Breaking News:

Jenazah Terbakar di Mobil

Aulia Kesuma Ngaku Pembunuhan Pada Suami dan Anak Terinspirasi Sinetron, KPI Diminta Bertindak Tegas

Aulia Kesuma mengaku pembunuhan keji yang ia lakukan pada suami dan anak tirinya terinspirasi dari sinetron, KPI diminta bertindak tegas.

Penulis: Irsan Yamananda
Editor: Irsan Yamananda

Aulia Kesuma mengaku pembunuhan keji yang ia lakukan pada suami dan anak tirinya terinspirasi dari sinetron, KPI diminta bertindak tegas.

Dalam salah satu wawancaranya, Aulia Kesuma mengaku membunuh Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54) dan M Adi pradana alias Dana (24) terinspirasi oleh sinetron.

Menanggapi hal ini, beberapa netizen pun meminta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bertindak tegas.

TRIBUNSTYLE.COM - Kasus pembunuhan suami dan anak yang dilakukan oleh Aulia Kesuma (35) di Sukabumi, Jawa Barat hingga saat ini masih menjadi perbincangan publik.

Seperti diketahui selain pembunuhan, Aulia juga merupakan otak dari kasus pembakaran jasad dalam mobil di Cidahu, Sukabumi.

Dua korban sendiri bernama Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54) dan M Adi Pradana alias Dana (23).

Tak sampai 24 jam, pelaku pun diamankan oleh pihak kepolisian pada Minggu (26/8/2019).

Usut punya usut, pelaku nekat membunuh kedua korban karena masalah utang piutang.

Diketahui Aulia Kesuma memiliki utang sebanyak Rp 10 M.

Di depan wartawan, Aulia juga mengatakan bahwa pembunuhan keji tersebut ia lakukan berdasarkan inspirasi dari banyak menonton sinetron.

Pengakuan itu disampaikan Aulia dalam wawancara kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (3/9/2019).

Tersangka Aulia Kesuma dan bangkai mobil yang hangus bersama jenazah Pupung Sadili, suaminya dan Dana, anak tirinya
Tersangka Aulia Kesuma dan bangkai mobil yang hangus bersama jenazah Pupung Sadili, suaminya dan Dana, anak tirinya (Kompas.com/ Budiyanto)

Mengutip dari Tribunnews, "Maksudnya lega itu, iya saya sempat mengucapkan alhamdulillah dalam hati."

"Akhirnya, saya lepas dari utang yang benar-benar menghimpit saya, yakni Rp 200 juta per bulan," kata Aulia disambut gelengan kepala penyidik yang mendengar pengakuannya.

Pelaku sendiri mengaku sempat merasa stres dan berencana bunuh diri karena utang yang banyak tersebut.

Namun, dia memberanikan diri untuk meminta suaminya menjual salah satu rumah di kasawan Lebak Bulus.

Aulia berharap uang dari hasil penjualan rumah tersebut, ia bisa melunasi utangnya.

Kendati demikian, korban menolak permintaan Aulia.

Aulia pun merasa sakit hati dan mulai merencanakan pembunuhan pada suami dan anak tirinya.

Dirinya juga berharap rumahnya dapat disita bank setelah menghabisi kedua korban tersebut.

"Saya pikirannya waktu itu simpel (sederhana) saja."

Aulia Kesuma Tega Membunuh serta Bakar Jenazah Pupung Sadili & Dana, Akui Terinspirasi dari Sinetron

Aulia Kesuma Membakar Jasad Pupung Sadili & M Adi Pradana Ternyata Terinspirasi Adegan Sinetron Ini

Aulia Kesuma Sudah Lama Berencana Bunuh Pupung Sadili & Dana, Awalnya Ingin Bakar Korban di Rumah

"Dengan Pak Edi enggak ada (meninggal), Dana enggak ada, rumah itu bisa disita bank dan sisanya (uang) juga enggak banyak," ucapnya.

"Setelah itu, saya bisa hidup damai dengan Rena (anak Edi dan Aulia)," imbuh Aulia.

Aulia mengaku proses menghabisi nyawa kedua pria ini dia lakukan dengan tidak sengaja.

Awalnya, dia hanya ingin membuat kedua korban tak sengaja dibakar dan mengalami luka bakar kecil.

"Perjalanan sesungguhnya itupun kita nggak tahu arah."

"Bukan kita nunjuk 'Oh di sana tempatnya'. Kita tu ... yaa mungkin karena terlalu banyak nonton film sinetron atau bagaimana," ujar AK.

"Kita tadi berpikirnya tidak akan menyangka akan seperti itu, sampai Kelvin jadi kena luka bakar."

"Pengennya kita apinya kecil nyala setelah itu mobilnya didorong ke jurang," lanjut AK.

"Jadi nggak seperti itu. Kelvin bakarnya kan juga di dalam, makanya dia ikut terbakar," ujar Aulia.

Pembunuhan terhadap Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili dan anaknya, M Adi Pradana alias Dana, direncanakan Aulia Kesuma alias AK karena motif ekonomi.
Pembunuhan terhadap Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili dan anaknya, M Adi Pradana alias Dana, direncanakan Aulia Kesuma alias AK karena motif ekonomi. (Kolase Tribunnews)

Beberapa saat setelah berita tersebut ramai di media sosial, netter langsung menyerbu akun Instagram Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), @kpipusat.

Sebagian besar dari mereka meminta KPI menindak tegas beberapa sinetron yang dianggap kurang mendidik.

Berikut beberapa komentar netter di salah satu postingan terbaru akun @kpipusat.

