereka mungkin terlalu memikirkan pekerjaan dan merasa tidak dapat mengendalikan keinginan mereka untuk bekerja.
Para pecandu kerja ini mungkin menghabiskan begitu banyak waktu dan energi pada pekerjaan dan hal ini kemungkinan besar akan menganggu aktivitas di luar pekerjaan.
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa tekanan berlebihan di lingkungan kerja bisa meningkatkan risiko gangguan jiwa serius seperti depresi.
Orang yang kecanduan kerja juga mungkin kurang memerhatikan kesehatannya karena kurang tidur, kurang makan, dan mengonsumsi kafein secara berlebihan.
Seperti apa ciri-ciri workaholic?
- Meningkatnya kesibukan tanpa peningkatan produktivitas.
- Terobsesi untuk bekerja lebih banyak, lebih lama, dan lebih sibuk.
- Menghabiskan lebih banyak waktu bekerja daripada yang Anda diinginkan.
- Bekerja secara berlebihan untuk mempertahankan harga diri.
- Bekerja untuk mengurangi perasaan bersalah, depresi, cemas, atau putus asa.
- Mengabaikan saran atau permintaan dari orang lain untuk mengurangi pekerjaan.
- Memiliki masalah pribadi dengan keluarga, kekasih, atau teman dekat karena kesibukan pekerjaan.
- Memiliki masalah kesehatan yang muncul akibat stres karena pekerjaan atau karena telah bekerja berlebihan.
- Menggunakan pekerjaan sebagai cara ‘pelarian diri’ karena suatu masalah.
- Merasa tertekan kalau tidak bekerja.
- Anda akan ‘kambuh’ bekerja secara berlebihan setelah Anda mencoba mengurangi atau menghentikan aktivitas pekerjaan.
Bagaimana jika Anda merasa kecanduan kerja?
Jika Anda merasa bahwa Anda telah menjadi seorang pecandu kerja, cobalah beristirahat dan pahami perasaan Anda.
Perhatikan kalau Anda merasakan gejala-gejala stres dan depresi. Anda bisa konseling dengan psikolog atau terapis agar Anda bisa mengendalikan hasrat bekerja.
Konseling dengan ahli bisa membantu Anda memahami apa yang membuat Anda kecanduan bekerja dan bagaimana caranya untuk mengendalikan diri.
Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Kondisi Kejiwaan Raffi Ahmad Terungkap Pasca Gading Marten Tulis Ini, Suami Nagita Idap Workaholic?