@aylasarass "AULIA KESUMA MENGAKU BUNUH SUAMI KARENA TERINSPIRASI DARI SINETRON !!!!! SINETRON YAAA!!!! SINETRON!!!! BUKAN YUTUP ATAWA NETPLIKS!!! SINETRON LOOOHHHH.... TAU KAN SINETRON????"

@radenim07 "Tolong sinetron tidak mendidik dibatasi pak"

@remihindarta "hashtag siaran sehat tapi sampe ada yg terinspirasi bunuh suami dan anak tiri dari sinetron"

@afdal_zik "Bapak ibu yg terhormat..apakah acara2 di indonesia tidak bisa disaring dampan dan kontennya? Kenapa sinetron yg tidak mendidik dibiarkan memberikan cerita2 yg tidak mendidik dan mempengaruhi psikologis penonton? Sangat jauh sekali dr unsur hiburan...apakah KPI hanya menyaring sesuai kebutuhan KPI saja? Tidakkah menanyakan kepada masyarakat konten2 apa yg lebih baik? Mohon bijak pak, dari kami penonton yg risih .. mohon didengarkan juga masukan dr kami.."

@asrinirita "Hai @kpipusat ayo gimana pertanggung jawaban kalian? Cartoon kalian takutkan, sinetron kalian biarkan bersliweran di Televisi sampe ada orang yg terinspirasi gara2 dikasih tontonan ga sehat?"

Tanggapan Psikolog

Menanggapi hal ini Kompas.com menghubungi Hening Widyastuti, psikolog asal Solo.

Hening berkata, sinetron dan tayangan di televisi awalnya bertujuan unuk menghibur pemirsa.

Seiring waktu, makin banyak industri pertelevisian dan rumah produksi yang memproduksi sinetron-sinetron.

Sayangnya, sinetron yang edukatif jumlahnya jauh lebih sedikit dibanding sinetron yang kualitasnya kurang mendidik.

"Justru lebih cenderung banyak unsur percintaan, kasmaran, keruwetan rumah tangga, percekcokkan, pembunuhan. Semua ini yang pasti banyak unsur kekerasan, baik verbal maupun fisik," kata Hening kepada Kompas.com, Rabu (4/9/2019).

Hening mengatakan, jenis-jenis tayangan yang mengandung banyak kekerasan, baik verbal dan fisik, inilah yang menimbulkan dampak negatif ke sel saraf otak manusia.

"Episode demi episode dengan unsur kekerasan yang setiap hari kita lihat akan terekam di otak kita," terang Hening.

Hal seperti ini tentu saja sangat berbahaya bagi anak-anak dan juga orang dewasa. Ini karena ada proses melihat dan merekam di dalam otak yang bersifat negatif.

"Dikhawatirkan pada kehidupan nyata anak anak atau orang dewasa, bila sedang menghadapi masalah dan belum ada solusinya mereka akan ambil jalan pintas, mengabaikan logika. Ini terinspirasi oleh adegan adegan di dalam sinetron kekerasan pembunuhan yang pernah dilihat dan terekam otaknya," ujar psikolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta itu.

Buruk seperti film porno

Hening pun setuju, sinetron yang berisi unsur kekerasan dapat memberi dampak buruk seperti ketika menonton film porno.

Jika anak di bawah umur menonton film porno misalnya, kemungkinan besar akan terjadi kerusakan pada sel saraf otak tertentu yang berakibat mematikan kreativitas anak, juga membuat malas belajar dan berolahraga.

"Dikhawatirkan menimbulkan pelecehan seksual dan pemerkosaan pada usia dini," kata Hening.

Hening menambahkan, tontonan film porno pada orang dewasa juga dapat menurunkan kreativitas dan meningkatkan rasa malas.

Hening berpendapat, sebaiknya tayangan yang tidak bermanfaat untuk mental masyarakat harus tegas dilarang.

"KPI harus bertindak tegas," kata Hening.

Aulia Kesuma Akui Sempat Bersyukur Setelah Bunuh Pupung Sadili & Dana: Akhirnya Lepas dari Utang

Cegah kejahatan dari keluarga

Hening menyampaikan, setiap keluarga wajib membangun hubungan psikologi yang hangat antara anak dan orangtua.

Pasalnya, benteng keluarga adalah membina hubungan yang hangat antar anggota keluarga.

"Bila ada masalah, lebih baik dirembuk dari hati ke hati," pesan Hening.

Untuk usia anak atau remaja, Hening berkata, lebih baik diberikan ruang agar lebih banyak beraktivitas positif di luar rumah.

"Sebagai contoh berolahraga, mengikuti club seni musik, science, dan lain-lain," ujar Hening.

Jika anak dan remaja melakukan hal positif di luar ruangan, diharapkan pikiran mereka teralihkan ke aktivitas positif yang merangsang otak untuk selalu berpikir kreatif.

Selain itu, beraktivitas di luar rumah juga dapat melatih panca indera untuk berinteraksi dengan alam. Dari kegiatan ini juga diharapkan dapat membangun hubungan positif antara teman-teman di sekitar anak.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Aulia Kesuma Bunuh Suami-Anak Terinspirasi Sinetron, Psikolog Minta KPI Tegas".

Yuk Like dan Subscribe Channel YouTube Tribunstyle di bawah ini:

Sumber: TribunStyle.com
Tags:
Aulia KesumaM Adi PradanaEdi Chandra PurnamaPupung SadilisinetronKPIKomisi Penyiaran Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved